Please, Release Me ✔️

Von SailisAneez2308

99.1K 2.1K 153

Aku bukan pemimpi yang sanggup melakukan apa sahaja demi mencapai mimpi dan impianku. Aku hanya melalui hidup... Mehr

Prolog
Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21
Part 22
Part 23
Part 24
Part 26
Extra Part

Part 25

3.1K 73 3
Von SailisAneez2308

"I miss you. I need you. I love you. That's all I want to say. Always shower me with your love," - Maddy Maxwell & Vanilla Aresha Abraham

Ivander menyapu wajahnya dengan telapak tangannya yang terasa dingin. Tubuhnya gementar. Sudah hampir tiga puluh minit dia sampai. Namun sampai saat ini dia belum punya kekuatan untuk keluar dari keretanya.

Ivander masih berfikir keras apakah harus dia bertemu Maddy dan Vanilla untuk mengakui kesalahannya dan meminta maaf.

Akhirnya, Ivander menggagahkan diri mengetuk pintu rumah Maddy. Apapun hukuman yang akan diterimanya setelah ini, dia rela.

"Apa mahumu?" sergah Maddy saat membuka pintu dan mendapati Ivander tercegat di hadapannya. Ivander menjenguk ke dalam rumah, namun kelibat Vanilla tidak kelihatan.

Ivander duduk tanpa dijemput. Mukanya pucat. Dia tidak tahu bagaimana untuk memulakan pengakuan maafnya.

"Ada sesuatu yang ingin kukatakan, Maddy," dia mengelap dahinya yang berpeluh menggunakan lengan bajunya.

"Katakan cepat. Aku tidak mahu kau berlama-lama di sini," suara Maddy masih tidak bersahabat.

"Sebenarnya... aku yang menyakiti Vanilla hingga dia keguguran," Ivander berasa lega sudah mengatakannya. Bebannya sudah terlepas. Kini terpulang pada Maddy dan Vanilla sama ada mahu memaafkannya atau tidak.

Pengakuan Ivander ternyata membuka kembali luka yang masih bernanah meski kisah itu sudah lebih sebulan berlalu. Maddy bangun dan tanpa sabar lagi terus melayangkan pukulannya. Ivander hanya menerima tanpa melawan sedikitpun.

"Kau memang anjing! Kau tak ada rasa perikemanusiaan!" Maddy memukul tanpa peduli erangan kesakitan Ivander.

"Aku kehilangan anakku, Ivan. Dan aku hampir kehilangan isteriku!" Dia berteriak dan memukul Ivander seperti orang kerasukan.

"Maddy..." mendengar keriuhan di ruang tamu, Vanilla keluar dari bilik. Air matanya jatuh melihat Ivander terkapar di lantai. Vanilla separuh berlari mendekati Maddy dan Ivander.

"Maddy, cukup!" Namun Maddy enggan berhenti.

" Sayang, cukup! I love you! I love you!" Vanilla memeluk suaminya dari belakang. Pelukan Vanilla menyedarkan Maddy.

"Ya, Tuhan. Apa yang sudah kulakukan, Vanilla," Maddy terduduk di sofa. Vanilla menangis sambil memeluk suaminya.

"Izinkan aku menolongnya, Maddy," mata Vanilla berlinangan memandang tubuh Ivander yang terbaring tidak bermaya. Tubuh lelaki itu penuh lebam. Bibirnya menitiskan darah. Maddy mengangguk lemah.

"Aku akan menghubungi Aran untuk membawanya ke hospital," katanya.

Vanilla membantu Ivander berdiri. Lelaki itu memang pernah menyakitinya, pernah membuatnya kehilangan. Tetapi lelaki itu juga lelaki yang pernah memiliki sedikit kepingan hatinya. Sebenci apapun dia pada Ivander, dia tetap tidak sanggup melihat lelaki itu menanggung sakit begini.

"Maafkan aku, Vanilla," Ivander bersuara lemah. Tangannya menggapai tangan Ivander. Air mata Vanilla mengalir deras.

"Maafkan aku sudah menyakitimu. Maafkan aku kerana kamu telah kehilangan bayimu. Maafkan aku, Vanilla. Aku sangat mencintaimu...," Ivander menangis merasakan kesakitan pada tubuh dan hatinya.

💕💕💕

Vanilla masuk ke bilik tidurnya. Hampir tiga puluh minit dia menemani Ivander hingga Aran datang dan membawa lelaki itu ke rumah sakit.

Maddy berbaring dengan lengan menutupi matanya. Vanilla tersenyum. Suaminya menyedari kehadirannya tetapi tidak mahu menoleh kepadanya.

"Aku tahu kamu cemburu, Maddy," Vanilla mendekat ke arah tempat tidur. Maddy masih tidak menoleh kepadanya.

Vanilla nekad. Sudah beberapa malam Maddy meminta, namun Vanilla menolak. Alasannya, dia belum sedia. Namun saat ini Vanilla bersedia untuk bercinta dengan suaminya. Ivander sudah meringankan beban yang ditanggungnya. Rahsia yang berat untuk diungkapkannya pada suaminya hari ini sudah diketahui Maddy.

Vanilla mengambil keputusan untuk ke bilik air terlebih dahulu. Dia membersihkan setiap inci tubuhnya. Dia mahu tubuhnya bersih dan wangi, hanya untuk suami tercintanya.

Vanilla melepas semua pakaiannya. Semuanya, tidak ada secebis kain pun yang tinggal menutupi tubuhnya. Dia berdiri di hadapan cermin besar di dalam bilik mandi itu. Dia membelek tubuhnya. Aku begitu sempurna untuk suamiku, dia mengagumi dirinya dengan yakin.

Vanilla menapak keluar dari bilik mandi. Dia memandang ke arah tempat tidur. Maddy masih berbaring di situ. Keadaannya masih seperti tadi.

Perlahan, Vanilla naik ke tempat tidur. Dia masuk ke dalam selimut dan berbaring di samping suaminya. Maddy tidak bergerak sedikitpun meski katil sedikit bergoyang akibat pergerakan Vanilla.

"Maddy," Vanilla menarik lengan Maddy yang menutupi matanya.

"Kekasih lamamu sudah di bawa ke hospital?" pertanyaannya berbau cemburu.

"Sudah," Vanilla menjawab lembut.

"Seronok bertemu kekasih lama?" dia bertanya lagi. Api cemburunya belum padam.

" Tentu tidak.. Tapi aku mahu menemukan kekasih yang sudah lama merindu. Sudah beberapa malam sang teruna minta bertemu, tapi si dara belum sudi. Jadi, hari ini aku akan mempertemukan mereka," Vanilla berkias. Dia menarik tangan Maddy, membawanya menyentuh sesuatu yang sudah basah di bawah sana.

" Vanilla... " Maddy menahan nafas. Matanya terbuka luas. Dia bingkas duduk dan menarik selimut yang menutupi tubuh telanjang Vanilla.

" Vanilla...," Maddy menelan liur berulang kali saat matanya memandang pada Vanilla. Vanilla tersenyum dan ikut duduk menghadap suaminya. Jemarinya dengan pantas melucutkan baju yang dipakai Maddy.

"Aku tidak mahu ada apapun penghalang di antara kita," Vanilla cuba membuka tali pinggang Maddy.

"Biar aku," Maddy menahan tangannya. Matanya tidak lepas dari memandang isterinya. Tidak menunggu lama, Maddy juga sudah tidak memakai apa-apa.

"Touch me, love," pinta Vanilla. Dia berbaring, membuka dirinya pada Maddy. Maddy tidak terkata apa-apa. Dia menindih tubuh Vanilla.

"I need you, Vanilla," dia melumat bibir Vanilla, lama dan dalam. Jemarinya memilin puting Vanilla.

"Ahhh.. Maddy," Vanilla mengelinjang. Ciuman Maddy turun ke leher Vanilla. Mencium, menjilat dan menggigit lembut. Vanilla mengerang.

" I need you, Maddy. Now!" suara serak Vanilla meminta tanpa malu. Dia memeluk tubuh Maddy erat. Tubuhnya sudah berdenyut, menunggu Maddy menghilangkan denyutan itu.

"Belum, sayang," Maddy turun lebih ke bawah hingga menemukan bukit kembar Vanilla yang menjulang indah.

"You look so beautiful," dia menatap lama. Kemudian lidahnya menyentuh puting Vanilla dan memilin puting itu dengan lidahnya.

"Please, Maddy. Now, please!" Maddy tersenyum. Senjatanya sudah siap untuk bertarung, namun dia masih ingin menggoda Vanilla.

"Not yet, honey! Not yet!" Tubuh Vanilla mengelinjang hebat saat Maddy mengulum dan menghisap dadanya.

"Maddy.." Vanilla mendesahkan namanya berulang kali. Semakin lama Maddy menahan, Vanilla semakin tersiksa.

"I will give you what you want, honey," Maddy membuka paha Vanilla. Dia menatap mata Vanilla sambil membenamkan dirinya jauh ke dalam tubuh Vanilla.

"Ahhh.. Maddy.."

"I love you, honey! I love you!" Maddy menggerakkan tubuhnya di atas tubuh Vanilla. Semakin lama semakin tidak terkawal. Vanilla mendesah, memejamkan matanya. Kedua tangannya mencengkam erat tubuh Maddy. Kedua kakinya membelit pinggang suaminya.

"Maddy...,"

"Ya, sayang..."

"Aku mahu hamil lagi," Vanilla memberikan signal. Maddy menghentikan gerakannya seketika. Dia menatap Vanilla lama tanpa mengatakan apapun. Reaksinya membuat beberapa butir air mata Vanilla jatuh. Mungkin lelaki itu tidak mahu dia mengandungkan anaknya lagi, fikirnya.

Namun, reaksi Maddy tidak seperti yang dijangkakan Vanilla. Maddy mengucup bibir Vanilla sambil menekan tubuhnya lebih dalam dan menyemburkan benihnya ke dalam rahim Vanilla.

"Semoga dia tumbuh sihat di dalam rahimmu, sayang," Maddy berbisik. Jemarinya mengusap air mata di pipi Vanilla.

"I love you," bisik Vanilla tersenyum manis.

"I love you more," balas Maddy kembali mengucup bibir isterinya.

Vote dan komen.
Selamat membaca.

Tbc...

Weiterlesen

Das wird dir gefallen

17M 752K 43
GENRE : ROMANCE [Story 3] Bagas cowok baik-baik, hidupnya lurus dan berambisi pada nilai bagus di sekolah. Saras gadis kampung yang merantau ke kota...
1.8M 8K 17
LAPAK DEWASA 21++ JANGAN BACA KALAU MASIH BELUM CUKUP UMUR!! Bagian 21++ Di Karyakarsa beserta gambar giftnya. 🔞🔞 Alden Maheswara. Seorang siswa...
1.9M 90.7K 55
Rasa cinta terlalu berlebihan membuat Lia lupa bahwa cinta itu tidak pernah bisa dipaksakan. Rasanya ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan meng...
715K 54.7K 28
berawal dari tidak sengaja membaca novel dan mengumpat semua karakter yang berada di sana, Cecily bertransmigrasi ke novel itu dan lebih sialnya lagi...