A Romantic Story About Junkyu...

By bucinjunkyu

182K 16.7K 3.6K

DONT LIKE DONT READ!!!!!!!!!!!!!!! Mereka menjalin hubungan karena keterpaksaan, yang lama kelamaan menjadi h... More

2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20 (end.)
21 (epilog.)

1

20.6K 1.1K 163
By bucinjunkyu

Original story by Santhy Agatha (A Romantic Story About Serena)

Rated : M

Warning : Boy x Boy, M-preg, typo(s).

Cast :

Kim Junkyu as Serena

Watanabe Haruto as Damian

a/n : Seperti yang tertera di atas, semua isi cerita ini adalah milik kak Santhy Agatha. Aku meremake cerita ini dengan tambahan/pengurangan beberapa kata agar lebih cocok dengan tema bxb-nya.

Tolong digaris bawahi, ini remake!! Bukan cerita punya aku. Terimakasih.

***

Dua manusia yang seharusnya tidak pernah bersilang jalan ini pun dipertemukan oleh keadaan.

Dua manusia yang saling membenci satu sama lain tetapi dikalahkan oleh hasrat dan kebutuhan.

Hubungan mereka panas membara, luar biasa sampai mereka bisa terbakar habis di dalamnya.

Mereka menjalin hubungan karena keterpaksaan, yang lama kelamaan menjadi hubungan saling membutuhkan, saling merindukan dan saling memuaskan.

Dan akhirnya menyerah untuk saling mencintai.

***

Junkyu menarik napas panjang sebelum membuka pintu itu, pintu besar kokoh yang terlihat begitu mewah dan berkuasa itu seakan mencerminkan apa yang menunggu dibaliknya.

Sambil menenangkan debar jantungnya dibukanya pintu itu, dan ketika menyadari tangannya berkeringat, Junkyu tersenyum kecut, seperti akan menghadapi hukuman mati saja, desisnya dalam hati.

Ketika masuk Junkyu menyadari ruangan itu sangat luas. Suasana didalam ruangan itu sungguh elegan, dengan penataan ruang dari desainer terkenal dan perabotan kelas tinggi yang khusus dipesan untuk ruangan ini. Temperaturnya diatur senyaman mungkin dan samar-samar tercium aroma cendana yang menenangkan.

Semua yang ada diruangan ini sungguh menyenangkan, ups! salah. Semua menyenangkan kecuali satu hal, dan satu hal itu adalah sosok dingin yang duduk tegak dibalik meja dengan keangkuhan yang mencerminkan seolah-olah dirinyalah pusat dunia.

Lalu tatapannya itu, tatapannya itu! Sangat mengerikan. Mata hitam itu menatapnya dengan kadar kebencian yang begitu kental.

Junkyu membasahi bibirnya dengan gugup, dan menunggu, dan terus menunggu. Tetapi laki-laki itu hanya diam menatapnya, mempertahankan keheningan di antara mereka.

Junkyu mengangkat dagunya dan melemparkan tatapan "Well aku sudah disini, sekarang apalagi?" kepada laki-laki itu.

Lelaki itu mengerutkan alis gusar melihat tingkah berani Junkyu, mulutnya menipis, "Kudengar kau menyebabkan kekacauan di proyek kali ini."

Akhirnya! Junkyu menghembuskan napas setengah lega setengah panik mendengar kalimat pembuka laki-laki itu.

"Saya hanya mencoba menyelamatkan keadaan."

Sebenarnya Junkyu tidak mau kedengaran begitu kurang ajar, tapi tatapan meremehkan laki-laki itu mau tak mau memunculkan sisi defensif dari dirinya.

"Menyelamatkan keadaan katamu?" Laki-laki itu tampak begitu murka mendengar jawaban Junkyu.

"Kau mengusir klien terpenting kita, dan mempermalukannya di depan umum, dan kau bilang itu untuk menyelamatkan keadaan?"

Junkyu membalas tatapan garang laki-laki itu dengan tak kalah garang.

"Orang yang anda katakan klien terpenting kita itu, merayu dan meraba salah satu SPG kita di tengah-tengah pameran tersebut, apakah menurut anda, saya, sebagai supervisor yang bertugas dilapangan hanya boleh diam saja dan tidak membelanya?!"

Tatapan mata meremehkan dari laki-laki itu benar benar membuat Junkyu sebal.

"Kau bekerja disini sebagai supervisor dan seorang supervisor bertugas menjaga hubungan baik dengan klien potensial, bukannya mengusirnya." jawab laki-laki itu tenang.

"Jadi menurut anda saya harus melupakan moralitas hanya demi keuntungan perusahaan semata?!"

"Moralitas selamanya tidak akan dapat memberikan keuntungan, dalam hal apapun." Dia mengangkat bahu dengan bosan.

Cukup sudah! Junkyu menarik napas dalam-dalam, "Kalau begitu saya tidak mau bekerja di perusahaan yang tidak bermoral, paling cepat nanti siang, anda akan menerima surat pengunduran diri dari saya!"

Sejenak suasana menjadi begitu hening, dan kalaupun laki-laki itu kaget dengan keputusan impulsif Junkyu, dia berhasil menyembunyikannya dengan baik karena ekspresinya tidak dapat ditebak, dia hanya memandang Junkyu dengan ekspresi menilai.

Suasana terasa makin hening, dan Junkyu menunggu. Ketegangan terasa bagaikan senar yang ditarik kencang, siap untuk putus.

Lalu, sebuah senyum muncul disudut bibir laki-laki itu, walaupun begitu, sinar matanya begitu kejam.

"Tidak semudah itu Mr. Kim. Mungkin saya adalah pemimpin tertinggi sekaligus pemilik perusahaan ini, tetapi bukan berarti saya tidak mengetahui setiap detail terkecil pegawai di sini."

Laki-laki itu menatap dengan tajam sebelum menjatuhkan bom-nya.

"Kau memiliki pinjaman yang belum selesai pada perusahaan ini senilai 40 juta. Katakan sekarang Mr. Kim, apakah kau bisa melunasi pinjaman itu dengan tunai sekarang juga? Kalau ya, saya akan dengan senang hati meluluskan permohonan pengunduran dirimu."

Wajah Junkyu benar-benar pucat pasi, dalam kemarahannya tadi, sama sekali tidak terpikirkan mengenai pinjaman itu. Dan laki-laki itu tadi menanyai apakah dia bisa membayar pinjamannya secara tunai?

Tanpa sadar Junkyu mengernyit seolah kesakitan, Ya Tuhan, itu tidak mungkin, bahkan sekarang dia sedang dalam kekalutan besar dan membuktikan lebih banyak uang untuk.... cepat-cepat dihapusnya pikiran itu sebelum melayang lebih jauh.

Laki-laki itu mendengus menghina melihat kebekuan Junkyu.

"Oke saya asumsikan kau tidak dapat membayar tunai pinjaman itu, meskipun saya sedikit bertanya-tanya kenapa pria lajang seperti anda bisa menghabiskan uang sebanyak itu, tapi toh itu bukan urusan saya."

Senyum di sudut bibir laki-laki itu langsung menghilang dan tatapannya berubah menjadi dingin.

"Jadi, selama kau masih berhutang pada perusahaan ini dan belum bisa menyelesaikan kewajibanmu, jangan seenaknya mengira kau bisa mengundurkan diri dari perusahaan ini. Hanya sayalah, yang bisa memutuskan apakah kau layak dipertahankan atau disingkirkan, jadi kembalilah bekerja dan singkirkan moralitasmu yang munafik itu!"

Junkyu menatap laki-laki itu dengan kebencian yang meluap-luap.

"Hanya pinjaman itu yang menahan saya disini, dan jika saya berhasil melunasi pinjaman itu, saya akan langsung angkat kaki dari perusahaan ini! sekarang mohon ijin permisi, saya akan kembali bekerja!"

Haruto menatap pintu yang tertutup dengan agak keras di depannya. Dia menunggu beberapa saat, lalu mendesah sambil melonggarkan ikatan dasinya yang terasa mencekik, dengan letih dia bersandar di kursi sambil memejamkan mata.

Bukan salah Junkyu jika sekarang tubuhnya terasa begitu panas. Tidak! bukan cuma panas, kau sekarang benar-benar terbakar man!

"Kim Junkyu." Haruto menggumamkan nama itu bagaikan mantra, lalu matanya membuka penuh perhitungan.

Well, jangan harap kau bisa semudah itu pergi dari sini, karena aku tak akan membiarkanmu pergi, Junkyu, gumamnya dalam hati.

Haruto mengingat saat dia pertama kali melihat Junkyu. Biasanya dia tak pernah memperhatikan wanita atau laki-laki, merekalah yang biasanya mengejar-ngejar dirinya.

Meski suka berganti ganti pasangan, Haruto dikenal sebagai kekasih yang sangat dingin. Dia selalu menjaga jarak dan tak pernah mengijinkan siapapun terlalu dekat.

Baginya mereka hanyalah tempat penyaluran gairahnya dan dia akan membayar itu dengan perhiasan mahal, pakaian mewah dan hadiah-hadiah lainnya, dan itu sudah cukup memuaskan bagi dirinya dan orang-orang itu.

Tapi Junkyu... lelaki itu sudah 2 tahun bekerja sebagai supervisor lapangan disini, dan Haruto bahkan tak pernah bertemu langsung dengannya. Yah tentu saja! Haruto mendengus, seorang CEO tidak ada urusannya dengan supervisor lapangan.

Dan entah nasib sial apa yang menghinggapinya ketika pertama kali dia bertemu dengan Junkyu, ketika itu dia sedang menjamu tamu penting dilokasi yang berdekatan dengan proyek pameran pemasaran yang sedang berlangsung, maka secara impulsif diputuskannya untuk mampir. Manajer pameran langsung tergopoh-gopoh menyambutnya. Lalu lelaki itu muncul.

Dengan tubuh tinggi berisi, pakaian kerja yang efisien dan make up sederhana, Junkyu jelas-jelas kalah jika dibandingkan dengan pacar-pacarnya yang selalu seksi dan spektakuler serta berasal dari kelas atas.

Tapi tubuh Haruto bagaikan disadarkan ketika melihat Junkyu. Dan ketika mereka bersalaman, tangannya bagaikan disengat listrik, gairah langsung meletup dari ujung kepala sampai ke kakinya begitu menggebu-gebu sampai membuat kepalanya pening.

Kenyataan bahwa Junkyu sama sekali tidak memperhatikannya kecuali sebagai bos sama sekali tidak membantu.

Haruto menyadari ia mulai terobsesi pada Junkyu.

Dimanapun ia berada, kapanpun ia ada, ia selalu mencari pemuda itu. Tidak ada seharipun dilewatinya tanpa menyempatkan diri melihat Junkyu, hingga seolah-olah pemuda itu merupakan eksistensi kehidupannya.

Bahkan demi hal itu, sekarang ia mendapati dirinya mulai memanipulasi beberapa proyek yang sedapat mungkin melibatkan divisi Junkyu semata-mata agar dia bisa sering melihat Junkyu.

Mungkin ini kegilaan sesaat, atau mungkin alamiah.

Haruto pernah membaca bahwa ada orang-orang tertentu yang memang dapat membuatmu sangat bergairah, entah karena hormon, aroma atau yang lainnya. Mungkin Junkyu salah satu diantaranya.

Ini hanyalah masalah nafsu, dan akan segera hilang begitu nafsu ini dipuaskan, gumam Haruto dalam hati, berusaha menenangkan dirinya.

Dengan dahi berkerut dipandanginya laporan pinjaman karyawan dimejanya. Yah sepertinya ini akan sangat mudah, melihat besarnya pinjaman Junkyu, kelihatannya pemuda ini sangat konsumtif dan menyukai uang.

Dengan sedikit pengeluaran ekstra pasti akan sangat mudah menarik pria itu ke ranjangnya. Dan setelah dia terpuaskan, pasti akan lega sekali bisa terlepas dari obsesi yang menyiksa ini.

***

"Bagaimana kondisinya suster?"

Junkyu baru saja sampai, di luar hujan deras sekali, dan air menetes-netes dari rambutnya.

Perawat itu memandangnya dengan penuh kasih, sudah 2 tahun dia mengenal Junkyu. Dari Junkyu masih pemuda polos yang kebingungan, sampai akhirnya dia berubah menjadi pemuda tegar yang penuh semangat dan mengambil alih semua tanggung jawab yang mungkin terlalu berat untuknya.

Kasihan sekali kau nak, gumamnya dalam hati.

"Kondisinya baik Junkyu, tekanan darahnya normal dan detak jantungnya stabil. Itu bagus, dia begitu tenang seharian ini, dia tidak mengalami serangan, jadi tidak perlu merasakan kesakitan."

"Dia tidak mengalami serangan?" mata Junkyu melebar bahagia, "terimakasih suster Jisoo, kalau begitu aku akan melihatnya dulu."

Junkyu memasuki ruangan putih sederhana itu, dipandangnya ranjang yang menjadi pusat ruangan itu.

Di atas ranjang, terbaring sosok yang lemah, tubuhnya terhubung dengan selang yang terjalin ke mesin-mesin.

Junkyu duduk di tepi ranjang dan menggenggam tangan yang terhubung dengan jarum infus, sebuah cincin emas melingkar di jari lelaki itu. Ya, cincin yang sama yang melingkar di jarinya.

Lelaki ini adalah Kazama Noa, tunangannya yang terbaring koma sejak lebih dua tahun yang lalu.

"Apa kabarmu, Sayang?" gumamnya penuh perasaan.

Sosok itu tetap diam dan ruangan terasa hening, hanya suara mesin mesin pemonitor detak jantung dan desisan alat pengatur oksigen yang terdengar.

Junkyu mengecup cincin di jari Noa, ingatannya menerawang kembali ke masa dua tahun lalu dimana hidupnya yang indah dan bahagia berubah menjadi tragedi.

Saat itu persiapan pernikahan mereka, Noa sudah cukup mapan dan sangat mencintai Junkyu, dan Noa tidak mempunyai keluarga, lelaki itu dibesarkan di panti asuhan lalu berjuang mandiri sehingga bisa menjadi pengacara handal yang cukup sukses.

"Aku sebatang kara di dunia ini sebelum bertemu denganmu." begitu ucapan syukur Noa dulu ketika Junkyu menerima lamarannya.

Junkyu begitu bahagia waktu itu, dia begitu dicintai dan kedua orang tuanya begitu mendukungnya. Sebagai anak tunggal orang tuanya memang sedikit lebih protektif padanya dibandingkan orang tua lainnya, tapi mereka bisa melihat ketulusan hati Noa dan menerima Noa dengan tangan terbuka.

Lalu pagi yang penuh tragedi itu terjadilah.

Junkyu sedang melakukan pengepasan pakaian pengantin, pernikahan mereka tinggal sebulan lagi. Ketika itu Noa menelpon, karena Junkyu meminta tolong padanya untuk menjemput orangtua Junkyu di bandara, orang tua Junkyu baru pulang dari tugas dinas ayah Junkyu di Busan.

Sebenarnya merupakan tugas Junkyu menjemput mereka, tetapi karena supir keluarga sedang cuti dan waktunya bersamaan dengan jadwal fitting baju pengantin, Junkyu meminta bantuan Noa.

Noa tidak pernah merasakan punya orang tua, jadi dia sangat menyayangi kedua orang tua Junkyu, begitu pula sebaliknya. Jadi, tugas sepele seperti menjemput orangtua di bandara terasa sangat menyenangkan baginya.

"Kami akan menuju ke tempat fitting baju segera setelah sampai, lalu kita bisa makan siang bersama-sama, tapi ups! Kamu kan tidak boleh makan banyak-banyak, nanti baju pengantin itu tak akan cukup sebulan lagi." candanya dengan riang. Junkyu sempat merajuk tapi kemudian Noa bisa membuatnya tertawa lagi.

"Kau tahu, aku tidak sabar bertemu dengan Orangtuamu. Aku merindukan mereka."

Noa tertawa lalu menutup telepon setelah mengucapkan satu-satunya janji yang tidak bisa ditepatinya.

"Aku janji, segera setelah kami dekat tempatmu, aku akan menelponmu, jadi kau bisa siap-siap di depan, Bye calon pengantinku, I Love U."

Itulah saat terakhir Noa menelponnya.

Sama sekali tidak ada firasat hari itu, sama sekali tidak ada pertanda bahwa pagi itu akan menjadi mimpi paling buruk dalam hidupnya, Dan telepon itulah awal dari rentetan bencana.

Yang menelponnya kemudian bukanlah Noa yang dicintainya, melainkan petugas rumah sakit. Mobil yang dikendarai Noa menjadi salah satu korban tabrakan beruntun di jalan tol. Ayahnya meninggal di tempat, Ibunya dalam kondisi kritis dan Noa sudah tak sadarkan diri karena benturan keras di kepalanya.

Junkyu menjalani semuanya seorang diri, hari itu dia bergerak bagai robot mengurusi pemakaman ayahnya sekaligus mengkhawatirkan kondisi ibu dan tunangannya.

Tak ada waktu untuk menangis, dan kemudian keesokan harinya ibunya meninggal menyusul ayahnya. Junkyu harus menanggung kepedihan memakamkan kedua orang tuanya dalam dua hari berturut-turut seorang diri.

Lalu malam itu, ketika dokter memutuskan bahwa Noa mengalami koma serta tidak diketahui kapan akan sadar, ketegaran Junkyu runtuhlah sudah, semua kepedihan bertubi-tubi yang menerjangnya sudah tidak dapat ditanggungnya lagi, dia pingsan dan ketika sadar dia hanya bisa menangis.

Lalu Suster Jisoo datang, seorang perawat setengah baya yang sangat keibuan. Suster itulah yang membantu Junkyu agar tidak terpuruk, yang membuat Junkyu sadar bahwa dialah satu-satunya yang dimiliki Noa untuk membantunya bertahan hidup.

Dengan cepat Junkyu bangkit, menyadari bahwa dia sendiri yang harus berjuang demi Noa, lelaki yang sangat dia cintai.

Dan mengetahui bahwa biaya perawatan Noa tidak murah, Junkyu segera bergerak cepat, dijualnya rumah keluarganya, dan dikumpulkannya semua aset yang dimilikinya lalu pindah ke tempat kost yang mungil. Memahami bahwa efisiensi sangatlah penting, lalu dia pindah pekerjaan dengan gaji lebih bagus.

"Berjuanglah untuk bertahan Noa, karena aku akan berjuang untukmu." tekad Junkyu dalam hati waktu itu.

Namun sekarang hampir dua tahun lebih berlalu, seluruh aset yang dimiliki Junkyu sudah habis, bahkan dia harus menanggung hutang ke perusahaan untuk menutup biaya perawatan Noa, dan tunangannya tercinta itu masih belum sadar juga.

"Kau tahu tadi pagi aku bertengkar dengan bosku." Junkyu memulai kebiasaannya, mengobrol satu arah dengan Noa, menceritakan kisah kehidupannya sehari-hari pada Noa.

"Matanya sangat tajam dan dia sangat menyebalkan. Dan kau tahu? Dia sama sekali tak menghargai moralitas, kau pasti akan bertengkar hebat dengannya karena sebagai pengacara kau sangat menjunjung tinggi moralitas."

Junkyu terkekeh membayangkan hal itu, lalu direbahkannya kepalanya di ranjang sambil mengamati wajah Noa.

"Aku merindukanmu tahu, sudah lama aku tidak mendengar suaramu, sampai kapan kau mau tidur terus? Awas ya, jangan salahkan aku kalau suatu saat kau memanggilku ditempat ramai dan aku tidak mengenali suaramu."

Diluar pintu, suster Jisoo yang mendengar percakapan itu menutup mulutnya dengan tangan, matanya berkaca-kaca.

Betapa tegarnya pemuda itu, betapa hebatnya dia, selama dua tahun dia berjuang dan belum mendapat jawaban, tapi semangatnya sama sekali tidak pernah surut.

Selama hampir dua jam Junkyu bercakap-cakap searah dengan Noa. Lalu ketika Suster Jisoo mengingatkan bahwa waktu sudah menunjukkan jam 9 malam, Junkyu bangkit dari duduknya, dikecupnya dahi Noa penuh kasih sayang.

"Sudah dulu ya, aku akan pulang dan tidur, besok aku akan kesini dan menengokmu lagi. Aku mencintaimu Noa."

Junkyu lalu menemui suster Jisoo yang masih menunggu di luar, suster itu menyerahkan kantong plastik pada Junkyu.

"Ini jajangmyeon kesukaanmu, kau tadi buru-buru kesini karena hujan, pasti kau tak sempat makan malam."

"Terimakasih suster." Junkyu memeluk wanita cantik setengah baya yang selama dua tahun ini telah menjadi sandaran hatinya.

"Wajahmu terlihat pucat, kau pasti kecapekan, jangan terlalu memaksakan diri."

Junkyu menarik napas letih tapi tetap mencoba tersenyum riang.

"Aku harus terus bekerja suster, apalagi sudah hampir tanggal lima."

Tanggal lima adalah tanggal rutin Junkyu harus melunasi biaya perawatan Noa yang makin membengkak setiap bulannya.

Suster Jisoo memandang Junkyu dengan hati-hati, "Kau tahu nak, ada beberapa cara yang lebih ringan, dokter memperbolehkan Noa dirawat dirumah..."

"Tidak!" Junkyu memandang suster Jisoo dengan ngeri, "Noa kan sering mengalami serangan, aku tidak mau Noa kenapa-kenapa. Disini adalah tempat Noa akan mengalami penanganan yang paling tepat, dan aku akan berjuang berapapun biayanya."

Suster Jisoo memandang Junkyu dengan penuh kasih sayang, menyadari betapa bisa keras kepalanya pemuda itu jika dia sudah punya kemauan.

"Ya sudah, pulang dan istirahatlah, jangan lupa dimakan mienya, dan ingat Junkyu kalau kau kekurangan uang, aku punya simpanan uang yang..."

Junkyu memeluk suster Jisoo sekali lagi dengan penuh rasa sayang, "Anda tahu suster, bantuan suster sudah lebih dari cukup selama ini, saya tidak tahu bagaimana lagi saya harus berterimakasih."





tbc.

hai.

aku memutuskan buat repub lagi cerita ini. dimohon kebijakan semuanya dalam membaca. kalau memang kalian ngga suka sama pairnya, silahkan pergi daripada ujungnya malah menghina sampai di spill di twitter dan grup chat wa kalian. thanks.

Continue Reading

You'll Also Like

6.8K 451 9
A Rated AU Novel (Chris & Sky's story) Pangeran x bayi gula ADULTS ONLY Perjanjian Chris dan Sky sebagai papa dan bayi gula berakhir di Paris. Tapi...
381K 39.7K 27
CERITA INI FIKSI YAA, JANGAN DI SANGKUT PAUTKAN SAMA DUNIA NYATA ! Watanabe Haruto yang tidak sengaja di pertemukan oleh Kim Junkyu saat kedua orang...
91.8K 10K 32
"Kebahagian seseorang itu penting untukku. Karena dia sangat berharga bagiku." "Kau memilih sakit sendiri? Apa kau sebodoh itu?" . "Berhentilah bersi...
200K 9.9K 32
Cerita ini menceritakan tentang seorang perempuan yang diselingkuhi. Perempuan ini merasa tidak ada Laki-Laki diDunia ini yang Tulus dan benar-benar...