LALA LOST [END]

By LeeAgst

14.7K 1.7K 123

Lala adalah sebuah masa lalu, yang telah terhapus dari kotak memory Yuki. Seorang pemuda, yang di berikan gel... More

#⃣ Prolog
1⃣
2⃣
3⃣
4⃣
5⃣
7⃣
8⃣
9⃣
🔟
1⃣1⃣
1⃣2⃣
1⃣3⃣
1⃣4⃣
1⃣5⃣
1⃣6⃣
1⃣7⃣
1⃣8⃣
#⃣ Epilog

6⃣

582 80 10
By LeeAgst

LALA LOST
Capt : 6
Star


Newyork, 2023 April 4

Tepuk tangan bergemuruh, saat seorang pemuda bangun dari duduknya. Mata yang berbinar bangga, milik seorang wanita paruh baya. Dia Ibu dari pemuda yang sudah berusia, 26 tahunan itu.

Genius Pianis

Nama itu melekat kuat, pada diri pemuda yang sedang tersenyum diatas panggung. Merengkuh, satu ikat bunga Lili ditangannya. Semua penonton yang merinding, karena ikut terenyuh dalam permainan calon Presdir muda itu. Ikut, berdiri dan berdecak kagum.

"Selamat atas world Concert mu".

Rangkaian bunga, dari kolega bisnis dan kerabat berjejer di gedung Opera.

"Jeon". Tepuk seorang laki-laki, dengan jenggot panjangnya. Kepada bahu, pemuda tersebut.

Sang pemuda berbalik, dan menunduk pelan. Dia adalah guru, pemuda itu.

"Selamat atas world Concert mu, Jeon! I Hope, its'nt the last time I can See you". Katanya, kepada seseorang bermaga Jeon tersebut.

Dia Jeon Jungkook, pemuda yang sedng mengadakan konser di beberapa tempat. Kesuksesannya, membawa dia tidak hanya sebagai pianis ternama. Tapi juga komposer, dan calon direktur utama perusahaan terkemuka diseluruh dunia. "Yess, You Can mr. Don't be Affraid, kamu akan sembuh secepatnya".

"Thank's Jeon". Katanya memeluk sang murid, dia tersenyum bangga telah menjadi salah satu nama yang ada. Di Biografi, Jeon Jungkook.

Irene tersenyum, dan menghampiri keduanya. "Terimkasih juga pada anda, telah menjadi guru terbaik bagi anakku". Kata Irene, dia mengelus punggung anaknya.

"Yes, Madame Irene". Jawab Pak tua, yang bernama Josh itu.

Jungkook memandangi ibunya, kemudian ikut tersenyum. "Kau juga, wanita yang baik ibu. Terimakasih".

Irene memerah malu, dia mendorong pelan bahu anaknya. "Kau pandai mengatakan pujian, pasti karena ayahmu".

Jungkook mendapatkan pesan teks masuk, dia membuka dan memutar bola matanya malas. saat melihat, nama Nam Tae Hyun dilayar itu.

--------

Kelinci, kalau pulang ke korea. Hubungi aku, kau belum mentraktirku kemarin. Oh iya, aku lihat vidio kiriman, dari bibi Irene. Permainanmu, tetap Payah. Seperti biasanya, lol lol lol.

✔️

--------

Nam Tae Hyun, adalah teman saat kuliah dulu. Seorang musisi ternama dan sudah sering merilis album, sejak umurnya masih sebelas tahunan. Dia menjadi sahabat, terlama Jungkook. Sifat, Nam berbanding terbalik dengan Jungkook yang dingin. Dia konyol, penakut. Tetapi, hangat dan ceria.

Jungkook memasukan handphonenya kembali ke dalam saku, celananya. Tapi satu teks muncul, dilayar itu. Dia tidak sengaja membukanya, karena layar pop up tetsentuh oleh jarinya.

-------

Hai, Presdir muda Jeon? Aku star, designer dari perusahaan brand Fashion TF (Thailand Fantastic). Aku ingin mengakakmu, kerja sama. Mau kah kau, menemuiku?

✔️

---------

Jungkook hanya mengernyit, kemudian mengabaikan pesan itu. Dan kembali berusaha, menjejalkan Handphonenya.

Pesan berantai, datang menyerbu. Hingga Jungkook kembali fokus, pada layar handphonenya.

-------

Kau membaca, tapi tidak membalas. Itu tidak sopan!

Hai

Hallo

Permisi

️✔️

---------

Siapa sebenarnya, yang berani memberikan nomer pribadi Jungkook pada gadis ini. Dia kemudian memisahkan diri dari kerumunan, dan mencari Nomor yang menurutnya adalah tersangka utam.

"Hallo". Suara parau, itu terdengar. Rupanya yang ditelpon, Jungkook baru bangun dri tidurnya.

"Kau memberikan nomorku pada TF grup?". Tanya Jungkook, dengan suara yang terdengar mengerikan.

Seok Jin menjauhkan benda yang sekian detik, menempel ditelinganya. Dia memperhatikan lamat-lamat, kemudian membola saat nama Presdir muda Jeon. Terpampang, "Ah, maafkan aku tuan muda".

"Jawab aku!". Pemuda ini galak, dia tidak bisa bersikap manis sedikit saja. Pada orang, yang lebih tua darinya.

"Ya, benar aku yang memberikannya. Gadis itu menerorku, siang dan malam. Jadi aku memberikan nomormu". Seok Jin memang polos,  dia mengatakan tanpa beban. Meski yang di buat jengkel, adalah atasannya sendiri.

Benar dugaan Jeon, dia mengusap wajahnya kasar. "Katakan padanya, jika aku tidak akan bekerja sama".

"Tapi tuan, dia bilang. Dia tidak butuh jawaban penolakan".

Jungkook menarik nafas malas "Yang butuh siapa?".

"Dia". Jawab cepat, yang seok Jin maksud dia itu. Si Star, designer dari TF.

"Lalu?".

"Kemarin dia datang ke korea, dia mengacak-acak ruanganku". Kata Seok Jin, kesal. "Karena, dia tidak menemukammu".

Jungkook tertawa singkat, dia ingat. Jika sekertarisnya, sangat suka kebersihan. Dan sanagt tidak suka, barang berantakan. Apalagi, ruangannya. "Dia sangat bar-bar, mengapa kau mengijinkannya masuk keruanganmu?".

"Dia merayuku, dengan album BTS".

Serius, bahkan jika Seok Jin ingin datang ke fanmet atau ke konser BTS sekalipun. Dia tidak akan miskin, dalam satu bulan. Dia juga, bisa membeli album yang banyak dari beberapa versi. Dengan uang gajinya, sendiri. Dasar Fanboy, Lemah!

"Aku, tidak mau tau. Urus dia untukku, aku tidak mau bertemu dengannya". Kata Jungkook, kemudian mematikan pnggilan singkat.

Seok Jin mendengus pelan, dia membuang IPHONE 16 Pro keluaran terbaru yang kemarin Seok Jin beli kesembarang arah. Dan menjatuhkan punggungnya, ke kasur kembali. Mata Seok Jin terbelalak, saat mengingat betapa mahalnya Handphone itu. dia langsung mencari keberadaan, Iphone nya. Saat Ia mendapatkan benda itu kembali,  seok Jin mengecupi dan memeluknya.

"Untung, tidak lecet".

.
.
.

Siang itu, di salah satu titik di Seoul.
Gadis manis berponi, yang sering di panggil Star. Duduk di arean cafee, dekat dengan gedung bertuliskan Jeon Grup. Dia memakai kaca mata hitam, topi baret pink. Dan setelan Coat, menutupi sampai mata kaki. Tak lupa, americano tersedia dimeja nya.

"Baiklah, jadi kau tidak membalas huh!!". Gumamnya, memperhatikan layar pipih dekat Cup kopi. Sedari tadi malam, dia mondar mandir menunggu balasan. Lihat saja, kantung mata nya. Dia juga menguap, beberapa kali.

Lisa, ya.... gadis yang bernama Inisial star itu, adalah Lalisa Manoban. Designer muda, yang sangat ambisius. Dia memiliki keyakinan, kuat dalam bidang Yang ia geluti. Selama bertahun lamanya, Lisa berasal dari thailand. Tapi, dia juga selalu berkeliling ke negara-negara asia - eropa. Untuk Fashion Week, atau hanya sekedar berlibur mencari inspirasi.

Dia menyeruput kopinya, kemudian meletakkan kembali. Matanya Ia putar, meneliti dinding Cafee mencari Jam dinding. "Cafee sebesar ini, apa sulit sekali menaruh Jam dinding. Dibanding hiasan tak berguna seperti itu?". Keluhnya, dia beralih menatap gedung didepannya.

Padahal, Lisa bisa langsung menghungi Seok Jin. Tapi, sekertaris dari Jeon itu. Sama sekali, tidak membalasnya. Terhitung sejak, pagi ini. Gadis ini, sangat keras kepala. Kau bahkan bisa memecahkan telor matang, diatasnya.

"Jeon Jungkook, aku pasti mendapatkanmu!!". Kata Lisa, menjentikan jari didepan mukanya sendiri.

Seorang wanita cantik, berwajah oriental memasuki Cafee itu. Kehadiranya,  menyita perhatian. Terkecuali, Lisa yang sangat serius disana. "Ah, maafkan aku. Apa kau menunggu lama?'. Ujar Seorang Gadis, bernama Kim Jennie. Dia adalah salah satu model, yang Lisa punya. "Apakah kau bosan?". Katany, seraya menarik kursi dan duduk dihadapan Lisa.

Lisa melirik Jennie, "Aku bosan, maka berikan aku seratus Juta dolar untuk membeli saham perusahaan itu". Kata Lisa, dia sebenarnya tidak terlalu peduli dengan ucapannya yang konyol itu.

"Apa kau serius ingin menjadikan seorang presdir, Brand Ambasador?". Jennie tidak tau, jika gadis ini tidak pernah ingkar pada keputusannya.

"Saat ini dia bukan Presdir, tetapi seorang pianis tampan". Jelas Lisa pada Jennie, wajah Jungkook yang Lisa lihat saat di pertunjukan musik klasik eropa. Membuatnya, terkesima. Tentu saja, sebenarnya Lisa saat itu di ajak rekan bisnis untuk kencan. Bukan terkesima dengan teman kencan butanya, dia malah berbinar melihat pemuda tampan si Pianis itu.

Tapi, mari kita rahasiakan rahasia Lisa.

"Jadi, sekarang apa kau tertarik dengan seorang pemuda tampan?". Ledek Jennie, kemudian terkekeh pelan. Setiap hari saat pemotretan, bahkan saat menghadiri Acara Fashion. Ada saja yang mengajak Lisa kencan, tampan? Tentu! Kaya? Apalagi! Kadang Jennie, hanya mendukung Lisa. Dan mengambil, semua pemberian pemuda - pemuda malang itu.

Lisa menatap Jennie sinis, "Aku bosan, setiap hari melihat ABS pemuda tampan. Mereka terlalu, membosankan. setidaknya muka Pianis itu. Berbeda, dan cocok untuk model bajuku yang terbaru".

"Kalau dia menolak?".

"Maka aku akan benar-benar, membeli setengah saham Jeon Grup!!!".

Jennie tertawa pelan, Lisa tidak pernah kurang jawaban.

"Apa kau mampu membelinya? Aku fikir satu juta dolar belum bisa membeli 10% sekalipun".

"Tenang, aku masih punya kamu untuk aku gadaikan. Ke om-om yang duduk disana". Muka Lisa sangat serius, dia menunjuk-nunjuk Om-om berjas. Yang terlihat, modis dan ber Uang tebal. Jennie tidak tersinggung, Jennie sudah terlalu biasa dengan mulut asal Lisa.

"Baiklah, asal aku dapat satu lamborghini dan apartemen disebelah mu". Balas Jennie.

Jennie memperhatikan, satu cake yang baru saja di turunkan dari nampan sang pramu saji. Dia menyendok, kemudian menjejalkan kemulutnya. "Hm?".

"Jangan berakting disini". Kata Lisa, matanya tetap menatap pergerakan dari pintu gedung yang menjadi perhatiannya.

"Ini serius, enak". Jennie, menyendok makanan tidak memperhatikan pipinya yang sudah menggembung.

"Baiklah, makan dan jangan banyak bicara. Kau menggangguku!!". Ketusnya, Lisa merasa tenggorokannya kering.

Jennie terkekeh, "Kau yang traktir bukan?".

"Ya ya ya". Ujarnya malas, dia melihat pintu gedung itu membuka dan menutup. Satu persatu, mata elang Lisa meneliti orang-orang yang masuk keluar, gedung.

"Sampai kapan kau akan begitu?".

"Sampai aku berhasil".

"Yakin, kau akan berhasil?".

"Tentu".

"Tapi bukankah, yang kau butuhkan si pianis itu. Kenapa kau ke korea, pianis itukan sedang konser amerikanya".

Lisa membola, dia menatap Jennie. "Benarkah?".

"Kau tidak tau?". Detik berjalan, Jennie tetap melihat Lisa. Saat Lisa tidak menjawab, Jennie faham gadis ini sangat tetburu-buru. "yak!! Kau bodoh??".

Lisa menggaruk tengkuknya, "Bukankah, Kai yang mengatakannya".

"Kai?". Jennie menelan seluruh makanannya, dia meminum air Jus terlebih dahulu. Melonggarkan, tenggorokannya sebelum mengambil Handphone. Dan mendial, si kurang ajar itu.

.
.
.

Lisa lelah mendengar pertengkaran sepasang burung cemara, dia keluar dan berjalan - jalan disekitar seoul. Sebenarnya, dia tidak hafal jalanan ini. Tapi tenang saja, Lisa sudah mendownload Aplikasi Waver (plesetan Naver) . Sehingga jika ia tersesat, dia bisa cek Maps untuk kembali ke apartemenya.

Tidak ada yang mengenalinya, tentu saja. Dia hanya orang yang bekerja, dibalik layar. Hanya orang yang mengerti Fashion, tau siapa dia. Lisa memperhatikan tempat itu, ini adalah sungai. "Indah sekali". Lisa duduk ditepiannya, menatap aliran air lamat-lamat.

"Jadi, apa dia menerima pesanku dan mengabaikanku?". Kata Lisa, sembari memangku dagunya. "Ck ck ck, Lisa-ya... Apa kau menyerah? Tidak, kau tidak boleh menyerah". Semangatnya, dia mendengus pelan. "Sebenarnya, apa yang sedang aku lakukan,  sih!". Gadis ini sama sekali, tidak faham apa yang dilakukannya. "Ah Molla!".

"Apa kau sendirian?". Seorang pemuda berdiri, di balik punggung Lisa.

Lisa menengak-nengok disekitarnya, tidak ada siapapun.

"Aku dibelakangmu".

Lisa berbalik, dia melihat pemuda jangkung sedang mencopot kacamata hitamnya dan menarik masker dari wajahnya. Seperti sebuah iklan, Pemuda itu mengibaskan rambut panjangnya. Tebar pesona, pemuda itu menjulurkan tangan. "Nam Tae Hyun".

"Siapa ya???".

Nam Tae, hanya melebarkan mulutnya. Mendapat respon, yang biasa saja. "Kau, tidak tau aku? Apa ini ada di scenario?".

Lisa mengernyit tak faham, "Scenario?".

Pemuda itu, menggaruk keningnya. "Apa scenarionya, pura-pura tidak kenal?". Nam Tae berjongkok, agar lebih dekat dengan gadis itu. "Katakan padaku, PD Nim mengatakan apa? Apa dia marah, aku terlambat? Ah, dimana posisi kameranya. Agar aku, bisa tampil ganteng di posisi ku". Kata Nam, dengan senyum dipaksanya.

Lisa menoyor kening Nam Tae, saat pemuda itu dirasa terlalu dekat dengan posisinya. "Jangan terlalu dekat, ini tempat umum! Kau juga bau!".

Tunggu sebentar, meskipun Nam Tae selalu telat jadwal. Dia itu, artis yang profesional. Sebelum melakukan Shooting, dia akan membaca skenario atau teks naskah dan mendalami peran terlebih dahulu. Dan setau Nam Tae, kata Bau tidak ada sama sekali di kalimat lawannya. "Katakan padaku, apa PD Nim juga membuat skenario frontal seperti itu?".

Lisa menautkan alisnya, dia meneliti. Memang, siapa itu PD Nim?

"Oppa!!! "

"Itu Taehyun Oppa!!!!".

"Woah Daebbak!!! "

"Oppa!!!".

Teriakan sekitar 10 gadis remaja, membuat bulukuduk Nam Tae Hyun berdiri. Apa shooting kali ini, tidak ada pengamanan. Kenapa sangat tidak teratur sekali?

"Apa gadis - gadis itu, juga ada dalam Cast?". Nam Tae tersenyum, dia meraih tangan Lisa. "Haruskah kita berlari, dan memainkan sedikit cerita kawin lari?".

"M M M mwo???". Lisa membeo, tubuhnya diseret tanpa ampun oleh Tae Hyun berlari kencang. Sangat kencang, seperti terpontang - panting. Sedangkan Wajah Nam, terlihat berseri - seri. Dia tidak tau, dimana kamera itu. Tapi, dia akan tampil tampan disetiap sisi manapun.

Lisa menepuk-nepuk lengan Nam Tae, nafasnya memburu. "Sudah sudah cukup". Kata Lisa, dia Mencoba menghengikan pemuda ini.

Nam Tae berhenti, dia berbalik. Masih dengan senyum, andalannya. Meski rambut sudah acak-acakan, Nam Tae berdiri ditempat cukup lama. Seperti mematung.

"Apa lagi ini ya tuhan???". Gerutu Lisa dalam hati, saat Nam Tae Hyun hanya berdiri. Dengan senyum itu. "Aku harus menjelaskan padamu".

"Apa, tidak ada Hairstylis, hari ini? Kemna mereka? Rambutku sudah acak-acakan". Ternyata, Tae Hyun terdian untuk memberi ruang Hairstyl. Atau tim make Up, menyisir rambutnya.

"kau seorang artis?". Lisa menarik nafas dan menghembuskannya "Apa kau tidak punya manager?".

"Hm?".

"Aku, bukan kru tv. Atau lain sebagainya! Aku buka—".

"Tae Hyunnnnn!!!". Seorang pria, bertubuh gempal. Datang terburu-buru, "Kemana saja kau, shotingnya ditunda setelah jam 7 sore. Mengapa kau tidak datang ke kantor? Dan berkeliaran, membuat anak-anak kabur dari sekolah".

Nam Tae hanya mangap, tidak mengerti dia lagi-lagi menggaruk kepalanya. "Jadi, dia?'.

"Ah, maafkan aku Nona. Dia memang suka begini". Rupanya, yang datng adalah sang manajer itu sendiri.

"Ah ya, tidak apa". Lisa tidak mempermasalahkan, semoga pemuda ini cepat lenyap dihadapanya.

"kenapa kau tidak mengatakan apapun?". Tanya Tae Hyun kesal.

Lisa menarik nafas kesal. "Kau bertanya padaku?".

"hei! Tapi kau tadi tidak menghentikanku!".

"Kau juga langsung menarikku".

"bilang saja kau terkesima, pada pria tampan sepertiku".

Lisa berbalik pergi, mengegelng-geleng kepala.

"Huh! Dasar, Judes!".

Lisa berbalik lagi, dia marah. "Dasar pria kolot!".

"Gadis Judes!!!".

"Aish". Lisa menarik Hils runcingnya, Ingin Ia lempar ke pemuda itu. Untung saja, Hils tidak patas saat berlari tadi.

Nam Tae terkaget, dia berlari meninggalkan manajernya. Yang masih membungkuk, meminta maaf.

"Dasar, cewek aneh".

.
.
.

Jungkook membuka Handphonenya, sudah tidak ada Notif dari si designer itu. Dia menutup kembali, lalu muncul notif dari Nam Tae. Jungkook tertawa singkat, Nam Tae memang selalu bisa membuat Jungkook tertawa. Apa lagi, saat pemuda itu menceritakan kisahnya tetang gadis aneh. Tadi siang.

Penerbangan, akan dimulai. Para penumpang pesawat, langsung mematikan data dan sambungannya. Bahkan, ada yang langsung menonaktifkannya.

"Jung, aku sudah mengatakan pada ayahmu. Besok, kita sampai di korea".

"Ibu, apa kau akan ikut ayah ke eropa?".

"Sepertinya, begitu. Kau sudah cuku dewasa, kau harus mandiri".

"Aku mandiri ibu, kau saja yang selalu mengikuti kami".

Irene tersenyum, kemudian tanganya Ia bawa untuk mengelus pucuk kepala sang anak. "Kalian, prioritas utama ku".

Seperti kemarin, saat tawa hanya selingan kehidupan. Apakah sebuah reinkarnasi, menyelamatkan tawa yang hampir, tidak terasa oleh keduanya. Atau takdir, akan menciptakan luka yang baru.

Hujan, atau panas.

Terang, atau gelap.

Bahkan tawa dan tangis.

Kita butuh keduanya, apa yang paling mendominasi di hidup seseorang. Itu terasa, membosankan.

.
.
.

Hai nyong—annnnnnnnnnn

Epribadieh

Hoho hoho



Hohoho

Plak

Vote
Comment





Continue Reading

You'll Also Like

117K 18.5K 187
Jimin membutuhkan biaya untuk operasi transplantasi ginjal sang bunda namun dia bingung mencari uang kemana dalam waktu kurung 2 bulan. Sementara CEO...
40.3K 5.1K 8
"Aku ingin pensiun di usia 40 tahun dan mendedikasikan diri dan hidupku untuk anak dan istriku kelak" ㅡTaehyung 2013 "Tipe pria idamanku adalah dia Y...
250K 37K 67
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
1.3K 73 17
Menceritakan ke-empat gadis yang bernama Jisoo, Jennie, Rose, dan Lisa. Yang ditunjuk oleh ayahnya untuk melakukan sebuah misi. Misi menjadi seorang...