You, Again.

By JazzAtta1

10.6K 1.1K 124

Seperti inilah, jika seorang putri jatuh cinta. More

Hiding
Talk
You.
Closer
Mine
Election
Drunk
The Past
Choices
Late?
Both of Us (Final)

Protective

794 89 10
By JazzAtta1

Taeyeon tak bisa menyingkirkan senyumnya akibat ulah kekasihnya ini. Diam-diam, Sooyoung ikut tersenyum di buat mereka. Dia menyukai bagaimana kedua sahabatnya itu akan berinteraksi sebagai sepasang kekasih. Terlebih lagi, ini adalah waktu yang cukup lama untuk bisa melihat Tiffany kembali mencintai seseorang tanpa merasakan takut akan hal apapun yang mungkin menghalangi mereka.

"Apa dia selalu seperti ini ketika mabuk?"Tanya pelan Taeyeon sembari terkekeh. Sooyoung hanya tertawa pelan,

"Biasanya lebih parah. Tetapi, kali ini pertama kali dia mengakui sangat mencintai seseorang dalam fase mabuknya."

"Itu berarti dia benar-benar mencintaimu, Taeyeon."

Gadis itu hanya bisa terdiam. Merasakan kedua pipinya yang menghangat. Dia menoleh untuk menemukan wajah tenang Tiffany yang kini terpejam di bahunya. Taeyeon lalu tersenyum sebelum akhirnya mengecup kening gadis itu. Menahannya agar sedikit lebih lama,

___


Tiffany membuka matanya karena cahaya matahari itu yang kini menyengat paparan wajahnya. Kepalanya sedikit sakit. Dia sempat mengerang karna itu, sebelum akhirnya mengedarkan pandangannya untuk menyadari. Bahwa kini dia berada dalam kamarnya sendiri. Ini aneh, padahal terakhir kalo hal yang di ingatnya. Adalah dia, yang sedang menghabiskan makan malam dengan kekasih juga sahabatnya.

Dia menoleh untuk menemukan telfon genggamnya yang ada di meja lampu tidurnya. Meraihnya untuk langsung menghubungi kekasihnya. Namun, ia justru di alihkan untuk pesan suara. Tiffany memutuskan untuk bangkit dari kasur ini terlebih dahulu. Menuruni anak tangga bertujuan untuk menanyakan soal kekasihnya pada ibunya.

Awalnya matanya memang agak sayu. Namun, ia telah mencoba untuk mengembalikan pandangannya untuk lebih jelas.

Dan...

Ia benar-benar di buat terkejut akan pemandangan yang tak jatuh dari penghujung anak tangga di bawah. Dari tempatnya berdiri,ia bisa melihat bagaimana Ayahnya kini tengah bermain catur dengan tatapan serius bersama seorang gadis berambut hitam yang sedari tadi dia coba untuk hubungi.

Benar saja, semakin jelas ia bisa melihat kekasihnya, Taeyeon. Bermain catur sembari bergurau dengan tawa dan canda bersama ayahnya sendiri.

"Aigoo. Kau benar-benar anak yang cerdas! bagaimana kau bisa menggunakan strategi ini!? Hahaha!"tawa ayahnya bahkan bisa menggema di ruangan yang besar ini.

"Ah... aku mempelajarinya dari mendiang kakek-ku, Tuan Hwang."

"Ya, sudah kubilang kau harus memanggilku dan istriku appa dan eomma, kan?"

"Ah... Maaf aku lupa. Tentu saja, Appa."

"Nah, begitu terdengar jauh lebih baik."

Dan bagi Tiffany, jika semua hal yang kini di lihat dan di dengarnya adalah sebuah hadiah. Kalau begitu, ini adalah hadian terbaik yang menghampirinya lebih dulu sebelum hari perayaan apapun. Sangat berharga, bahkan jika di bandingkan dengan berlian seribu karatpun.

Ia masih hanya mematung sembari terdiam memperhatikan kedua orang itu, tidak sampai...

"Nah... pancakenya sudah matang! dan ini dua kopi hangat. Satu untuk suamiku yang tercinta dan satu untuk kekasih anakku yang pasti masih mengorok di tempat tidurnya"

"Mom! Aku tidak mengorok!"Serunya agak keras, membuat ketiga orang itu yang tidak menyadari kehadirannya menoleh ke arah tangga.

"Oh, lihatlah anak gadisku yang baru bangun siang bolong."Kata ayahnya mengejek. Putrinya hanya memutar kedua bola matanya sebelum akhirnya berlari ke arah ayahnya

"DADDY... YOU'RE FINALLY HOOOME!"Serunya seiring berlari kecil hingga berada di dalam dekapan ayahnya. Pria paruh baya itu mengembangkan senyumnya sembari mengangkat tubuh anaknya, memeluknya sembari berputar.

"I miss you so so so much, Daddy!"

"I miss you too, my little princess..."

Ayahnya lalu menurunkannya, "Dad. Aku bukan anak kecil lagi." Ayahnya terkekeh sembari mengacak-acak pucuk kepala anaknya.

"Oh ya, Daddy lupa. Kau sudah mempunyai kekasih."Katanya, Tiffany menoleh untuk menemukan kekasihnya yang kini ikut tersenyum. Ibunya diam-diam terkekeh karena menyaksikan tingkah laku suami dan putrinya.

Di tambah, dia bisa merasakan kehangatan yang berlebih, tepat setelah Taeyeon bergabung dalam keluarga kecilnya.

"Taeyeon-ah, aku kira kau pulang..."

Gadis itu terkekeh, "Itu adalah rencanaku semalam. Tidak, sampai ayahmu menyuruhku untuk tinggal karna sudah terlalu larut."

"Bagaimana dengan ayahmu?"

Sosok itu tersenyum lagi, "Jangan pikirkan dia."katanya dengan wajah yang meyakinkan kekasihnya bahwa semua akan baik-baik saja.

"Baiklah..."katanya sembari berjalan menghampiri kekasihnya dan berhamburan memeluk Taeyeon. Gadis itu hanya membungkuk cepat pada ayah Tiffany, karena pria paruh baya itu kini tengah memperhatikan mereka.

"Fany-ah, ayah dan ibumu mu disini..."Kata Taeyeon pada kekasihnya yang kini bersikap manja padanya.

Sementara kedua orang yang di bicarakan Taeyeon hanya bisa tertawa pelan melihat tingkah manja putri mereka pada kekasihnya. Mereka menyukai bagaimana sifat Taeyeon terlihat sangat murni. Mempunyai tata krama dan kesopanan yang sangat mengagumkan. Terlihat ramah luar dan dalam.

"Lalu? ini tidak seperti kita melakukan tindakan kriminal. Am i right, dad?"Jawab Tiffany menoleh pada ayahnya yang kini tertawa. "Anak ini..."

"Sebaiknya kau bersihkan dirimu dulu. Kau tidak malu pada Taeyeon?"

"Nah! itu yang selalu aku katakan padanya! kau tidak malu pada kekasihmu sendiri?"Sambar Nyonya Hwang menyetujui pernyataan suaminya.

Sementara anak gadis mereka hanya merengut kesal. Apalagi, dengan kekasihnya yang ikut terkekeh pelan. "Sana. Dad ingin melanjutkan bermain catur dengan Taeyeon."

Tiffany hanya bisa membalikkan badannya menuruti perintah orang tuanya. Namun, saat dia berbalik. Senyumnya diam-diam mengembang hebat. Dia sangat bersyukur karna dia di berikan orang tua yang dapat mengerti situasinya dengan baik. Ia agak ragu awalnya untuk mengenalkan Taeyeon kepada Ayahnya. Takut-takut jika hal tidak berjalan sesuai keinginannya. Namun, dugaanya ternyata salah. Ia mendapatkan lebih dari apa yang sekedar ia harapkan. Dan itu membuatnya cukup bahagia.

Mr. & Mrs. Hwang

___

Tiffany yang merasa kini dirinya menjadi lebih segar setelah membersihkan dirinya sedikit terkejut ketika mendapati Taeyeon yang kini sedang terduduk di atas tempat tidur sembari termenung menatap layar telfon genggamnya.

"Tae?"Gadis itu mendongak, lalu tersenyum hangat menatap kekasihnya. Dia sedikit merentangkan kedua tangannya, memanggil Tiffany untuk di peluknya. Tentu saja, gadis itu tanpa buang waktu berhamburan ke pelukannya. Dia bisa merasakan kekasihnya yang kini menjatuhkan beberapa kecupan di pucuk kepalanya.

"Fany-ah, maaf jika aku jarang mengatakan ini sebelumnya."

"Tapi, aku benar-benar mencintaimu."Katanya dengan kedua mata terpejam sembari mengeratkan dekapannya pada gadis yang lebih muda. Tiffany hanya bisa merasa sangat tersentuh akan perkataan kekasihnya. Memang benar, Taeyeon adalah tipe orang yang jarang menyatakan perasaanya. Namun, Tiffany tau.. Kekasihnya cukup mencintainya untuk terus berada di sisinya.

"I know. I love you, too. Kim."Balas Tiffany tak bisa membohongi perasaan bahagianya yang melonjak hebat.

"Taeyeon-ah.."panggil Tiffany pelan, "hmm?"

"Apa yang baru saja kau lihat tadi?"

"Tidak ada.."

"Tae, kita sudah membicarakan ini. Kau tidak bisa menyembunyikan apapun, dariku."Kata Tiffany yang mampu membuat Taeyeon kembali terdiam. Dia memikirkan perkataan kekasihnya barusan, bagaimanapun dia telah berjanji.

Taeyeon merogoh lagi saku celananya. Sebelum akhirnya menunjukan foto yang terpampang di layar handphonennya. Dia tersenyum sembari menunjukan foto seorang pria bersama Taeyeon kecil di dalam dekapannya. Sembari memegang ice cream dengan senyum mengembang bahagia di bawah pohon taman dengan cahaya matahari sore yang terlihat sangat indah.

"Ini, Appa."

Tiffany menarik dusut bibirnya untuk tersenyum. "Dan ini, kau."

"Benar..."

"Kalian terlihat sangat lucu. Kalian pasti sangat menyukai ice cream."Tambah Tiffany, lalu di jawab anggukan oleh kekasihnya. "Appa selalu membelikannya padaku. Dia juga, menyukainya. Sangat. Aku rasa, itu menjadi salah satu alasan aku lebih dekat dengan Appa."

"Oh..."

"Aku akan berjanji tidak akan meninggalkan Taeyeon, apalagi berselingkuh di belakangnya, Appa."Seru Tiffany sembari membungkuk cepat di hadapan foto Ayah Taeyeon. Sementara kekasihnya hanya terkekeh pelan,

"Aku akan belajar memasak, bersih-bersih, juga hal-hal lain yang biasanya seorang istri lakukan di rumah, Appa! Aku ingin menjadi menantu yang baik! jadi kau bisa tenang di surga sana."

"Aku bahkan rela merusak nailart ku untuk mencuci piring, Appa."Tidak bisa di pungkiri, Taeyeon bisa merasakan sesuatu yang menggelitiknya disana. Dia tertawa bahagia mendengar itu.

Rindunya pada sang ayah bisa terobati hanya karena kekasihnya yang selalu berada di sampingnya. Dengan semua candaan dan gurauannya. Hingga kata-kata yang dapat membuatnya bahagia menyentuh langit.

"Kau tertawa."Tukas Tiffany ikut terkekeh mendengar tawa kekasihnya. Dia mengecup bibir Taeyeon singkat. Lalu menyatukan kening mereka. "Lalu, katakan padaku, bagaimana bisa kau langsung dekat dengam Daddy?"

"Kalau begitu, aku akan kembali, Tuan Hwang."

Pria itu menutup pintu kamar anak gadisnya pelan. Agar tidak membangunkan gadis mabuk itu yang baru saja di antar pulang oleh seseorang yang baru saja ia ketahui, adalah kekasih dari putrinya.

"Taeyeon, ini sudah sangat larut. Aku tidak mengizinkanmu untuk keluar sekarang."Katanya lembut, apalagi dengan keadaan Taeyeon yang tampak sangat lelah seperti sekarang.

"Tapi..."

"Tidak ada, tapi."

"Nah... aku lebih suka macchiato. Bagaimana denganmu, Taeyeon?"Gadis itu sempat menyeruput kopinya sembari mengangguk. "Aku lebih ke Americano. Mungkin karena itu membantuku untuk tetap terjaga, jadi bisa belajar di malam hari."

"Wow, ternyata istriku memang mengatakan kebenaran."Balas Tuan Hwang sembari terkekeh pelan.

Mereka berdua kini sedang berada di ruang tamu di tengah malam. Tuan Hwang mengajak gadis itu untuk berbincang sebentar sebelum ia tidur. Dan Taeyeon sama sekali tak keberatan akan itu.

"Kau tau, awalnya aku tak menyangka jika Tiffany kini sedang berkencan. Apalagi, dengan seorang gadis."

"Tapi kemudian, hari itu juga, selain kabar itu yang di sampaikan istriku. Dia juga menceritakan bagaimana kau sedikit banyak telah mempengaruhi putriku."

"Kau adalah contoh yang sangat baik untuknya. Bagaimana senyum putriku mengembang bahagia, saat bersamamu. Istriku menyadari itu. Dan itu adalah pertanda yang sangat baik, mengingat Siwon pernah mematahkan hatinya dengan cara yang sangat menjijikan."

"Aku tidak akan pernah melakukan itu, Tuan Hwang."balas Taeyeon cepat, pria itu tersenyum hangat.

"Aku tau. Lalu istriku bercerita bagaimana kau benar-benar jenius di sekolah. Kau juga mendapatkan beasiswa, bukan? itu hebat, Taeyeon. Kau juga handal dalam memasak dan berbagai hal."

"Di lihat dari sikapmu, kau adalah orang yang bertanggung jawab dan lembut di saat yang bersamaan. Kau bahkan mau mengantar anakku itu yang mabuk kembali ke kamarnya sekarang. Itu menunjukan bagaimana keseriusanmu untuk menjaganya."

"Jadi, kipikir... kenapa aku tidak memberimu kesempatan? disaat istri dan putriku benar-benar menyukaimu. Tiffany adalah segalanya bagiku, Taeyeon. Dan aku yakin, bagimu juga."

"Jadi, aku hanya bisa berharap bahwa kau akan terus memperlakukannya dengan sangat baik. Seperti yang kau lakukan saat ini. Dia adalah kebahagiaan kita berdua, bukan? jadi kurasa ini tugas kita untuk menjaganya."

"Setuju?"Tuan Hwang mengulurkan tangannya untuk di jabat. Senyum Taeyeon mengembang hebat. Dia benar-benar tidak mau mengecewakan siapapun yang mempercayakan Tiffany kepadanya. Dia yakin, tidak. Dia sangat yakin, bahwa dia tidak akan pernah menyakiti Tiffany. Bahkan dengan bunga sekalipun.

Taeyeon menyambut tangan itu untuk di jabatnya. "Nah. lagipula, aku yakin yang bisa menahan suaranya yang berisik hanya kau. Ya, kan?"Kali ini suara Tuan Hwang berbisik. Membuat keduanya larut dalam tawa. Lalu bercerita tentang berbagai topik seputar kehidupan pribadi mereka berdua.

"Yah. Dia juga, sangat berisik. Kau tau?"Kata Tiffany setelah mendengar beberapa bagian cerita Taeyeon. Diam-diam, dia merasa sangat bahagia sekarang. Seakan, semuanya terasa sangat lengkap.

Rasa bahagia yang membuncah di ulu hatinya, rasanya mampu untuk membuatnya bertahan hidup hanya dengan di kelilingi oleh orang-orang yang sangat di cintainya ini.

"Taeyeon-ah, jika aku boleh mengatakan ini..."

"Hmm?"

"Aku belum mengharapkan kau untuk kembali sekarang. Kerumahmu."

"Kenapa?"

"Bagaimana jika kau disini untuk beberapa hari kedepan?"

"Aku harap, aku bisa, Tiffany..."Balas Taeyeon sembari membelai lembut rambut kekasihnya, "Aku hanya tidak menginginkan kejadian kemarin terjadi lagi..."

Taeyeon bisa melihat kekhawatiran yang sangat besar yang tergambar dalam tatapan Tiffany. Dia juga, sebenarnya tidak ingin kembali untuk sekarang ini. Dia hanya belum bisa menemui ayah tirinya lagi.

"Aku mohon... kita bisa bilang pada orang tuaku, jika orang tuamu tengah berlibur. Jadi kau sendirian di rumah."

"Bukannya aku ingin membuat situasimu memburuk. Aku hanya ingin, kau bebas dari tekanan rumahmu untuk sementara."

Setelah terdiam untuk memikirkan permintaan Tiffany. Taeyeon mengangguk pelan, tidak ada salahnya jika ia menuruti permintaan Tiffany kali ini. Mengingat, ia baru saja membuatnya menangis sangat keras kemarin.

Diam-diam, memang Tiffany merencanakn sesuatu atas persetujuan Taeyeon kali ini. Dia berniat untuk melakukan sesuatu yang mungkin saja, bisa membantu menyelesaikan permasalahan yang di hadapi kekasihnya kini. Namun dia tau, dia butuh berbagai informasi dan persiapan. Jadi, dia meminta untuk gadis ini tinggal bersamanya untuk sementara, selagi dia berusaha akan itu.

___

"Pertama-tama, aku akan mengucapkan terimakasih untuk team-ku yang sudah bekerja keras akan pemilihan ini."Kata gadis itu dengan senyum mengembangnya. Dia berdiri di belakang podium dan berbicara di hadapan ratusan siswa yang ada di dalam aula sekolahnya.

Banyak pasang mata yang kini memperhatikannya. Mendengarkan setiap perkataan yang terucap dari bibirnya. Memandangnya dengan tatapan berbinar. Tidak terkecuali gadis yang menjabat sebagai ketua cheers yang kini duduk di barisan paling depan. Dia hanya bisa terdiam sembari menatap bangga kekasihnya di depan sana.

"WOHOOO! TAEYEON-UNNIEE~"Sorak sorai dari anggota cheerleaders kini membantu menyemangat gadis itu yang kini sedang menyampaikan pidato terima kasihnya.

"We did it guys! ini semua berkat kerja keras kalian juga. Kami pasti akan memberikan yang terbaik untuk sekolah ini ke depannya~"Tambah Taeyeon sembari membungkukan badannya cepat.

Memang, hasil akhir pemilihan suara yang di dapatnya, tertera bahwa dialah yang mendapatkan voting paling banyak. Itu berarti, dia akan menjabat sebagai ketua osis di masa periode baru di tahun seniornya.

Sorak sorai dan tepuk tangan terdengar semakin jelas.

"Dan, untuk selanjutnya. Aku ingin berterima kasih untuk seseorang yang selalu mendukungku, dalam segala situasi yang mungkin terjadi. Yang tidak pernah beranjak dari sisiku."

"Seseorang yang aku tau, jika bukan karnanya juga. Aku tidak mungkin disini. Terimakasih untuk dukungan dan pengertiannya selama ini, Tiffany-ssi."

Tepat setelah pernyataan Taeyeon selesai, orang-orang dalam ruangan ini semakin gaduh dengan sorak bahagia mereka. Keadaan seperti pecah begitu saja hanya karna perkataan Taeyeon. Jelas saja, itu sama seperti dia tengah mengakui hubungan mereka di depan banyak orang sekarang. Tidak heran, jika semuanya menggila.

Sementara, Tiffany tidak bisa menahan semburat merah di wajahnya. Apalagi, ketia kedua matanya bertemu dengan sepasang mata coklat madu itu. Dia sangat menyukai bagian dimana Taeyeon secara tidak langsung tengah menunjukan hubungan mereka.

____

Ini adalah hari yang menyenangkan, namun juga menjengkelkan bagi Tiffany. bagaimana tidak, dirinya baru saja menyaksikan sendiri bagaimana orang-orang kini mengagumi kekasihnya sendiri dengan cara yang berlebihan. Bahkan, ada beberapa siswa dan siswi yang nekat memberikannya hadian selamat dengan barang yang terbilang mahal seperti kotak berisi aksesoris, coklat-coklat mahal dan bunga.

Ini membuatnya naik darah untuk melihat bagaimana genit orang lain untuk Taeyeon. Bukannya ia tidak suka bahwa orang lain juga mendukung kekasihnya. Ia sangat berterima kasih untuk itu. Namun, ia sama sekali tidak menyanga bahwa akan ada banyak orang yang mengantri untuk merebut hati Taeyeon seperti ini.

Ini membuatnya sangat insecure.

"Yah. Ini sudah kotak coklat ke berapa yang Taeyeon terima!?"Tanyanya pada junir cheersnya yang kini sedang membantu memakan semuanya. Taeyeon secara cuma-cuma memberikannya untuk mereka.

"Aku rasa, ini kotak yang ke dua puluh satu, Sunbae-nim."jawab Lisa sembari mengunyah coklat putihnya.

"WHAT!? UNBELIEVEABLE!"

"Ya sudah, lebih baik, kalian memakannya, atau bawa pulang, terserah kalian. Tapi, jangan sampai berat badan kalian naik atau kalian terlihat gemukan! Pikirkan juga team cheers kita!"Kata Tiffany sembari hendak meninggalkan meja mereka, sementara juniornya hanya diam sembari saling menatap.

Sial, penyataan ketua mereka ada benarnya juga.

"A..ah.. Ne.. Sunbaenim..."

"Bagus, Aku pergi!"

___

Tidak peduli seberapa kesalnya dia sekarang. Pemandangan yang kini ada di depannya justru membuat apir cemburunya semakin berkobar. Bagaimana tidak, Bora dan teman-teman se genknya kini sedang berada di hadapan Taeyeon dengan kancing seragam mereka yang sengaja di buka hingga memperlihatkan lekukan mereka.

Ada pancaran menggoda yang terpapar pada pandangan mereka terhadap kekasihnya. Ini salah satu alasannya kenapa dia tidak pernah menyukai anak anak centik kelas 3 B itu.

"YAH!"Kata Tiffany sembari berjalan menghampiri mereka.

"Kalian pikir bisa menggoda pacarku dengan seperti ini!?"Kata Tiffany sembari melangkah mau untuk berdiri sedikit lebih di depan dari kasihnya. tepat di hadapan Bora.

Taeyeon hanya bisa diam sembari terkekeh dalam heningnya sendiri. Ia tidak buta untuk melihat Bora mencoba menggodanya sembari memberi ucapan selamatnya. Namun ia tau, bahwa ada seseorang yang tidak akan membiarkan ini terjadi.

"Terutama kau, Bora-yah. Kancing bajumu sebelum aku robek-robek itu semua!"Kata Tiffany menatap tajam musuh sejak kelas satunya itu. Gadis itu hanya tertawa mengejek,

"Yah. kau pikir siapa bisa mengaturku seperti ini?"

"Aku? satu-satunya orang yang selalu di lihat KIM TAEYEON! NOW, GO!"

Seru Tiffany sembari menarik lengan kekasihnya yang masih tertawa melihat tingkah lucu kekasihnya. Dia bahkan kini menutup kedua mata Taeyeon dengan satu telapak tangannya sembari menggiringnya menjauh,

"Ada apa dengan hari ini.... Jjinja!"

"Semua orang berubah menjadi menakutkan dan centil padamu!"

____

ig : 

Continue Reading

You'll Also Like

29.7K 2.5K 23
Dua tahun telah berlalu, Mina kembali kambuh. Kali ini bukan Chaeyoung yang menolong Mina tetapi seorang Dokter Spesialis jantung yang di pindahkan d...
655K 33.1K 61
A Story of a cute naughty prince who called himself Mr Taetae got Married to a Handsome yet Cold King Jeon Jungkook. The Union of Two totally differe...
35.4K 2.3K 16
Son Chaeyoung adalah Dokter yang baru saja bekerja disalah satu Rumah Sakit terkenal yaitu Rumah sakit Hangkook. Hari pertamanya bekerja di Rumah Sak...