My Brother My Boyfriend [ SEL...

By daadindaada_

33.1K 6.1K 1.7K

FOLLOW DULU AKUN AUTHOR !! REVISI 90% BERBEDA DARI VERSI SEBELUMNYA HARAP BIJAK DALAM MEMILIH BACAAN CERITA... More

1 | Si Gila Otak Lubang Jarum
2 | 180°
3 | Nayya Diganggu 'Setan'
4 | MKKB
- CAST -
5 | Gue Suka Sama Lo
6 | Menunggu
7 | Rasa Sakit Itu Datang Lagi
8 | Lengket
9 | Prepare
10 | Study Tour pt. O1
11 | Pertemuan
12 | Study Tour pt. O2
13 | Malu-maluin
14 | Perubahan Yang Signifikan
15 | Pelampiasan pt. O1
16 | Damn It!
17 | Pelampiasan pt. O2
18 | Can You Say, "It's Real, Melody!"
19 | Tak Disangka
20 | Ulang Bulan
22 | Musuhan
23 | Firasat
24 | Yang Terulang Kembali
25 | Hampa
26 | The First Month
27 | Kambing Hitam
28 | Don't Give Up!
29 | Game or Prank?
30 | What Happened?
31 | You Are Crazy!
32 | Hantu Mesum
33 | Be Patient, Mels
34 | Memories
35 | Heal?
36 | Kesalahan Kedua Kenzie
37 | Flashback
38 | Melody = Syaiton Nirrojim??
39 | Rencana Gila
40 | Akal Bulus Timothy
41 | Kabur
42 | Hashtag #serangtimothy
43 | Gak Mau Pulang!!
44 | Tangisan Melody
45 | Baikan
QNA
46 | Melindungi
47 | Tom & Jerry
48 | Diet???
49 | Dua Kubu
50 | Selalu Dinomorduakan
51 | Putus
52 | Balas Dendam
53 | Salah Paham
54 | 4(Z - 1)0 (K - 1)4(E - 1)14(0 - 1)
55 | My Brother My Boyfriend
Melody
Timothy
Mampir Sini Umumumu 😗😙😚

21 | Perang Saudara

438 103 15
By daadindaada_

Bendera perang udah berkibar, tunggu apalagi?

***

"Lambat! Lelet! Siput! Lama!" cerca seorang laki-laki dengan pakaian seragam formalnya yang sedang menyandar pada badan sang kuda besi. Ia memutar bola mata searah dengan jarum jam saat sang gadis yang sedang ditunggunya malah menyengir tanpa dosa.

"Ya, maaf," responnya santai.

"Cepat naik! Gue udah jamuran nunggu lo disini," kesal Timothy emosi. Ya, laki-laki itu adalah Timothy Kingsley yang dengan setia menunggu sang adik yang sedang bersiap-siap hendak bersekolah.

"Oke-oke." setelah memastikan sang adik duduk dengan aman dan nyaman, Timothy langsung saja menancap gas. Pada kecepatan penuh, Melody menjadikannya sebagai peluang untuk memeluk erat sang kakak pujaan hati. Lumayan, wangi parfum Timothy menyeruak tanpa disuruh.

Motor sport hitam itu melaju membelah ramainya jalanan kota. Orang-orang yang tengah berjalan di atas trotoar mengira mereka adalah sepasang kekasih yang serasi.

Keduanya menjadi sorotan utama saat berjalan berdampingan memasuki area sekolahan. Sekedar informasi, berita akan takdir yang memisahkan kedua sejoli itu telah tersampaikan dengan baik pada seluruh telinga warga SMA Angkasa. Ada diantara mereka yang merasa kagum karena baik Timothy maupun Melody seperti tidak mempermasalahkan hal tersebut. Ada juga yang menyayangkan akan kandasnya hubungan yang baru saja dirajut.

"Mama udah bikinin sarapan buat lo. Sekalian bekal buat makan siang. Well, gue yakin dua porsi kotak makan itu bakal lo sikat dalam sekali suap."

"Iyup, bener banget sobat!" Timothy geleng-geleng kepala. Adiknya yang rakus, bodoh, gila, konyol, cengeng, omes, dan banyak lagi. Unik, tapi menyebalkan.

Laki-laki itu merangkul bahu sang adik sambil terus berjalan menuju kelas. Banyak warga net yang membisikkan sesuatu entah itu fakta atau mitos. Hanya saja melihat Timothy yang manis membuat hati mereka merasa iri pada Melody. Uh, gadis gila itu sangat beruntung bisa tinggal satu atap dengan si pentolan SMA Angkasa.

"Pagi sahabat lucknut!" sapa Melody lalu menghampiri papan tulis di depan sana. Ia menuliskan sesuatu, yang mana setelah dirinya menempati kursi sebelah Daffi, semua dibuat tergelak dengan tulisan itu.

Omaygod 😍
Hari ini Momo pakai celana dalam warna hitam!

Begitulah isi dari tulisan unfaedah dari jari-jari jahanam gadis itu. Sama sekali tak merasa bersalah, Melody malah sibuk bercermin dari kamera ponselnya. Sementara Timothy sudah gatal ingin menghabisi sang adik. Lihat saja ia akan membalasnya lebih kejam! Camkan itu Melody!

"BHUAHAHAHA."

"NGAKAK ANJIR!"

"MEL, LO PAKAI POPOK UKURAN APA?"

"JANGAN BILANG SI TIMO YANG CEBOKIN LO PAGI TADI."

Melody membelalakkan mata kaget. Ha? Itu gosip! Tidak benar. Aarrgghhh Timothy!

Melody bergerak secepat kilat menghapus tulisan di papan tulis. Tubuh mungilnya bergerak kesana-kemari sampai memastikan tak ada satu pun huruf yang tertinggal. Sementara semua teman sekelasnya tak kuasa menahan tawa. Tingkah kakak adik ini bikin perut keram.

Melody si gila hari ini kagak mandi.
Jangan dekat-dekat sama dia, bau, lo gak akan kuat.
Semalam dia juga ngompol di kasur.
Matanya banyak belek! Hidungnya ingusan!
Oh, iya. Dia juga berak di celana.
Ewwh banget kan?

"AARRGGHHH MOMO!!" amuk Melody lalu terbirit mengejar langkah sang kakak yang entah sudah mencapai mana. Awas saja kalau bertemu nanti Melody akan membalas menggigit anunya sampai tak tersisa satu cm pun.

"Kejar Mel, kejar!" Nayya mengompori sahabatnya ini.

"Awas aja lo Momo! Gak akan gue kasih jatah malam ini!" dengus Melody seraya menghentak-hentakkan kakinya kesal. Ia sudah dibuat emosi di pagi hari ini.

"Mel, kayaknya dia sembunyi deh. Lo ngadu aja sama mami lo bilang kalau si Timo udah ngecabulin lo depan anak-anak kelas. Entar juga tuh cowok bakal kena hukuman," usul Nayya cemerlang. Benar juga, tinggal ditambah ia dihamili Timothy pasti dengan begitu mereka akan mudah dibawa ke KUA.

"Sip, gue setuju sama lo. Kali ini gue gak ak- AAA ANJING SAKIT!"

"WOY ANJIR LEP-" ujar Nayya tercekat. Saat membalikkan badan, kedua gadis itu dikejutkan oleh kehadiran sang guru titisan durjana. Kedua matanya memelotot sempurna. Bibir tebal sedikit kehitaman efek samping dari rokok terlihat komat-kamit.

"KALIAN BUDEK APA GIMANA?? BEL SEKENCANG ITU GAK KEDENGERAN?! BUKANNYA MASUK KELAS MALAH ASYIK KELUYURAN!" amuk Pak Anton ngeri. Baik Melody maupun Nayya tidak berani mengeluarkan sisi nakalnya. Mereka secara kompak menelan ludah bulat-bulat.

"I-i-ini ini m-ma," gugup Melody kemudian sejurus kemudian ia mengangkat jari telunjuknya. "MALAIKAT JAMAL!!"

Pak Anton mengikuti arah telunjuk gadis di hadapannya. Ia sempat memicingkan mata, tidak ada siapa-siapa disana. Kemudian guru itu mengucek matanya, ingin memastikan kebenaran omongan Melody.

Satu detik

Dua detik

Tiga detik

"DIANTARA SEPULUH MALAIKAT GAK ADA YANG NAMANYA JAMAL!!" geram Pak Anton baru ngeuh. Saat ia membalikkan badan, kedua siswi yang menjadi bulan-bulanan emosinya sudah menghilang entah kemana. "MELODY, NAYYA! SIAP-SIAP NILAI KALIAN MERAH!"

"Hosh ... Hosh ... Hosh ...." sementara itu, dua gadis kini sudah tak kuasa menahan sesak di dadanya akibat berlarian terbirit-birit. Jarak yang ditempuh memang tidak jauh, hanya dari koridor utama sampai kelas. Tapi tegangnya itu lho bikin arwah melayang duluan sebelum dicabut nyawa.

"Be ... Ngek! Na ... Hosh ... Fas ... Gue habis ..." ujar Melody lalu tanpa basa-basi ia berbaring di atas dinginnya lantai. Berbeda dengan Nayya yang kini sudah meneguk habis air minum pemberian Ficka.

"Dikejar apaan sampai kayak gini?" heran Ficka. Melody enggan menjawab, nafasnya saja masih memburu. Terpaksa, Nayya yang harus angkat suara.

"Pak Anton ngamuk anjir! Untung aja ada malaikat Jamal yang tolongin kita," cetus Nayya setelah menetralkan deru nafasnya.

"Kenapa bisa Pak Anton tiba-tiba ngamuk?"

"Kita disangka keluyuran gara-gara bel udah bunyi. Tapi gue sama sekali gak dengar bunyi bel anjir. Apa iya gue budek?"

"Masih ada sepuluh menit lagi ke jam pelajaran pertama," beber Daffi santai. Secara kompak, Nayya dan Melody membelalakkan mata terkejut. Aish, ulah siapa ini? Sudah bikin jantung hampir copot, paru-paru olahraga pagi, nyawa hampir melayang, dan lebih parahnya lagi hari ini ada jadwal pelajaran Pak Anton! Sial.

Pintu terbuka memperlihatkan wajah tampan rupawan dari laki-laki yang sedari awal sudah menjadi sumber permasalahan. Ia berjongkok kemudian menggendong Melody ala bridal.

"Gimana? Seru kan, olahraga jantungnya?" tanya Timothy iseng. Melody mengernyit bingung, kemudian otaknya terkoneksi dengan maksud lontaran sang kakak.

"JANGAN BILANG LO ORANGNYA?!" pekik gadis itu.

"Lantainya kotor, jangan tiduran disitu." oke, ternyata kembaran lucknutnya si pelaku utama.

"KURANG ASEM ANJIR LO TIMOTHY! MATI AJA SANA!" amuk Nayya seraya memukul kuat lengan laki-laki itu.

Timothy menaikkan sebelah alisnya. Ia tersenyum miring namun sarat akan kemenangan. Tangannya dia lipat di depan dada.

"LO HAMPIR BIKIN KITA MATI ANJIR TIMOTHY! LUCKNUT BANGET SIH LO!! AARRGGHHH," geram Nayya.

"Well, sahabat lo yang mulai duluan. So, gue kasih saran jangan pernah nyari masalah sama gue, oke?"

"HIH, ANJING KAN, ITU ULAH ADIK LO!" Timothy mengedikkan bahu tak acuh. Dengan gaya penuh aura positif, ia memasang earphone pada kedua telinganya.

Melihat tingkah menyebalkan sang kakak, Melody diam-diam mengumpat sambil terus memikirkan apa ganjaran yang harus Timothy dapat. Tenang, ia kan, biang kerok SMA Angkasa yang mempunyai kelebihan dimana otaknya akan berpencar mencari ide untuk mengusik ketentraman hidup seseorang. Berbuat onar? Ini kesempatan yang baik.

***

"Sekali lagi, untuk siswa bernama Timothy Kingsley kami tunggu kehadirannya di ruangan BK. Terimakasih." 

Pengumuman itu tersampaikan dengan baik ke seluruh penjuru SMA Angkasa. Orang yang namanya dipanggil sudah mendengus duluan. Taruhan, ini pasti soal Melody yang membolos dari kelas fisika dengan pengajar Pak Anton. Astaga saudarinya itu benar-benar mahluk jadi-jadian. Titisan siluman kali ya.

"Kamu dengar sendiri Nayya? Masih mending kamu hadir dipelajaran saya kali ini," sergah Pak Anton dan Nayya hanya menundukkan kepalanya dalam-dalam. Tadi begitu guru itu masuk kelas, ia sudah mendapat tatapan tajam yang menusuk sampai mengakibatkan tulang-belulang rontok tak tersisa. Mengerikan, bung!

"Permisi pak, saya dipanggil ke BK," izin Timothy.

"Adikmu itu benar-benar nakal, Timothy! Tolong kasih tahu orangtua kamu supaya bisa didik dia lebih baik lagi!"

"Lo pikir lo siapa anjir? Ngatur-ngatur urusan keluarga gue," gerutu Timothy. Yang benar saja apa yang dikatakan oleh Pak Anton berkonotasi seolah ia secara tidak langsung sedang menggurui orangtuanya. Menyebalkan! 

Timothy berjalan santai sepanjang koridor. Kedua tangannya bersembunyi dibalik saku celana. Tak ada sepeserpun senyuman yang menghiasi wajah tampan itu. Rahang kokohnya menggoda untuk disentuh. Dan bibir tebal yang justru terkesan sexy seolah memanggil untuk dikecup. Belum lagi jika memperhatikan secara keseluruhan dari tubuh jangkung itu. Ah, sempurna ciptaan Tuhan yang satu ini.

"Hapus!" sergah Timothy saat tak sengaja matanya menangkap flashlight. Seharusnya ia sudah terbiasa akan hal ini. Ketika berjalan pasti ada saja gadis yang iseng memotretnya secara diam-diam. Entah untuk apa, tapi Timothy membenci itu.

"I-iya m-maaf," kata si gadis yang memotretnya dengan hati–hati. Sorot mengintimidasi dari kedua manik hijau bening itu membuat bulu kuduknya meremang seketika.

"AAAAA GAK MAU!! MELODY PINGIN TERAPI KAKI!" teriakan seorang gadis pemilik otak semiring lereng terjal terdengar begitu memekakkan. Di dalam ruangan bertulisan Bimbingan Konseling, gadis itu terus meronta.

Disini letak perbedaan akan mudah untuk ditemukan. Sang kakak yang dewasa, cerdas, sempurna, dan waras. Sementara sang adik yang childish, bodoh, unperfect, dan gila. Seperti minyak dan air dalam bejana yang sama. Berbeda, tidak dapat bersatu, namun saling berdampingan.

"MOMO!!" rengek Melody histeris. Gadis itu berhamburan memeluk Timothy yang baru saja datang dari pintu utama. "MO, GUE GAK SALAH. PLEASE, PERCAYA SAMA GUE, MO. GUE CUMA MAU TERAPI KAKI DOANG, MOMO!"

Timothy tersenyum kikuk pada guru-guru BK. Entah kenapa, Melody yang berbuat, ia yang malu.

"Maaf, bu," ujar Timothy mewakili sang adik. Secara kompak, guru-guru BK menghembuskan nafas lelah. Umm ... Ini kasus Melody untuk keberapa kalinya, ya? Delapan atau sembilan?

"Terapi kaki lagi. Apa adikmu menderita gangguan penglihatan? Atau dia buta huruf? Sudah jelas-jelas disana tertulis dilarang injak taman, tapi apa ini? Belum lagi masalah bolos dari kelas. Kalau tidak berniat sekolah, jangan memaksakan diri! Saya selaku guru bimbingan konseling merasa bosan mendapati gadis ini lagi yang bermasalah," jelas guru itu dan sialnya Melody malah menjulurkan lidahnya meledek.

"Ish, Momo sakit tau!" ringis Melody tatkala lengan kekar itu mendarat sempurna pada kepala batunya.

"Umm ... Maaf, bu. Udah bawaan dari lahirnya gesrek, jadi ya, gini," jawab Timothy cengengesan.

"Timothy, ibu tau ini sekolahan. Tapi Melody ini kan, adikmu. Bisa kalau kamu menaruh sedikit perhatian selama berada di sekolah? Seharusnya kamu cegah saat dia hendak bolos dari kelas. Jari ibu sampai ogah-ogahan untuk menulis nama Melody dibuku kasus. Masalahnya dia ini perempuan."

"Iya, bu," pasrah Timothy.

"Ish, emangnya cowok doang yang boleh nakal? Perempuan juga boleh kali. Lagian gak ada hadist yang ngatur kalau cewek-cewek harus anggun, malu-malu jijik, jaga image, apalah itu," celetuk Melody asal. Saat tatapan tajam kembali ia dapat, gadis itu semakin bersembunyi dibalik badan kekar sang kakak.

"Saya pasti bimbing dia lagi. Nanti Timothy juga bilang deh, sama mama papa," ujar Timothy memberi pilihan.

"Baik ibu akan menunggu perubahan besar Melody. Tolong kerjasamanya, Timothy. Bahkan sisi nakal kamu saja dikalahkan oleh Melody. Heran ibu sebenarnya dia ini mahluk apa, ya Tuhan??"

"Hehe iya bu. Saya permisi dulu," pamit Timothy. Setelah mencium punggung tangan gurunya, ia berjalan sambil menenteng kedua sepatu hitam milik Melody.

Sementara gadis itu mengoceh tak jelas, Timothy terus saja mempertahankan mode marahnya. Ia berjalan tanpa sedikit pun berniat mendengarkan apa yang Melody keluhkan.

"Ya, kan, Mo?" tanya Melody meminta persetujuan. Timothy berdehem lalu menarik tangan mungil adiknya sehingga membuat gadis itu terduduk di bangku panjang samping koridor.

Tanpa ba bi bu be bo lagi, Timothy segera berjongkok kemudian memasangkan sepatu serta kaos kaki adiknya itu. Yang mana kemudian membuat Melody membisu di tempatnya. Hatinya berdesir deras, jantungnya dag-dig-dug dengan cepat.

"Mo ..." lirih Melody seraya memegang area dadanya.

"Hmm?" balas Timothy dengan deheman. Laki-laki itu terperanjat kaget tatkala sepasang tangan mungil menjambak kuat rambutnya. Pantatnya bahkan sampai mencium lantai.

"Akh, Momo gue baper sama lo!" heboh Melody. Timothy memasang wajah datar nan malas, 'Dasar baperan! Kayak cewek aja lo!' dengusnya dalam hati.

"Diam Melody!" sentak Timothy ketika kaki itu digerakkan maju mundur cantik.

"Abisnya gue ini lagi baper. Aduh haha gue salting banget deh haha Momo!! Udah berhenti jadi kakak gue, ayo kita pacaran lagi. Haha Momo ih, please resign dari keluarga papi sama mami, Mo. Gue pingin balikan kalau kayak gini ceritanya haha Momo aduh gatal ginjal gue. Ini gue harus apa dong kalau udah baper? Haha ayolah Mo," beo Melody.

Timothy yang saat itu telah selesai dengan kegiatannya, langsung saja melangkah pergi meninggalkan gadis gila itu sendirian. Di belakang sana, Melody malah cekikikan tak jelas. Timothy sedikit khawatir, bagaimana jika Melody ternyata lagi kesurupan? Ih, amit-amit.

"Ya lord adik gue kenapa sih? Mengkhawatirkan anjir," gumam Timothy. "Woy elah cepat sini! Jangan bikin gue dalam masalah lagi!" dengus Timothy. Centil, Melody menghampiri laki-laki itu kemudian bergelayut manja pada salah satu lengan kekar Timothy.

"Heh, lo!" seru Timothy pada salah satu adik kelas yang tidak ia kenal. "Sini!" gertak Timothy membuatnya bergetar.

"I-i-iya kak?"

"Demen cewek kagak lo?" ketus Timothy dibalas anggukan samar oleh lawan bicaranya. "Nih, ambil buat lo. Jadiin babu juga gapapa." Timothy mendorong pelan bahu Melody sampai gadis itu sedikit menabrak lengan sang adik kelas. Senyuman miringnya berlawanan dengan raut kecewa Melody.

"Akh, aku kecewa padamu Anthony!" kesal Melody lalu berjalan meninggalkan kedua laki-laki itu. Ya, kali ia mau diberikan pada seseorang yang tidak ia kenal dan jauh dari kesan tampan. Apa kata dunia nanti seorang Melody si gadis gila pemilik otak sebesar lubang jarum dijodohkan kepada laki-laki ... Ewwh. Melody saja enggan untuk menatapnya lama-lama.

"Haha ini pelajaran kecil buat lo yang berani ganggu hidup gue." Timothy tertawa puas setelah berhasil membalas perbuatan Melody. Tenang saja, Melody akan kembali membalasnya.

"Oh, ngajakin perang ceritanya?" tantang Melody.

"Well, gue gak bilang gitu. Tapi kalau lo maksa, gasss!"

"OKE, MULAI SEKARANG LO MUSUH GUE!! JANGAN BERANI SENTUH GUE SECUIL PUN! GUE JUGA BAKAL BIKIN HIDUP LO MENDERITA SAMPAI MASUK NERAKA!! LIHAT AJA MOMO GUE SI BIANG KEROK SMA ANGKASA MAU NUNJUKIN BAKAT TERPENDAMNYA. SIAP-SIAP HARGA DIRI LO RUNTUH!" Melody menunjuk-nunjuk wajah tampan kakaknya penuh emosi. Tapi mimik Timothy hanyalah sebuah senyuman tipis.

"Sayangnya gue gak takut sama kurcaci kayak lo. Otak aja gak punya pakai sok-sokan mau ngelawan gue. Cih, mending mundur aja dari sekarang. Ngaca dulu sono! Entar kalah dari peperangan lo ngadu sambil mewek ke mama. Bocah ingusan, bisa apa sih?" sarkas Timothy.

Melody mengepalkan tangannya menahan emosi yang kian memuncak. Oh, jadi Timothy lupa bahwasanya ia baru saja memenangkan kejuaraan karate dengan sabuk hitam kebanggaannya itu? Tak apa biar Melody ingatkan kalau begitu.

Bugh

"Anjir! Lo main kekerasan fisik goblok!" amuk Timothy. Ia memegangi rahang kirinya yang baru saja ditonjok.

"Kucing bang saleh namanya mpus, mampussssss!"

"Aarrgghhh curang! Gue mana bisa pukuli lo bangsat! Eugh cewek apaan sih lo?! Anjing banget Gusti," cerca Timothy tak terima. Taruhan, rona biru keunguan pasti sudah menghiasi rahang kirinya. Melody sialan!

"Lo mah mainnya kekerasan bahasa! Gue gak suka, ah. Apaan sih, gue kan, cewek. Kok, lo kasar sih ngomongnya?!" sewot Melody. Timothy berdecih sinis. Ia mengukir senyuman miring yang mematikan.

"Bocil bocil. Istilah kekerasan verba aja lo gak tau. Apa? Kekerasan bahasa? Haha istilah baru, ya?"

Bugh

"ANJING MELODY!! LO KENAPA SIH HOBI BANGET NENDANG BURUNG GUE?! AAWWSSHHH SIALAN LO SETAN! DASAR BANGSAT GAK TAU MALU ANJIR!"

Hari itu rupanya terulang kembali. Kini, Melody sudah berlari hendak menyelamatkan diri dari amukan si musuh peperangan saudara ini. Hanya ingin memberitahukan bahwa mereka sudah menjadi pusat perhatian sejak awal. Ini baru seru. Melody v.s. Timothy hasil cetakan dari Tom and Jarry.

"MAMI ADA KUYANG TERBANG!!"

"JANGAN LARI ANJIR! TANGGUNG JAWAB GAK LO?!"

"SALAH SIAPA BURUNGNYA EMPUK!" celetuk Melody yang pada akhirnya berhenti sejenak dari berlari. Oh, sejak kapan bel pulang berbunyi?

"KURANG ASEM EMANG LO! PENCABULAN!"

"Udah-udah malu diliatin sama orang-orang," ujar Rayhan sok bijak. Ia bergerak untuk memasangkan tas Timothy pada punggungnya.

"Perangnya lanjut di rumah masing-masing, ya?" kali ini Daffi yang angkat suara. Mereka sudah bersiap akan menuju gerbang kebebasan akan tetapi keriuhan sepasang saudara ini cukup menarik perhatian.

Timothy dan Melody mendengus bersamaan. Dan lalu tentu saja mereka tidak akan terima akan hal itu.

"LO APA-APAAN SIH ANJIR?! JANGAN NGIKUTIN GUE!" -Timothy.

"ELO YA, BANGSUL. GUE DULUAN YANG BUANG NAFAS TADI!" -Melody.

"CK. DASAR PLAGIAT LO KURCACI DARI JAHANAM!" -Timothy.

"BEKANTAN CELANA DALAM HITAM!" -Melody.

Rayhan serta Daffi memijit pelipisnya. Astaga memang sedari awal bertemu kedua insan ini hobi banget ya, berantem. Cekcok tak baca situasi dan kondisi, tak peduli apapun hubungan yang mengikat keduanya.

Timothy memutar bola mata malas. Secara tiba-tiba ia menyesal telah berbuat baik bahkan sampai menaruh hati pada si gila. Memang seharusnya mereka tidak boleh bertemu atau dunia akan tamat.

"Ficka, ayo gue antar pulang," ajak Timothy lembut selembut sutera.

"Ha? Gue?" bingung Ficka dan Timothy mengangguk ramah.

"Iya, cantik."

"Umm ... Tap-"

"HIH ANJIR GUE PULANG SAMA SIAPA DONG?!" potong Melody. Ficka terkejut saat itu juga. Hanya saja suara si gadis mungil itu terlalu kencang.

"Kayak ada yang ngomong tapi dimana ya, orangnya?" cibir Timothy. Dengan emosi yang menggebu-gebu dicampur cemburu, gadis itu menggandeng lengan Daffi dan membawanya pergi.

"Woah, keren Tim. Aksi adu mulut lo udah nembus tujuhratus like aja. Padahal baru beberapa menit yang lalu gue posting ke Instagram." Nayya mengancungkan jempolnya. Tangan yang satunya lagi ia gunakan untuk menunjukkan postingan yang ia maksud.

"Anjing, Nayya!" umpat Timothy. Sementara gadis itu hanya mengedikkan bahunya tak peduli. Lalu berjalan berdampingan bersama Rayhan. Ia kan, ada janji untuk kencan bersama Jack.

"Mau kemana lo?" sergah Timothy menyadari pergerakan Ficka.

"Balik lah, ngapain lagi?" balasnya santai. Timothy menyengir kuda, iya juga ya.

"Ayo gue antar."

"Lho, bukannya cuma bercanda?" heran Ficka dan Timothy menggeleng cepat.

"Enggaklah. Lagian juga si Kenzie gak akan jemput lo, kan?" mau tidak mau Ficka mengangguk mengiyakan. Lah, memang begitu adanya.

Timothy mengukir senyuman manis lalu tanpa permisi ia sudah menggandeng sebelah tangan gadis itu. Mereka berjalan sampai akhirnya telah berada di parkiran sekolah. Terlihat Melody dengan tatapan tajamnya yang mengarah pada laki-laki itu.

Mulut mungil Melody komat-kamit membaca mantra sumpah serapah. Sementara Timothy memelototkan matanya ngeri. Jika tidak digiring Daffi, Melody pasti akan melabrak kemudian memulai kembali peperangan. Timothy pun sama, ia harus dibujuk dulu oleh Ficka agar tidak tersulut emosi.








-ˋˏ ༻:: to be continue ::༺ ˎˊ-

Continue Reading

You'll Also Like

98.6K 5.8K 25
Dilamar karena saling mencintai ❌ Dilamar karena mendoakan waktu bersin ✅ Seorang gadis bernama Najla Faqihatun Nissa yang baru memulai hijrahnya aki...
71.8K 11.8K 28
Tetangga baru yang selalu membuat keributan berhasil membuat dorison ingin pergi dari rumah. Ketenangan nya hilang saat tetangga baru nya suka menan...
284K 18K 22
Ola, balita umur 3 th yang hiperaktif, polos, dan menggemaskan. Resmi menjadi beban di kediaman Duke Oxiver dan dinyatakan menjadi 'tawanan' gemoy ya...
1.2K 51 4
Jangan salahkan aku Jika aku jadi seperti ini Salahkan dirinya yang Membuatku seperti ini ~Byun Baekhyun