LALA LOST [END]

By LeeAgst

14.7K 1.7K 123

Lala adalah sebuah masa lalu, yang telah terhapus dari kotak memory Yuki. Seorang pemuda, yang di berikan gel... More

#⃣ Prolog
1⃣
2⃣
3⃣
5⃣
6⃣
7⃣
8⃣
9⃣
🔟
1⃣1⃣
1⃣2⃣
1⃣3⃣
1⃣4⃣
1⃣5⃣
1⃣6⃣
1⃣7⃣
1⃣8⃣
#⃣ Epilog

4⃣

592 83 7
By LeeAgst

LALA LOST
Capt : 4
Sorry

Hal apa yang harus orang lakukan, untuk meminta maaf. Rasa gengsi kedua orang itu, sangatlah besar. Sudah satu harian ini, Baik Yuki dan Lisa. Mereka tidak bersuara, saat keluar dari gerbang sekolah.

Yuki masih mengancang-ancang dalan hatinya, dia ingin mengatakan sesuatu yang sudah di fikirkan. "Eum,  Lis.. ".

"Yuki, kita berpisah disini saja. Aku mau ada urusan". Lisa berjalan cepat meninggalkan Yuki, kakinya Ia bawa ke sekolah internasional di depan sana.

Yuki merasa kecewa, dia hanya memandang lemas Lisa dari kejauhan. Mungkin dia faham, bahwa rasa malu dan sedih Lisa lebih besar. Dari apa yang Ia rasakan sendiri, dia bisa melihat. Lisa tersenyum dari kejauhan, senyum yang biasanya Ia lah alasan nya.

Lisa sudah berada didepan gerbang, seperti janjinya kepada Jimin. Jimin keluar dari sekolahan itu, dan langsung menarik tangan Lisa. "Kau akan takjub, permainan pianonya saaaaaanggggatttt luar biasa".

Mereka berjalan langkah demi langkah, ada beberapa siswa/i sekolah yang heran akan kedatangan Jimin dengan Lisa. Yang notabennya, Lisa dari sekolah lain. Saat jarak ruang Piano, dan lorong sudah semakin dekat. Lisa mendengar, tuts tuts Piano ditekan. Menghasilkan nada yang indah, dan penuh semangat.

Benar saja, seorang namja tampan. Sedang menikmati, permainannya sendiri. Seluruh badan, Ia gerakan. Jari jemarinya sangat Lincah, Lisa tau lagu ini sering dimainkan Yuki. Tapi hasrat, yang keluar dari permainan pemuda didepan sana. Sama sekli, berbeda dengan Yuki.

Penuh ambisi, penuh tekanan. Dan kesedihan, biasanya dipart part tertentu. Yuki, akan melihat Lisa dan tersenyum. Lisa tersenyum tipis, saat dia mengingat nama Yuki dalam otaknya. Kemudian melihat Jimin, yang masih menjelaskan tentang apa Lisa tidak bisa mendengar dengan jelas.

Kaca pembatas ruang Piano dan koridor, memantulkan punggung Nam Tae Hyun. Dan wajah Lisa, secara samar. "Jim, aku harus segera pulang. Terimakasih, telah membawa ku kemari".

Jimin mendengus pelan "Tapi, kalian belum bertemu".

"Tidak masalah, masih ada esok hari".

Jika kalian mengenal seorang Yuki dengan baik, maka kalian tau bagaimna sifat pemuda yang satu ini. Dia tidak tau, mengapa harus menunggu diluar pagar. Padahal Lisa pun, entah kapan akan keluar dari gedung itu.

Dia hanya tersenyum dan mengangguk, saat ada siswa/i yang lewat menyapanya. Setelah sekitar, 30 menit Yuki menunggu. Rupanya, dimnapun Yuki. Dia akn menjadi, daya tarik orang-orang. Tubuh seseorang yang telh di tunggu, keluar dari sana. Yuki memperhatikan Lisa, sebelum pergi menghampiri nya.

Lisa dan Jimin, Berjabat tangan kemudian melambaikan tangan satu sama lain.

Pemuda itu berjalan perlahan, mengikuti Lisa didepan sana. Saat Lisa berhenti dari langkahnya, membuat Yuki ikut berhenti. Lisa mendengus pelan, Yuki orang yang sangat susah untuk Ia hindari.

"Ada yang ingin kau bicarakan?". Tanya Lisa, masih diposisi memunggungi Yuki.

Yuki menunduk "Maafkan aku, maafkan aku". Ulangnya dua kali, dia tidak tau harus mengatakn apa lagi.

"Aku sudah memaafkanmu".

"Tidak, kau belum memaafkanku". Kata Yuki yakin, bahwa Lisa masih marah padanya.

"Untuk apa kau ingin meminta, aku memaafkanmu?".

Perkataan Lisa cukup ada benarnya, saat orang itu merasa dipermalukan di khalayak umum. Tapi masih menerima orang itu berada disisinya, untuk apa lagi pernyataan lebih panjang. Yang hanya akan memberontak, semua isi fikirannya. Lisa sudah lelah berfikir, tentan ayahnya setiap hari.

Untuk masalah sepele seperti ini, Lisa tidak mau memperpanjang renungannya. Dan bukankah dia juga sudah mengatakan memaafkan Yuki?

"Siapa dia?". Yuki mengubah alur pembicaraan.

Lisa mendengus pelan, dia sama sekali tidak minat berbicara dengan Yuki saat ini. Setidaknya, butuh waktu untuk mengatakan pada dirinya sendiri. Dia baik-baik saja. Lisa tidak menjawab, dia malah berjalan pergi.

Pemuda itu berlari, dan meraih tangan Lisa. "Kumohon, jangan abaikan aku".

"Apa yang kau inginkan, bukankah bagus aku sudah memaafkanmu?".

Yuki menunduk, dia merasa malu pada dirinya sendiri. Tapi sialannya, Yuki tidak bisa menahan diri untuk lebih rakus setiap harinya pada kehidupan Lisa. "Aku, ingin kau berbagi padaku. Marahi aku, jika aku salah. Tapi jangan mendiamkanku". Melihat Lisa, tersenyum pada laki-laki lain. Seakan membuat, Yuki gagal. Dia dulu, sudah berjanji pada Yoona ibu kandung Lisa untuk menjaga gadis itu.

"Untuk apa membaginya? Bahkan satu halpun kau tak faham".

"Lisa-ya". Rengek Yuki

"Lupakan".

"Mwo?".

"Aku bilang, Lupakan janjimu pada wanita itu". Tegas Lisa.

"Jangan memanggilnya seperti itu, dia ibumu".

Lisa menatap Yuki nyalang, dia tidak bisa menahan amarahnya ketika bersangkutan tentang Yoona. "Wanita mana yang membuang keluarganya, demi lelaki lain?!". Mata Lisa memerah.

"Dia punya alasannya, Lisa". Kata Yuki, selalu mencoba membuat Lisa mengerti.

"Kau mengerti dia? Tetapi kau tidak mengerti aku!". Air mata Lisa menetes, hingga Yuki terlihat frustasi selalu membuat Lisa terluka.

"Aku... ".

"Tidak, kau tidak mengerti! Bahkan tentang semua yang sudh terjadi disekolah". Akhirnya, Lisa membuka pembicaraan yang sudah diteknnya sebisa mungkin. "Kau, adalah Matahari sedangkan aku hanya Bumi. Kau bersinar terang disana, sedangkan aku selalu menunggu sinarmu". Lisa tercekat, saat asam mengalir dirongga mulutnya. "Yuki-ya, sudah lama aku ingin mengatakan ini. Tapi... Mari berjalan masing-masing. Dan saling tidak kenal setelah ini".

Mata Yuki memanas. "Aku mohon jangan lakukan ini, aku tidk bisa kehilanganmu".

"Hanya saja, hidupku semakin sulit jika selalu menunggumu".

Yuki menggeleng, "Aku berjanji, akan melupakan Janjiku. Tapi kumohon, jangan pergi dariku".

Lisa menunduk, "Aku lelah Yuki, Aku lelah". Lisa terisak sedih, beraninya semua yang berada di dasar hatinya meluap begitu saja.

"Aku berjanji Lisa, tolong jangan pergi dariku. Hatiku sakit, jika kau menangis". Yuki merengkuh, tubuh gadis kurus dihadapannya.

.
.
.

Lisa pulang kerumahnya, disana dia sudah melihat ayahnya tersungkur dengan botol yang berserakan. "Ayah". Pekik Lisa, khawatir.

Kim Soo Hyun mencoba membuka matanya, "Kau pulang?".

"Ayah, kenapa kau tidur disini?".

"Aku fikir, aku sudah tidak punya seseorang yang akan mengkhawatirkan ku". Katanya pelan, membuat Lisa menyeri.

"Ayah". Lisa membangunkan ayahnya, dan memapah untuk tidur di sofa ruang tamu. "Ayah, kau pucat".

"Anakku, terimakasih ". Dia menangis,  wajahnya yang pucat tak karuan meringis menhan sesak didadanya. "Terimakasih, sudah tumbuh dengan baik".

Lisa tersenyum, hidup keduanya memang kacau. Tapi keduanya tetap bertahan, dalam kesepian tanpa seseorang yang mereka rindukan diam-diam. "Kau ayah terbaik, satu-satunya keluragaku".

"tidak tidak tidak, anakku". Kata Kim menggeleng, dia meraba muka putrinya. "Kau masih punya ibumu".

"dia bukan ibuku".

"biarkan ayah yang membencinya, kamu jangan sayang".

Lisa menangis sesenggukan, dia menangis dan menangis hari ini. Betapa tidak, bahwa orang-orang disekitarnya. Selalu membuat Lisa, percaya pada Yoona. Apalagi, fakta bahwa ayahnya yang mengatakan itu semua. Setelah dihianati.

"Jangan menangis sayang". Tambah Kim Soo Hyun.

"Ayah, aku mencintaimu... Aku menyayangimu. Tolong jangan memasukan nam orang asing, di kehidupan kita berdua". Nama orang asing yang Lisa sebut, adalah ibunya sendiri. Lisa kuat, dalam pendiriannya.

Kim Soo Hyun menggeleng lagi, "Dia ibumu".

"Bukan".

"Sayang".

"Aku bilang, dia bukan Ibuku!!!  Ayah aku mohon, jangan membahasnya".

Kim Soo Hyun tersenyum miris, jangan lupa makan. Jangan Lupa belajar, selalu jadi anak yang baik dan penurut. Jadilah anak yang mampu bersaing, dan bahagia. Itu adalah sebuah kalimat, yang Kim Soo Hyun tuturkan kepada Lisa setiap hari.

"Ayah, tidurlah". Kata Lisa, saat Ayahnya hanya memandanginya.

Lisa membenarkan posisi tidur sang ayah, dia memberikan selimut dan bantal. Kemudian kembali kekamar, berganti pakaian dan beringsut kekasurnya. Satu pesan teks masuk lewat Handphonenya.

📩

......

.....

.
.
.

Yuki di panggil kedua orang tua angkatnya, untuk mampir ke rumah keluarga Koo. Dia sudah sampai didepan gerbang, saat masuk kedalam rumah megah itu. Sudah ada satu mobil mewah, terpakir tak jauh dari pintu utama.

Jun Hoe memandang melas kakak angkatnya, saat kaki Yuki sudah menapakan pintu itu. Ada dua orang tua aruh baya, yang kemarin sempat mengakui Yuki adalah anak mereka.

"Jungkook". Lirih Irene, matanya menatap lekat pada Yuki.

Yuki menengak-nengok kebelakang, mencari seseorang yang bernama Jungkook itu.

Irene tersenyum sayu, dia baru keluar dari rumah sakit hari ini. Dan langsung kerumah keluarga Koo, untuk menemui anaknya. "Lihat, dia Jungkook ku". Tunjuknya, membuat Pak Jeon memanas.

"Aku yuki, bukan Jungkook". Bantah Yuki, pada Irene.

Sedangkan Nyonya Koo tak sanggup, dia memeluk suaminya untuk menahan isakan itu. Anak dan ibu yang malang, fikirnya.

"

Kau Jungkook, anakku. Jeon Jungkook". Irene, membuka kotak yang dulu menyelimuti tubuh Yuki saat badai. Disana ada sepucuk surat, yang bertulis.

Jeon Jungkook

1 september 1997

"Aku tidak butuh surat itu, toh akta dan id ku Yuki Koo".

Irene terduduk lemas lagi, dia sudah semakin sakit dengan penolakan Yuki.

"Yuki, aku mohon kembalilah pada kami". Kini giliran Pak Jeon, yang mengatakan itu.

"Sudah berapa tahun? Kalian Baru datang sekarang?". Tanya Yuki.

"Ibumu sakit, Nak".

"Dia sehat, tuh!". Tunjuk Yuki, dengan dagunya.

"Yuki ya, aku tidak pernah mengajarimu seperti itu pada orang tua". Kata Nyonya koo, yang masih mencoba menahan isakannya. "kau sellu menasehati Lisa, tapi kau sendiri tidk bisa menerimanya".

Satu kenyataan, seperti Yuki menjilat ludahnya sendiri. Dia tidak bisa mengatakan apapun. "Aku, tidak bisa meninggalkan tempat ini".

"APA KARENA LISA??". Teriak irene, menggema seisi ruangan. "Siapa Lisa??!!".

Yuki tersulut emosi, "Siapa kau berani meneriaki Namanya".

"Yuki!!!". Sentak Tuan Koo, pada Yuki. Ini sudah diluar batas, pembicaraan.

Yuki berbalik arah, keluar meninggalkan ke lima orang yang masih dalam posisi serba salah. Dan Irene, yang menngis histeris. Yuki mempercepat larinya, dia ingin menemui Lisa. Difikirannya, hanya ada Lisa lisa dan Lisa. Apa yuki jatuh cinta? Lisa, dia berhenti saat mengingat Lisa masih menjaga jarak dengannya.

Langkah kaki yuki, berhenti disungai Cheonggye. Dia membuka layar Handphonenya, dan mendial nama Lisa disana. Mengirimi pesan, mwnunggu jawaban duduk disana.

------
Bisakah, kau menemuiku di sungai Cheonggye. Aku ingin mengatakn sesuatu, aku membutuhkanmu. Kumohon

---------

Lisa mengernyit, dia sudah lelah. Tapi tidak biasanya Yuki, mengirimi pesan seperti ini. Lisa mendengus pelan, turun dari ranjang. Memakai jaket hodie Kuning, dan menutupi seluruh kepalanya dengan hodie itu sendiri. Saat Lisa keluar, dia melihat ayahnya duduk dipojokan, dengan keadaan lampu yang temaram.

"Ayah?". Kata Lisa, memastikan.

"Kau mau keluar?".

"Kau belum tidur?".

Keduanya hanya bertanya, tanpa ada yang menjawab.

"Mau bertemu Yuki?".

"Hm". Jawab lisa, dia takut ayahnya akan marah kalau keluar malam bertemu laki-laki. "Tapi Hanya Se–".

"Jangan pulang malam hari, lebih baik kau menginap saja disana". Potong Pak Kim, tidak membiarkan Lisa melanjutkan perkataanya.

Lisa kebingungan, sungguh perubahan yang hampir saja membuatnya tercengang setiap hari. "Ayah, kau yakin?".

"Ya".

Ini sebuah kemustahilan, yang Lisa fikirkan setipa detiknya. Dia berfikir, kemudian tetap berjalan keluar. Lisa memelankan jalannya, dia tetap masih tenggelam dalam Renunganny. Sesekali dia berhenti, kemudian berjalan lagi. Berhenti, menggedigkan bahunya kemudian berjalan kembali.

Saat langkah kakinya sudah cukup jauh, Lisa berbalik memperhatikan jalanan disekitar. Sepi

Itulah yang Lisa yakini, dia merasakan hawa dingin menelusup di jari jarinya. Ini bulan desember, akhir. Biasanya akan ada salju yang turun, tapi belum ada. Namun, dari tadi angin sangat dingin menerpa setiap orang dijalanan. Untung saja, lisa sudah memakai jaket hangat yang berlapis hodie kuningnya.

Satu mobil berjalan melewati Lisa, dia melihat mobil hitam sekitar 2 atau tiga mobil. Dari balik kaca buram, badan mereka kekar dan sangat misterius. Lisa membeku, dia melihat mobil itu menuju ke gang rumahnya.

Bisa di katakan, Lisa berani bersumpah. Baru kali ini, Ia mempunyai rasa penasaran sangat penasaran. Pada urusan orang lain, selain ayahnya. Entah mengapa,  paman-paman gagah itu. Membuat, Lisa tertarik mengikuti perlahan lahan.

Saat Lisa keluar dari belokan Gang, menuju Gang rumahnya, dia melihat mobil itu berhenti di depan rumahnya. Mata Lisa membulat, tatkala kepulan api dan asap sudah membungbung di rumah itu. Padahal baru beberapa menit saja, Lisa keluar dari rumah itu.

Lisa ingin keluar, dan berlari ke arah sana. Tapi lengannya langsung ditarik, masuk bersembunyi.

"Sssttt". Itu pak Kim.

"Ayah?". Kata Lisa pelan.

"Kenapa kau kembali?". Bisiknya..

"Aku... ". Lisa tidak punya jawabanya, dia memiliki firasat buruk pada segerombolan mobil itu.

Pak kim, menarik lengan Lisa berlari.

"Ayah apa yang terjadi".

"Kau harus selamat". Kata mereka, saling bertautan dan berlari mwnjauh.

"Maksud ayah apa?".

"Cepat Lisa".

Lisa tidak Mengerti, tapi dia menurut saja. Salju perlahan turun, dari atas. Kabut tipis, keluar dari mulut keduanya saat menghembus lelah setelah berlari. Lisa menarik nafas dengan rakus, tampak dari lorong gelap itu beberapa orang yang Lisa lihat tadi berada diluar rumah mencari keberadaan ayah. Sedangkan beberapa warga, sudah heboh memadamkan api yang semakin meninggi dan melahap rumah tidak terurus itu.

"Lisa, diam disini".

"Ayah mau kemana?". Kata Lisa khawtir.

"Ayah ingin mengalihkan perhatian mereka".

Detak jantung Lisa, berderap kencang. "Tidak ayah, jangan. Disini saja beraamaku kumohon".

"Kau harus selmat, ingat di dalam rekening mu sudah aku simpan deposito. Kau harus hidup bahagia setelah ini". Kata Kim Soo hyun, matanya was-was mengawasi pergerakan dari luar.

Lisa tidak mengerti, dia hanya pham saat ini mereka dalam keadaan bahaya.

"Kau harus selamat". Setlah mengatakan itu, Kim Soo Hyun mengambil tali yang tergeletak di tanah. Dan mengikat satu tangan Lisa,   di tiang yang berada disana. Sehingga mengunci pergerakan Lisa. "Tetaplah disini".

Lisa menggeleng, memohon pada ayahnya. Tapi keputusan Kim Soo Hyun, sudah bulat. Dia keluar dari lorong, beberapa langkah dari sana saat ingin berlari pergi. Satu buah peluru, yang tidk bersuara menumbangkan tubuhnya.

Kemudian, diikuti peluruh peluruh lainnya. Kim Soo Hyun jatuh, meski dia terus merambat untuk memaksakan tubuhnya pergi dari sna.

Waktu seperti berhenti berdetak, dalam menit ke sebelas di jam 9 malam itu. Lisa berteriak dalam kebisuannya, seakan suara Lisa lenyap begitu saja. Darahnya berhenti mendesir, dan isi dikepala Lisa mereset ulang semuanya. Teracak, dan menjerembabkan hatinya dalam sebuah trauma mendalam.

Kematian sang ayah, disebabkan oleh sebuah grup mafia. Dimana, didalamnya merupakan geng pengedaran Narkoba. Jenis obat ilegal, dan semua hal yang sangat sensitif. Disanalah, Pak Kim selama ini mampu membesarkan Lisa. Menyekolahkan, dan menyimpan uang dalam jumlah besar.

Lisa tau, dia hanya menutupi ketakutanya. Tanpa berfikir, sang ayah akan berakhir seperti ini.

Air mata bergulir, dari sumbernya senada dengan salju yang semakin lebat turun kepermukaaan. Mata Lisa tidak berhenti, membola. Melihat, mayat ayahnya yang sedang diseret segereombolan mafia itu.

Belajar lah

Makan dengan baik, hidup dengan baik.

Bahagialah.

Bahagialah...

Perkataan ayahnya, mendengus di telinga Lisa. Seperti kaset rusak, dia mencoba menepis semua. Kepala Lisa berat, sangat sakit. Dia melihat tangannya yang masih menggantung di tiang itu, Lisa melepas paksa. Hingga tangannya memerah, dan sedikit berdarah.

Segeromboln mafia itu, sngat cepat sekali mengurus sebuah mayat yang tergeletak. Tidak ada sisa, tidak ada darah. Tidak ad apa-apa, disana. Hingga Lisa tidak bisa yakin, apa yang terjadi pada dirinya sendiri. Lisa masih membisu, langkah kakinya Ia bawa tergesah-gesah.

Wajahnya datar, karena masih shock. Tetapi Lisa harus pergi, dia harus mencari Yuki. Dimana Lisa bisa mencari Yuki, dimana yuki berada? Apa dia baru saja berjanji, bertemu dengan pemuda itu? Mengapa Lisa ada dijalan Raya, mengapa tangannya berdarah?

Pertanyaan itu berputar, seperti orang bodoh.

Lisa memaksakan ketakutanya, dengan tergagap di tengah salju yang kian lebat turun dijalan raya. Matanya berair, tapi tidak ada ekspresi yang ditampilkan. "Yuki.. Yuki... ". Gumamnya, apa gadis ini gila? Dia hanya melafalkan nama itu, disepanjang perjalanan.

Lisa tidak memperhatikan jalannya, Dia terjatuh dan terluka. Tapi luka-luka itu, tidak terasa untuknya. Lisa mencoba berdiri lagi, tetapi terjatuh lagi. Dia membuka jaket tebalnya, dan menyisakan hodie kuning dengan celana jeansnya.

Membuang setelan itu, Lisa harap dia bisa berlari dengan leluasa. Matanya hanya fokus dalam satu titik, hingga mobil yang melaju kencang dari arah timur menabrak tubuh kurus Lisa.

Tiiinnnnnn

Mobil itu mengerem mendadak, menghentak tubuh pengemudi. Lalu, berputar menjauh. Ini adalah tabrak Lari, sedangkan tubuh Lisa meremang dengan nafas yang tersisa. Dia memperhatikan jalanan.

Tolong aku, tolong aku. Tolong aku, tolong aku.

Matanya sayu-sayu melihat, derap langkah dari orang-orang yang tadi berada di kedai dan Cafe. Lisa menyayukan matanya, air mata jatuh bercampur dengan darah dan salju yang tidak berhenti turun semakin deras.

Yuki..

.
.
.
.

Huhuhu

Huhuhu

Aku nangis, tisu please

Yeay, finally Double update.

Kira-kira, sampai disini sudah tebak bagaimana alurnya. Semoga tidak membosankan kedepannya huhu

Vote
Comment

Continue Reading

You'll Also Like

251K 37K 67
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
1.4M 81.7K 31
Penasaran? Baca aja. No angst angst. Author nya gasuka nangis jadi gak bakal ada angst nya. BXB homo m-preg non baku Yaoi 🔞🔞 Homophobic? Nagajusey...
101K 9.8K 26
Brothership Not BL! Mark Lee, Laki-laki korporat berumur 26 tahun belum menikah trus di tuntut sempurna oleh orang tuanya. Tapi ia tidak pernah diper...
1M 86.7K 30
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...