The Secrets of Prince Silas (...

By vkeybooks

1.4M 79.7K 12.1K

PROSES REVISI! (Sinopsis lengkap terdapat di dalam) WARN: Latar tempat, unsur sejarah serta budaya merupakan... More

Blurb
Prolog
BAB 1
BAB 2
BAB 3
BAB 4
BAB 5
BAB 6
BAB 7
BAB 8
BAB 9
BAB 10
BAB 11
BAB 12
BAB 13
BAB 14
BAB 15
BAB 16
BAB 17
BAB 18
BAB 19
BAB 20
BAB 21
BAB 22
BAB 23
BAB 24
BAB 25
INFO
BAB 26
BAB 27
Q n A (PENTING! JANGAN DIPASS!)
BAB 28
BAB 29
BAB 30
BAB 31
BAB 32
BAB 33
BAB 34
BAB 35
BAB 36
BAB 37
BAB 38
BAB 39
BAB 40
BAB 41
BAB 42
Bab 43
BAB 44
BAB 45
BAB 46
BAB 47
BAB 48
BAB 49
BAB 50
BAB 51 A
BAB 51 B
BAB 52 A
BAB 52 B
BAB 53 A
Flashback 1
BAB 53 B
BAB 54 A
BAB 54 B
BAB 55 A
BAB 55 B
BAB 56 A
BAB 56 B
BAB 57 A
BAB 57 B
BAB 58 A
BAB 59 A
BAB 59 B
Epilog
Sekuel
Flashback 2

BAB 58 B

8K 650 135
By vkeybooks

Doh, pertanyaan Key satu; KENAPA KALIAN JADI BENCI HARMONY? wkwkwk Key bingung sendiri, padahal dia lagi berusaha ngungkep kejahatan. Yang salah yang berhak dibenci (Key gak bilang Silas di sini yah, takut diburu sama hastag team Silas 😂) Baca sampe habis aja deuh, ya, liat si Harmony cinta benernya siapa. Btw, di bab kemarin banyak comment yang bikin Key ngakak wkwkwk. Readers Key ucul2 jago lawak semua. VOMMENT untuk bab ini Key tunggu ya (Key dah siap pelindung buat apapun jenis senjata timpukan kalian wkwk😊)

Aroma kayu jati bercampur bunga Amarossa langsung menguar begitu Putri Harmony membuka pintu ruang kerja Pangeran Silas. Aroma tersebut mirip dengan aroma Pangeran Silas-bau after shave yang selalu digunakan pangeran yang menyukai segala hal berwarna gelap.

Bahkan ruangan kerjanya pun serba gelap. Nyaris setiap sudut berwarna hitam.

Pangeran Silas tidak membuka tirai otomatis jendela kacanya sama sekali, membuat ruangan semakin gelap. Ia lalu mengambil remote yang terletak di atas meja kerja, menekan tombol on-nya dan cahaya mentari langsung menerangi ruangan.

Putri Harmony memperhatikan ruang kerja Pangeran Silas. Ada cukup banyak rak berisi buku-buku dan entah dokumen jenis apa serta lemari pajangan berisi pajangan-pajangan unik yang tampak mengkilap mahal juga bingkai-bingkai foto.

Satu-satunya yang menarik perhatiannya kemudian adalah bingkai foto yang terpajang di dalam lemari pajangan, ukurannya paling besar di antara yang lainnya dan ia bisa melihat Pangeran Silas kecil di sana yang tersenyum bersama perempuan cantik. Keduanya sangat mirip, nyaris tidak ada perbedaan. Ia kini tahu darimana mata indah dan senyum Pangeran Silas berasal; rambut cokelat gelapnya yang tebal juga warna kulitnya yang lebih kecokelatan dibandingkan orang-orang Lorechester pada umumnya. Ibunya punya keseluruhan gen unggul.

Putri Harmony mungkin terlalu terpaku dengan betapa manisnya foto tersebut sampai ia lupa tujuannya kemari.

"Ayahmu sangat manis. Kau pasti akan jauh lebih manis," gumam Putri Harmony, tersenyum sendiri sambil mengelus-elus perutnya.

Mendengar suara seperti pintu terbuka, Putri Harmony terlonjak, menoleh ke arah pintu dan menghela napasnya lega mengetahui tak ada siapapun di sana. Keadaan pintu tetap tertutup, sepertinya suara tersebut berasal dari ruangan sebelah, mungkin Pangeran Magnus atau Carlos. Ia lalu meletakkan kembali bingkai fotonya, mengingat tujuan awalnya dan bergegas untuk melakukan rencananya sebelum ia tertangkap basah oleh siapapun penghuni istana. Biasanya para pengawal shift malam akan berkeliling istana untuk berpatroli.

Satu per satu sisi di antara tiap dokumen diperiksa teliti oleh Putri Harmony, memastikan tak ada selipan apapun di sana. Nyaris setiap sisi ia periksa dan tak ada yang bisa ditemukan. Ia lalu membongkar setiap laci, lemari, apapun tempat penyimpanan di seluruh ruangan. Hasilnya adalah zero.

Putri Harmony mengigit kuku-kukunya, berpikir tempat rahasia yang digunakan Pangeran Silas untuk menyimpan barang pentingnya. Pikirannya tertuju pada film thriller yang suka ditontonnya bersama Putri Lavendar semasa mereka masih duduk di bangku sekolah. Ia bergegas mengecek dinding yang tertutup oleh lukisan-lukisan, setiap celah pajangan unik. Tak ada apapun.

Kemungkinan terakhir adalah brankas. Tapi bagaimana ia bisa membuka brankas jika bahkan Pangeran Silas tidak menggunakan kode yang mungkin bisa ditebak-tebaknya; angka kelahiran ibunya, ayahnya, Miguel atau apapun sialan itu? Ketidakberuntungannya adalah Pangeran Silas menggunakan sidik jari jempol untuk mengaksesnya.

Putri Harmony melemparkan tubuhnya ke atas kursi kebesaran Pangeran Silas, memijat pelipisnya frustasi. Matanya terpejam dan ia merenungi setiap kilasan-kilasan yang bisa diingatnya. Ia butuh memasang puzzle yang dimilikinya hingga sempurna.

Pangeran Silas mengajukan diri secara tiba-tiba untuk menikahinya, bahkan mereka sekali pun tak pernah bertemu secara langsung. Tidakkah itu sebuah pertanyaan? Tapi Pangeran Silas mengatakan padanya ia melakukannya untuk menyelamatkan apa yang ditinggalkan Pangeran Magnus. Apa di sini adalah harga diri dan kehormatan seluruh anggota keluarga, termasuk dirinya dan nama baik kerajaan.

Kedengarannya masuk akal mengingat Pangeran Silas menyemplungkan dirinya sendiri untuk mengencani Brianna demi memberikan fakta pada Pangeran Magnus jika kekasih pertamanya itu bukan perempuan baik-baik.

Tapi lainnya adalah Pangeran Silas bisa melakukannya untuk menyakiti Pangeran Magnus. Suara Pangeran Silas di masa lalu mengisi kepalanya.

Aku membencinya, Harmony. Dia mengambil segalanya dariku. Dia adalah penyebab ayahku membenarkan tuduhan hakim ibuku merayunya.

Miguel mengatakan Pangeran Silas tidak terlibat, berkebalikan dengan fakta yang diberikan Megan. Pangeran Magnus juga mengatakan tidak, tapi Putri Lavendar memiliki pengakuan sama seperti Megan. Dua versus dua. Tidak ada yang lebih banyak mengatakan salah satunya.

Putri Lavendar mengatakan ia di sini ketika Pangeran Magnus kembali pertama kalinya ke istana. Pengakuannya Pangeran Magnus terluka dan ia mengatakan Pangeran Silas yang melakukannya. Bukti yang digunakan Putri Lavendar adalah larangan akses penerbangan Pangeran Silas atas nama Pangeran Magnus dan benar ia memang batal berangkat ke Maldives bersama Pangeran Silas. Penyebab yang diberikannya sama; Pangeran Magnus melarang setiap akses penerbangan untuk Silas Maranello. Putri Lavendar tidak berbohong dia berada di Istana Wealthbridge jika ia bahkan mengetahui fakta itu.

Terluka?

Kata terluka bisa dipasangkan dengan disandera dan kebenarannya memang begitu, tapi bila dipasangkan dengan Pangeran Silas. . .

Ia pernah menemukan Pangeran Silas babak belur ketika mereka tinggal di Beverly Hills. Pangeran Silas juga terluka parah. Mood-nya bahkan buruk saat itu sampai-sampai ia menolak diobati olehnya. Mood Pangeran Silas selalu buruk jika menyangkut Pangeran Magnus dan Beverly Hills bukan pulau yang membutuhkan delapan sampai enam belas jam untuk sampai di Pulau Elizabeth.

Tidak. Itu teori konyol, Harmony.

Putri Harmony menampiknya. Ia lalu membuka mata dan menegakkan tubuhnya, mencari pulpen lengkap dengan kertas kosong yang bisa digunakannya untuk mencoret-coret.

"Kenapa aku bisa mengenal Megan? Karena Silas mengirimnya untuk menjagaku saat dia pergi. Silas percaya pada Megan dan Megan sekarang menuduh Silas. Jika aku membuat perkiraan di sini, Megan mengkhianati Silas. Miguel sepupu Silas dari ibunya, Silas sepupu Miguel. Miguel menyandera Magnus karena ayahnya meninggal dan bibinya. . ." Putri Harmony menghentikan gerakan pulpennya di atas kertas. "Bibinya adalah ibu Silas. Dia menaruh dendam karena kecelakaan itu."

Dahinya berkerut dalam. Nama Miguel tidak asing di telinganya sebelum Pangeran Silas memberi tahunya ia adalah sepupunya atau bahkan sebelum Megan mengungkit-ungkit soal Miguel.

"Miguel, Miguel, Miguel." Putri Harmony menuliskan namanya berkali-kali di atas kertas. "Pulau Christopher," gumam Putri Harmony.

Mendengar suara asing yang berasal dari lantai bawah, jantung Putri Harmony kembali berdebar kencang. Bunyi tersebut mirip seperti benda yang dibanting. Dengan terburu-buru, ia membuka kembali pintunya, menuruni tangga dengan cepat dan mendengar suara yang berasal dari halaman belakang.

"Brengsek!"

Itu suara Pangeran Silas. Ia mengenal bagaimana suara kasar pria itu.

Perlahan, Putri Harmony mengikuti asal suara, lalu diam-diam bersembunyi di balik jendela besar yang terbuka melihat Pangeran Silas tampak sedang berteleponan di pinggir kolam renang.

Pria itu kelihatan marah. Rahangnya mengeras dan mata cokelatnya menggelap. Pangeran Silas tampak seperti siap menghancurkan apapun yang ada di hadapannya.

"Hanya pekerjaan sepele dan kalian bisa lengah!" Pangeran Silas kelihatan menggertakan giginya.

"Kemana Miguel?" desis Pangeran Silas.

Miguel? Siapa Miguel?

Putri Harmony lebih mendekat ke sisi jendela untuk bisa mendengar jelas suara Pangeran Silas.

"Dammit!" Lagi-lagi pangeran itu mengumpat.

"Dengar ini baik-baik...."

"Temukan dia, cari dia dan dapatkan dia kembali. Jika sampai kalian gagal, sampaikan ini pula pada Miguel...."

"Aku tidak akan segan-segan untuk menggantung leher kalian. Apa kalian mengerti?"

"Bagus."

"Dan itu alasan Silas meninggalkanku dan Megan menemaniku di Pulau Christopher. Silas. . ." Putri Harmony tidak mampu melanjutkan kalimatnya ketika kilasan tersebut berputar dalam kepalanya. "Tidak. Silas tidak mungkin melakukannya. Dia tidak mungkin sejahat itu. Silas-" Semua yang dibutuhkannya adalah penjelasan Pangeran Silas. Dengan cepat ia berdiri dari duduknya, terlalu terburu-buru sampai sesuatu jatuh dari kursi.

"What the hell. . ." Putri Harmony mengurungkan niatnya membangunkan Pangeran Silas untuk menuntut penjelasan. Dia terpana. Sangat-sangat terpana.

Bukan karena foam kursi yang terjatuh di lantai ketika dia terlalu tergesa-gesa berdiri, melainkan apa yang ada di atas kursi kerja Pangeran Silas yang kini tanpa tertutup foam.

Handphone Magnus dan flashdisk berisi semua rekaman CCTV di dalam bungalow miliknya.

Tubuh Putri Harmony seketika bergetar. Bulu kuduknya naik, nyaris seluruh tubuhnya terasa panas. Ketakutan merayapinya seperti lalat. Ia bahkan hanya melihat handphone dan flashdisk yang terbungkus plastik bening, bukan sesuatu mengerikan. Kalimat Megan nyata di hadapannya sekarang, terasa sangat-sangat mengerikan hingga ia bahkan tak berani menyentuhnya.

"Silas," bisik Putri Harmony lirih.

Otaknya seperti diblokir. Dia tidak mampu mengatakan fakta dalam kepalanya. Dia mengencani Pangeran Magnus selama dua tahun, selama itu pula mereka bagaikan pasangan tak terpisahkan, meskipun jarak antar benua menjadi tantangan mereka. Sesibuk apapun keduanya, mereka tetap mencari waktu bertemu dan ia tidak mungkin lupa handphone Pangeran Magnus-I-phone berwarna hitam yang dibungkus oleh case berwarna biru laut senada dengan mata biru Putra Mahkota itu.

Putri Harmony menyentuh plastiknya perlahan, mengeluarkan ponsel Pangeran Magnus dari sana. Telepon genggam itu menyala, seketika memantulkan cahaya yang menampilkan gambar sepasang insan yang bahagia.

Ia dan Pangeran Magnus. Foto yang diambil ketika mereka berdua liburan ke Pulau Cavendish-salah satu pulau favorit Pangeran Magnus untuk merayakan satu tahun hubungan mereka.

Putri Harmony langsung membuka laptop Pangeran Silas di atas meja, menutupnya kasar mendapatkan laptop tersebut memerlukan sandi. Ia tak menyerah begitu saja, mencoba menebak-nebak jenis kata yang digunakan Pangeran Silas; namanya, Raja Maranello, Ratu Gricella dan kata terakhir yang berhasil membuka laptop Pangeran Silas adalah nama ibu kandungnya; Amarossa.

Ia langsung menyambung flashdisk ke dalam laptop, mencari folder dan menemukan banyak file dalam bentuk video. Ia membuka video di baris pertama dan apa yang terputar membuatnya tak mampu bergerak.

Ruangan serba hitam. Pangeran Magnus tampak jelas terlihat diikat di atas kursi berwarna cokelat kayu dan di hadapannya, Pangeran Silas yang berdiri dengan setelan gelapnya.

Putri Harmony menutup mulut dengan tangannya. Ketakutan bercampur kekecewaan, keterkejutan dan perasaan bersalah menyatu dalam dirinya. Air mata membasahi bola mata hijaunya. Ia bisa mendengar jelas setiap percakapan mereka. Ia bisa melihat bagaimana Pangeran Silas memukul Pangeran Magnus sampai pangeran itu nyaris kehabisan napas.

"Apa yang kau pikir kau lakukan di dalam sini, Harmony?"

Suara desisan yang berasal dari arah pintu membuat Putri Harmony terlonjak. Ia mengangkat wajahnya, menemukan Pangeran Silas dalam pakaian serba hitamnya berdiri di depan pintu dengan wajah dingin, tatapan mata tajam serta rahang yang mengeras.

Ia mungkin akan ketakutan jika ia tidak tahu siapa sebenarnya pria ini, tapi keberaniannya cukup besar sekarang dengan semua fakta yang ada. Pria ini adalah orang yang tidak punya hati. Dia tidak pantas ditakuti atau disegani. Putri Harmony bahkan kini merasa jijik mengingat semua perlakuan manis pria di hadapannya.

Ia lalu berdiri, mendekati Pangeran Silas dan tak tanggung-tanggung memberikan tamparan paling keras sampai-sampai kepala Pangeran Silas terpelanting ke belakang. Tamparannya kali ini lebih kuat daripada tamparannya pada Pangeran Magnus waktu itu dan Pangeran Silas berhak mendapatkannya.

Darah segar mengalir dari hidung Pangeran Silas. Putri Harmony tidak merasa perlu mengasihaninya sama sekali sementara Pangeran Silas menyentuh hidungnya sendiri, tersenyum miring melihat darah di tangannya.

Putri Harmony meluncurkan setiap rasa frustasinya melalui kata-kata yang terlalu keras. "Kau adalah orang paling jahat yang pernah aku tahu. Kau memanipulasiku, membohongi semua orang. Kau menyiksa Magnus, membuatnya menderita dan kau memisahkan kami demi dendammu yang salah. Kau mengagalkan pernikahan kami. Kau membuatku memandang Magnus adalah pecundang yang meninggalkanku di atas altar. Kau bajingan! Kau sialan! Kau jahat! Kau-"

"Ya." Pangeran Silas membentak. "Ya, Harmony. Itulah aku. . ." Pangeran Silas tersenyum dingin. "Bajingan."

Putri Harmony menggelengkan kepalanya tak percaya. "Aku tidak percaya aku bisa mempercayaimu dan membelamu. Kau membiarkan semua orang menanggung kesalahanmu. Trevor mendekam di penjara, menutupi kesalahanmu sementara kau di sini, merasa tak berdosa dan menjalani kehidupan normalmu. Magnus terluka, dia kesakitan tapi dia bahkan ikut menutupi semua kesalahanmu." Lalu menaikkan satu oktaf suaranya. "Kau egois, Silas! Kau tidak punya hati! Kau orang paling kejam yang pernah aku temui. Aku membencimu!"

"Kau tidak." Pangeran Silas langsung menerjang maju, mencengkram kedua lengan Putri Harmony. "Kau mencintaiku, Harmony. Kau mencintaiku. Kau yang mengatakan padaku kau mencintaiku."

"Aku bahkan meragukan perasaanku sekarang. Orang jahat sepertimu tidak pantas dicintai," kata Putri Harmony, nada suaranya lebih lemah.

Tanpa sadar, Pangeran Silas mengeraskan cengkramannya sampai Putri Harmony meringgis. Bola mata cokelat Pangeran Silas terlihat seperti elang yang siap menelan korbannya.

"Katakan kau mencintaiku. Katakan, Harmony," desak Pangeran Silas. "KATAKAN!" bentaknya keras ketika Putri Harmony hanya menatapnya tanpa suara.

Sejenak, keduanya hanya saling menatap. Pangeran Silas menyelam ke dalam mata Putri Harmony yang kini dipenuhi kekecewaan sama halnya dengan Putri Harmony yang menemukan kekecewaan yang sama di balik mata beku Pangeran Silas seperti di matanya.

Tawa ironi Pangeran Silas memenuhi ruangan. Ia melepaskan cengkramannya, tertawa tanpa henti. Entah mengapa tidak ada rasa simpati di hati Putri Harmony melihat satu bulir air mata yang mengalir di pipi Pangeran Silas.

Ia sudah terlanjur terlalu kecewa dengan pangeran ini. Percakapan dalam video tersebut membuat hatinya beku.

"Tentu saja kau hanya mencintai Magnus. Aku bodoh percaya padamu jika kau mencintaiku. Aku memang tidak pernah bisa menang dari Magnus. Dia selalu memiliki segalanya," kata Pangeran Silas getir.

Putri Harmony lagi-lagi menggelengkan kepalanya tidak percaya.

"Dengar, Silas, jika aku mencintai Magnus, maka dia berhak mendapatkannya. Kau perlu mengaca. Kau adalah orang yang patut disalahkan di sini. Kau melukai semua orang, Magnus, ayahmu, Miguel dan Megan. Kau bahkan melukaiku. Kau tidak pernah memikirkan orang lain dan hanya memikirkan kebahagiaanmu sendiri. Kau selalu berpikir bahwa kau yang paling menderita sementara Magnus dan orang-orang di sekitarmu bahkan lebih menderita demi melindungimu." Putri Harmony kali ini bisa lebih tenang. "Kau memang punya masa lalu kelam, tapi bukan berarti kau membuat hatimu memiliki kekelaman sama seperti masa lalumu."

"Aku tidak bisa memaafkanmu untuk hal ini, Silas." Putri Harmony menarik napasnya panjang. Tidak boleh ada air mata untuk sebuah keputusan demi kebaikan mereka. "Kita selesai. Aku akan mengirim surat cerai untukmu sementara kau berpikir siapa dirimu dan bagaimana kau harus bersikap."

Pangeran Silas membeku di tempat mendengar kalimat Putri Harmony. Matanya melebar kaget. Seluruh darahnya berdesir menyakiti tubuhnya. Ia bisa menerima apapun jenis penghinaan, kata-kata kasar bahkan tamparan atau pukulan dari Putri Harmony, tapi tidak dengan perceraian. Perceraian berarti berpisah dan ia akan kehilangan Putri Harmony.

Ia tidak bisa kehilangan Putri Harmony dan anak mereka.

"Dan kau berpikir untuk kembali pada Magnus." Tangan Pangeran Silas terkepal. Ia menjaga nada suaranya tetap dingin untuk menyembunyikan ketakutannya. Kata-katanya berhasil menghentikan langkah Putri Harmony yang akan meninggalkan ruangan. "Kau lupa, Harmony, aku pernah mengatakan padamu kalau Magnus tidak akan pernah mau mencicipi perempuan yang sudah aku cicipi. Kau sudah memiliki catatan bekasku dan Magnus-"

PLAK.

Putri Harmony berbalik dan langsung memberikan tamparan keras lainnya. Setidaknya tamparannya tidak sekeras tamparan sebelumnya.

"Kau terlalu picik untuk memikirkan segala hal tentang seks. Cinta bukan soal seks dan kau perlu tahu, Silas, alasan lain aku mau berpisah darimu adalah. . ." Putri Harmony bisa merasakan suaranya tercekat. Ia hanya tidak sanggup mengingat percakapan dalam video.

Yah, kuakui awalnya aku memaksanya. Dia butuh sedikit paksaan pertama kali, tapi setelahnya. . . . Dia sangat liar. Harmony-mu sangat panas di ranjang. Dia bahkan tidak membiarkanku melepaskan sentuhannya. Kau perlu menyesal, Kakak, calon istri yang kau gagal nikahi itu. . . .Ah, memiliki rasa yang nikmat.

". . . Kau memandangku hanya sebagai objek seks untuk memuaskan nafsumu. Jika ada kata yang melebihi kata bajingan. . . Itulah dirimu." Putri Harmony mengangkat telunjuknya ke udara, menunjuk Pangeran Silas emosi.

"Lavendar benar. . ." Putri Harmony menarik napas panjang, menahan perasaan sakit di hatinya mendengar lagi potongan suara lain video tersebut dalam kepalanya.

. . .Kau tinggal menunggu kabar gembira selanjutnya; Raja Maranello menyerahkan tahkta padaku

Melihatmu menderita, tersiksa, sengsara. . . . Semua itu akan terwujud, Kakak, dengan mengambil semua milikmu yang berharga, termasuk Harmony-mu, Magnus

"Kau adalah orang jahat, tapi lebih dari itu, kau licik dan picik. Kau menikahiku untuk membalaskan dendam pada kakakmu sendiri yang tidak bersalah. Kau gila harta, kau menginginkan tahkta yang akan jatuh di tangan Magnus. Itu sebabnya kau menghamiliku, kan?" Putri Harmony kali ini membiarkan seluruh air matanya tumpah. "Dengar ini baik-baik, Silas Maranello, aku takkan pernah membiarkan anakku tahu kalau ayahnya adalah orang jahat yang mempergunakannya untuk mendapatkan tahkta. Ayahnya membuatnya ada untuk kepentingannya sendiri. Aku takkan membiarkan dia tahu kau adalah ayahnya. Kau. Tidak. Akan. Pernah. Bertemu. Dengan. Anakku." Putri Harmony menekan satu per satu katanya.

Pangeran Silas terlalu banyak mendapatkan tamparan ilusi di hatinya sehingga ia bahkan tak sanggup mengucapkan kalimat apapun selain mencoba mencerna setiap kalimat Putri Harmony. Ia bahkan terlalu terpaku dengan air mata Putri Harmony dan bagaimana ia melihat garis-garis luka di bola mata hijau cantik yang biasanya menatapnya dengan senyum. Ia tak dapat membela diri, tidak jika ia harus melihat luka di mata cantik itu.

Kakinya seperti dipaku. Ia bahkan tidak berpikir menyusul Putri Harmony dan hanya bisa menatap punggungnya yang mulai menjauh.

Pangeran Silas termenung di bawah gelapnya langit sampai cahaya mentari naik ke permukaan dan memantulkan bayangan wajahnya di permukaan tanah. Sudah satu jam ia duduk di kursi Taman Istana Wealthbridge favoritnya, kursi yang menghadap langsung bunga-bunga Amarossa. Kedua tangannya saling bertaut di atas kedua lututnya dengan punggung yang setengah membungkuk. Tatapannya tampak kosong.

Tidak ada anggur. Ia terlalu depresi untuk mencari anggur yang disembunyikan oleh Carlos atas perintah ayahnya. Ini satu-satunya tempat yang bisa membuat hatinya merasa terisi.

Lagi.

Pangeran Silas tidak mampu menahan air mata sialan yang sejak tadi ingin keluar. Ia sudah berkali-kali menahan napas agar air matanya tidak jatuh, namun sekarang ia membiarkannya. Paru-parunha cukup sesak menahan air mata kesakitan itu.

Dia baru mendapatkan kebahagiaan dan lagi-lagi hilang begitu cepat.

Ia mengakui semua adalah kesalahannya. Ia salah merencanakan Pangeran Magnus gagal menikahi Putri Harmony. Ia salah menggunakan Putri Harmony sebagai alatnya untuk membalas dendam pada Pangeran Magnus. Ia mengaku salah sebab dulu keadaannya berbeda. Ia dulu hanya tahu Pangeran Magnus selalu bahagia, mendapat banyak kasih sayang, mendapatkan segalanya, merenggut kebahagiaannya dan ibunya. Ia dulu tidak tahu jika Pangeran Magnus juga adalah korban menderita akibat perbuatan ayahnya. Ia hanya ingin mengambil haknya dan ibunya.

Putri Harmony adalah satu-satunya yang berhasil membuatnya memandang hidup secara berbeda. Ia memiliki harapan dan gairah hidup ketika bersama dengan perempuan itu. Ia merasa memiliki sesuatu yang dapat diperjuangkan selain memikirkan dendam ketika Sang Putri bersamanya. Kelembutan dan ketulusan Putri Harmony berhasil menarik hatinya. Ia jatuh hati dengan perempuan yang seharusnya menjadi istri kakaknya itu.

Dan sekarang ia kehilangan Putri Harmony.

Pangeran Silas meremas rambutnya frustasi, mengusap-usap wajahnya kasar. Ia menyalahkan takdir yang membuatnya harus bertemu Putri Harmony dengan cara seperti ini, jatuh cinta dengannya dalam situasi seperti ini.

Dia tidak bisa melepas Putri Harmony. Apapun akan dilakukannya untuk membuat Putri Harmony berada di sisinya. Apapun yang bisa membuat perempuan itu memaafkannya, memahami kondisinya dan mencintainya kembali, sekali pun jika ia perlu berlutut di bawah kaki perempuan itu atau Pangeran Magnus atau ayahnya atau bahkan Pangeran Henrik.

Kau tidak akan pernah bertemu anakku.

Pangeran Silas langsung berdiri dari duduknya, bergegas menuju kamarnya. Jika kehilangan Putri Harmony mungkin masih bisa diusahakan ditanggungnya, kehilangan anaknya adalah hal lain. Ia tidak akan pernah membiarkan Putri Harmony membawa kabur anak mereka. Tidak akan pernah.

COPYRIGHT 2020 by V.K.
All Right Reserved.

Continue Reading

You'll Also Like

421K 35.6K 47
(Sinopsis lengkap terdapat di dalam) Sekuel kedua The Secrets of Prince Silas, buku kedua di seri Wealthbridge Kingdom. Please read The Secrets of Pr...
KITKAT By gi²

Fanfiction

5.6K 549 10
00'dream-aespa high school oneshot collection - 🐰⭐, 🦊🦋, 🐶❤, 🐻🌙
329 103 12
On going~ "Kita saling mengenal di tempat yang sama, tapi apakah kisah kita, akan sama-sama bahagia?" Kepindahan Adelia, ke tempat tinggal kakek dan...
62.2K 821 5
Squel Leonard Semasa hidupnya dia menyianyiakan putra kecilnya hanya untuk bertahan di sisi pria bernama Harland yang tidak lain adalah suaminya. Da...