My Brother My Boyfriend [ SEL...

By daadindaada_

33K 6.1K 1.7K

FOLLOW DULU AKUN AUTHOR !! REVISI 90% BERBEDA DARI VERSI SEBELUMNYA HARAP BIJAK DALAM MEMILIH BACAAN CERITA... More

1 | Si Gila Otak Lubang Jarum
2 | 180°
3 | Nayya Diganggu 'Setan'
4 | MKKB
- CAST -
5 | Gue Suka Sama Lo
6 | Menunggu
7 | Rasa Sakit Itu Datang Lagi
8 | Lengket
9 | Prepare
10 | Study Tour pt. O1
11 | Pertemuan
12 | Study Tour pt. O2
13 | Malu-maluin
14 | Perubahan Yang Signifikan
15 | Pelampiasan pt. O1
16 | Damn It!
17 | Pelampiasan pt. O2
18 | Can You Say, "It's Real, Melody!"
19 | Tak Disangka
21 | Perang Saudara
22 | Musuhan
23 | Firasat
24 | Yang Terulang Kembali
25 | Hampa
26 | The First Month
27 | Kambing Hitam
28 | Don't Give Up!
29 | Game or Prank?
30 | What Happened?
31 | You Are Crazy!
32 | Hantu Mesum
33 | Be Patient, Mels
34 | Memories
35 | Heal?
36 | Kesalahan Kedua Kenzie
37 | Flashback
38 | Melody = Syaiton Nirrojim??
39 | Rencana Gila
40 | Akal Bulus Timothy
41 | Kabur
42 | Hashtag #serangtimothy
43 | Gak Mau Pulang!!
44 | Tangisan Melody
45 | Baikan
QNA
46 | Melindungi
47 | Tom & Jerry
48 | Diet???
49 | Dua Kubu
50 | Selalu Dinomorduakan
51 | Putus
52 | Balas Dendam
53 | Salah Paham
54 | 4(Z - 1)0 (K - 1)4(E - 1)14(0 - 1)
55 | My Brother My Boyfriend
Melody
Timothy
Mampir Sini Umumumu 😗😙😚

20 | Ulang Bulan

412 107 23
By daadindaada_

Pokoknya Melody pingin ulangtahun setiap bulan!

***

"DORR!!"

Emily membuang nafas singkat. Saat membukakan pintu utama, ia dikejutkan dengan kehadiran anak gadisnya ini. Sedari malam menjemput, Melody sudah asyik berbincang lewat aplikasi pesan singkat bersama Emily. Gadis itu meminta agar Emily mau menggelar pesta ulangtahunnya yang ke-17. Walau sudah terlewat beberapa bulan, tapi Emily tetap mengiyakan. Membuat pesta seperti itu bukan hal yang sulit. Terlebih saat mengingat empatbelas tahun silam. Hampir saja mereka akan melaksanakan pesta besar-besaran ulangtahun yang ke-3 jika Melody tidak kecelakaan.

"Papimu mana sayang?" tanya Emily. Sebelum menjawabnya, Melody menyempatkan diri untuk mengukir senyuman semanis madu.

"Papi mau mampir ke toko dulu katanya. Mau beli miras."

"Kok, miras? Anak mami gak boleh minum minuman yang kayak gitu!" hardik Emily. Disaat seperti ini, author bersama rombongan readers ingin saling merangkul sambil berkata, "Mampus Melody, mampus!"

"Hehehe bercanda peace," balas Melody seraya membentuk huruf v diantara kedua jarinya. Emily mengusap dada lega, lalu mengajak Melody untuk memasuki rumahnya.

"Woah, rumah mami besar," ujar Melody takjub dengan mata berbinar. Gadis itu terus mengedarkan pandangannya ke seantero ruangan. Anggap saja ini sebagai pencitraan, kan, ia pernah dibawa Timothy kemari saat hujan-hujanan tempo lalu.

Emily terkekeh-kekeh dengan reaksi Melody. Ternyata putrinya itu masih sama seperti dahulu. Lucu, imut, dan menggemaskan.

Derap langkah kaki mengalihkan perhatian kedua wanita itu. Terlihat Timothy sedang menuruni anak tangga dengan setelan santai namun rapi. Taruhan, laki-laki itu akan pergi ke luar.

"Ngapain lo masih pagi dah disini?" ketus Timothy.

"Mau lihat si kecil tumbuh, kenapa? Pagi-pagi waktu yang bagus kan, buat dia yang baru bangun?" balas Melody tak kalah ketusnya. Gadis itu bahkan mendelikkan matanya jutek.

Jaket hitam yang ia tenteng diarahkan ke depan, menutupi sesuatu yang telah disinggung oleh sang adik. Sialan! Melody tidak pernah pensiun dari segala pemikiran ngeresnya. Tentu saja Timothy yang notabene-nya laki-laki dewasa pasti mengerti dengan serangkaian kalimat busuk Melody.

"Kenapa ditutupi? Awali hari dengan sedekah, boleh kali?" goda Melody iseng. Tampaknya Timothy tersipu malu. Lihat saja bagaimana merahnya kedua daun telinga itu.

"Ekhem. Mama lagi buat apa? Dapurnya berantakan banget sih," ujar Timothy hendak mengalihkan perhatian. Tanpa mempedulikan gadis itu lagi, ia berjalan menghampiri Emily yang masih asyik berkutat dengan alat-alat di sekitarnya.

"Buta apa gimana? Ada banyak whipped cream, masa' gak kelihatan?" sarkas Melody. Timothy mendengus, lalu tanpa aba-aba tangannya melayang begitu saja dan mendarat dengan sempurna pada atas kepala Melody.

"Ahk, Melody geger otak! Gimana ini??" panik Melody.

"Mels, jaga omongannya! Jangan asal ceplas-ceplos!" tegur Emily untuk kedua kalinya. Wajar saja sih, selama ini gadis itu hidup bersama Harry yang sibuk bekerja. Jadi kemungkinan tidak ada yang menegur saat mulutnya nakal. Dan ya, bukankah Harry juga sama absurd-nya?

"Iya, mami," pasrah Melody sementara Timothy sudah tak kuasa menahan tawanya lagi. Ia tergelak sampai terpingkal-pingkal.

Sekedar informasi, Emily memang lemah lembut. Tapi tak dapat dipungkiri aura keibuan begitu melekat pada dirinya. Ada sisi tegas tersendiri yang kadang-kala Emily tunjukkan. Dalam satu keadaan, ia bisa menjelma menjadi seorang teman yang akan mendengarkan masalah dari anak-anaknya. Oleh karena itu, walaupun tergolong bad boy yang kadang-kala membuat masalah Timothy selalu menahan dirinya untuk bergerak lebih jauh.

"Mels, sini bantuin mami."

"Woah. Boleh mami," balas Melody dengan semangat. Gadis itu bahkan bergerak secepat debu terbawa oleh angin. Langsung saja Melody memakai apron-nya yang kebesaran.

Timothy berjalan hendak membukakan pintu utama yang mengeluarkan bunyi saat seseorang mengetuknya dari luar. Ia tersenyum hangat menyambut orang itu lalu mencium tangannya sopan.

"Masuk, pa!" titah Timothy diangguki Harry. "Sini, Timothy bantu," tawar Timothy lalu tanpa permisi ia membawa segala dekorasi yang Harry bawa.

"Makasih Timothy." laki-laki itu hanya berdehem. Keduanya terus berjalan memasuki ruangan rumah.

"Hmm ... It's look nice." Emily serta Melody kompak membalikkan badan lalu tersenyum manis.

Sebagian besar kue telah Emily rampungkan. Sangat menarik perhatian saat warna yang mendominasi kue-kue itu adalah merah jambu dipadukan putih. Oh, ya, Emily juga membuat beberapa cupcake serta cake pop.

Sementara itu, raut bingung Timothy layangkan begitu saja. Ia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sambil celingukan kesana-kemari.

"Sebentar-sebentar! Ini ada apa sih sebenarnya? Kue, dekorasi, gaun siapa tuh di sofa? Jangan bilang kalian mau nikah secepat ini?!"

Emily yang sedang berbincang bersama Harry memilih untuk mengalihkan perhatian sejenak pada Timothy. Entah hobi atau bagaimana sampai-sampai wanita itu kembali mengukir lengkungan bulan sabit.

"Adikmu pingin bikin pesta ulangtahun."

Saat itu juga Timothy mengernyit heran. Mereka kan, kembar jadi selisih usianya pun pasti tidak akan jauh. Dan beberapa bulan yang lalu Timothy sudah merayakan pesta kecil-kecilan dalam rangka menyambut tahun kelahiran. Sebenarnya disini siapa yang salah dalam mengartikan sih?

"Bukannya kita udah ulangtahun?" bingung Timothy. Melody yang sedang asyik memperhatikan lekukan kue yang indahnya melebihi ambang batas pun, akhirnya angkat suara.

"Gue kan, prematur," cetusnya tak masuk akal.

"Ngaco! Dahlah Timothy gak peduli. Timothy mau pergi, ada acara sama Dajatira," sinis Timothy. Pergerakannya terjeda tatkala melihat sang adik yang menatapnya penuh harap dengan mata puppy eyes.

Layaknya seorang anak kecil yang hendak menangis saat tidak dibelikan permen, manik hijau Melody sudah berkaca-kaca. Kan, kalau sudah begini Timothy jadi tidak tega. Mencoba bersikap tak acuh rasanya sesusah soal matematika.

Laki-laki itu membuang nafas berat. "Yaudah, iya. Gue gak akan pergi," putusnya seraya mengelus lembut rambut Melody.

"Serius?" pekik Melody menahan bahagia.

"Hmm."

"Aaaa makasih Momo!" ujar Melody riang lalu mengecup rahang kiri Timothy sekilas. Saking banyaknya dosa yang menumpuk, Melody sama sekali tidak merasa bersalah telah membuat kakaknya itu dag-dig-dug tak karuan. Ia malah kembali menghampiri setumpuk peralatan kue.

"Papi udah beli kado kan, buat Melody?" tanya Melody memastikan. Harry menjawabnya dengan acungan jempol karena ia sendiri sedang disibukkan memasang dekorasi. "Kalau mami?" tanya Melody lagi. Emily kembali tersenyum, lalu menganggukkan kepala.

"Momo?"

Deg

Kenapa ia harus diabsen juga sih?! Ah, menyebalkan! Timothy kan, tidak tahu akan ada pesta mendadak seperti ini. Jadi ia sama sekali tidak mempersiapkan hadiah apapun untuk Melody.

"Udah," dusta Timothy. Tak apa, Melody itu gadis yang aneh. Sekecil apapun hadiahnya, asal bisa dikategorikan sebagai hadiah ulangtahun, pasti gadis itu senang bukan main.

"Oke, bagus deh kalau gitu. Karena kalau lo gak bawa kado, siap-siap aja namanya gue hapus dari kartu keluarga. Maaf-maaf nih, ya. Cuma gue anti sama orang irit apalagi sama keluarga sendiri. Kalau pelit, gak akan gue cium. Blablabla."

'Huh, sabar Tim, sabar. Ada bokap sama nyokap. Entar aja bunuhnya, pas sepi baru sikat sampai mampus. Mutilasi kalau bisa,' batin Timothy.

"Woah! Woah! Woah!!" Melody begitu berbinar melihat kue yang telah tersaji dengan rapi. Menggugah selera karena bentukannya yang begitu lucu.

Emily serta Timothy terkekeh bersamaan. Diam-diam lelaki itu mengeluarkan ponselnya lalu menuju fitur kamera.

Cekrek

"Ekhem," dehem Timothy. Entah karena alasan apa ia merasa salah tingkah. Melody menggemaskan sih.

"Mels, teman-temanmu sudah diundang semua?" tanya Emily dan Melody menganggukkan kepala. Emily mengacak pelan puncak kepala gadis itu lalu kembali melangkahkan kaki hendak membantu Harry.

Seperti seorang maling yang akan menjalankan aksinya, Melody celingukan kesana-kesini. Setelah dirasa aman, ia segera mencolek whipped cream kemudian mencuri sebuah cupcake dan membawanya keluar rumah.

"Bagus ya, lo berbakat jadi pencuri," sindir Timothy setelah mengikuti pergerakan sang adik. Melody tidak mempedulikan cuitan itu, ia lebih memilih menyantap cupcake buatan Emily yang rasanya mantap seperti tendangan si madun.

"Manis kayak gue."

"Dih anjir! Gr-nya nyampe ke neraka jahanam!" cerca Timothy. Tapi sedetik kemudian ia tersenyum kecil.

"Mo, gue lihat ada kuda-kudaan di taman. Ke sana yuk, gue pingin naik itu," pinta Melody kekanakan. Timothy menimang-nimang sebentar lalu mengangguk mengiyakan.

"Suwer ya, Mo. Gue bahagia! Gapapa deh, gak pacaran sama lo juga yang penting ada mami."

"Hmm."

Melody berlari riang menghampiri sebuah mainan yang ingin ia naiki. Langsung saja gadis itu beraksi, menggerak-gerakkan mainan itu layaknya anak TK. Tawa Melody tak pernah terdengar menyurut.

Cekrek

"Ekhem," dehem Timothy setelah memotret sang adik tanpa izin. Secara tiba-tiba ia merasa menjadi seorang ayah yang tengah mengasuh putrinya. Si mungil yang gila itu benar-benar membuatnya greget.

"Mo, sebenarnya ini kuda-kudaan apa singa-singaan?" tanya Melody bingung tidak mengerti. Timothy tampak berpikir sesaat, iya juga ini bentukannya kuda-kudaan, tapi berwajah singa.

"Kuda berbulu singa," jawab Timothy asal. Melody ber'oh ria kemudian kembali mengangkat suara.

"Kalau bulu yang ada di si kecil, gimana? Lebat kah?"

Pletak

"Gak salah lagi mulut lo bau ajab, Mel!" geram Timothy. Huh, ia sudah akan dibuat naik darah lagi oleh sang adik. Menjengkelkan!

Melody sempat meringis lalu ia kembali menikmati mainan itu. Menggoyangkannya ke depan ke belakang sampai terdengar decitan dari per yang ada.

"Ngengggggggg ...."

"Jangan kayak anak kecil bisa?" sebal Timothy karena rasanya ia ingin menjambak rambutnya sendiri, saking frustrasinya.

"KUDA-KUDAAN DI RANJANG BARENG MOMO PASTI LEBIH SERU! LUMAYAN BAKAR KALORI DENGAN CARA NIKMAT!"

Langsung saja Timothy menoyor kepala Melody. Keadaan sedang berpihak padanya, taman komplek ini sedang sepi. Tidak ada orang lain yang mendengar celotehan Melody dengan suaranya yang memekakkan telinga.

"Dahlah kita balik aja. Teman-teman dah pada nyampe."

"Oke ganteng." Melody menaiki punggung kokoh Timothy tanpa meminta izin terlebih dahulu. Sempat oleng, tapi laki-laki itu berusaha untuk menjaga keseimbangan supaya gaya gravitasi tidak menang telak kali ini.

"Mo?"

"Hmm."

"Ngobrol yuk."

"Kagak. Males."

"Ppffttt gak seru!"

"Bodo amat!"

Melody hanya bisa mendengus. Oke, begini kronologinya. Musuh menjadi teman kemudian jadi pacar dan lalu semua terungkap sampai takdir mengatakan bahwa mereka saudara kembar. Well, tak ada perubahan. Timothy masih datar, dingin, cuek, dan ganteng.

"Mana ish? Belum pada datang juga." Melody memberengut meratapi kebodohannya. Sungguh, ia mudah sekali ditipu.

"Lah, emang siapa yang bilang udah pada datang?" dengan entengnya Timothy merespon seperti itu. Astaga manusia tampan ini untung saja mirip Manu Rios, suami idamannya sedari bayi.

"Ish nyebelin!" Melody berjalan sambil menghentak-hentakkan kaki pada bumi yang ia injak. Dengan emosi yang mencuat, gadis itu menggiring gaun dan membawanya memasuki salah satu kamar.

Dengan menghabiskan waktu sebanyak tiga puluh menit, Melody kini sudah siap dengan gaun birunya. Rambut panjang yang ia punya dimodifikasi sehingga terlihat lebih pendek. Pada kedua telinganya terpasang anting bulat-bulat seperti bola-bola mutiara.

"Woah, udah pada datang?" semua mengalihkan perhatian pada gadis itu. Secara kompak, mereka terpukau bersamaan.

"Cantik," gumam Timothy dan Daffi bersamaan.

"AAAAAA KEMBARAN!!"

"MONYET! GUE KANGEN BANGET!!" mulai lagi. Kedua insan itu berpelukan tak kenal malu. Mengakibatkan Timothy serta Nayya dibuat mendengus.

"Jangan mesra-mesraan di depan publik! Langsung aja mulai pestanya," ketus Timothy menghentikan aksi kedua sejoli itu. Jack merangkul Melody dan membawanya menuju pusat acara.

"Princess, kamu cantik banget mirip mamimu," puji Harry. Sontak saja, Emily membuang wajah ke samping berniat menyembunyikan wajahnya yang memerah menahan malu.

Timothy menyalakan lilin pada kue besar kepemilikan gadis itu. Angka tujuhbelas yang begitu lagu berhenti dinyanyikan menjadi padam bersamaan dengan angin yang keluar dari mulut Melody.

"Yeay!!" sorak Melody riang. Emily serta Harry segera berhamburan memeluk anak gadisnya itu. Membubuhkan kecupan pada seluruh permukaan wajah cantik Melody.

"Selamat ulangtahun sayang. Mami berdoa supaya kamu bisa jadi anak yang baik, pintar, dan paling utama yaitu sehat. Jangan sakit-sakitan kayak dulu lagi, ya?" lontar Emily seraya mengelus kepala Melody penuh kasih sayang.

Melody menangis haru. Ia membiarkan begitu saja air mata mengaliri kedua pipi mulusnya. Saat hari ulangtahunnya beberapa bulan lalu, tidak ada yang mengucapkan hal demikian. Melody sedih, lagi-lagi ia merayakan ulangtahun sendirian.

"Princess!" panggil Harry sambil terus melangkah memasuki ruangan rumahnya. Pada tangannya sudah terdapat sebuah kue ulangtahun dengan lilin angka tujuhbelas yang menyala dan siap untuk ditiup.

Dilihatnya Melody yang tengah menelungkupkan kepala pada permukaan meja. Hari ini harusnya menjadi spesial saat seluruh ruangan rumah dihiasi berbagai dekorasi imut nan lucu. Semua teman-teman harusnya sudah mulai berdatangan untuk mengucapkan 'selamat' sambil menyerahkan hadiah yang mereka bawa. Kemudian setelah itu acara makan-makan.

Sayang, ekspektasi tak seindah realitas. Kegelapan menyelimuti rumah luas ini. Tak ada satu pun dekorasi yang terpasang. Kue, orang-orang, hadiah, ucapan selamat tidak Melody dapatkan untuk kesekian kalinya.

"Hey, happy birthday," ujar Harry. Kedua bahu Melody sedikit naik-turun, pertanda gadis itu tengah terisak.

"Mana mami? Kenapa gak ada dekorasi? Hadiah? Kenapa teman-teman gak datang?" lirih Melody mengadu. Harry meletakan kue itu depan sang putri. Ia mendekap Melody hendak menyalurkan kehangatan.

"Melody pingin acara ulangtahun kayak yang lain ... Ada mami yang bisa mendoakan Melody ... Hiks ... Kenapa papi selalu bohong sama Melody? Papi ingkar!" cerca Melody.

"Papi punya hadiah buat princess. Tada!!"

"Stop kasih Melody hadiah yang sama setiap tahun! Melody cuma pingin mami. Melody pingin minta bukti kalau papi emang sayang sama Melody!"

"Papi sayang sama princess."

"Omong kosong! Semua orang juga bisa bilang sayang, bahkan bayi baru lahir pun bisa pi, bisa!"

Harry membiarkan saja Melody mengeluarkan semua unek-uneknya. Setidaknya gadis itu memang harus melepas topeng yang sehari-hari ia gunakan. Seolah Melody sama sekali tidak mempermasalahkan setiap janji manis yang sampai sekarang belum Harry buktikan.

Harry memeluk Melody lagi. "Iya, secepatnya kita ke Indonesia, ya? Kita cari mamimu disana."

"T-tapi kerjaan papi gimana?"

"Gapapa. Buat princess, papi rela ngorbanin apapun. Nanti biar orang kepercayaan papi yang pegang urusan disini. Mau?" tanya Harry dan Melody mengangguk antusias.

Melody menyembunyikan wajahnya ke dalam pelukan hangat Emily yang menenangkan. Wanita itu mengelus lembut belakang kepala sang gadis, ia tahu betul apa yang dipikirkan Melody dalam benaknya.

"Gapapa sekarang Melo bisa bikin pesta setiap ulangtahun, ya? Ada mami disini," bisik Emily diangguki Melody. Timothy, Harry, serta semua kerabat gadis itu merasa haru seketika. Impian panjang Melody akhirnya dapat terpenuhi.

"Udah jangan nangis lagi. Ulangtahun gak boleh sedih-sedihan," kekeh Emily. Jari-jemarinya yang lembut menghapus jejak air mata yang tertanggal.

"Kado buat gue mana?" tanya Melody parau.

"Kado-kado pala kao kado! Gue gak bawa kado! Gue kan, cuma mau ngikut makan aja hehe," jawab Rayhan disertai senyuman memualkan.

Saat itu juga Melody mengaktifkan mode gunung meletus. "JANGAN DATANG KALAU GAK BAWA KADO! PULANG SANA!!"

Glek

Rayhan menelan ludahnya kasar. Timothy juga melakukan hal yang sama. Ia tidak punya kado untuk Melody. Tapi ya, semoga saja gadis itu mau memberikan kompensasi karena ia kan, kakaknya.

"Nih." Rayhan menyodorkan kotak kecil berhiaskan pita. Langsung saja mode gunung meletus dimatikan.

"Thank you, Rayhan. Uuu gue sayang deh sama lo."

"Yoi," balas Rayhan kemudian menghampiri meja makan yang dipenuhi berbagai macam kue. Melody kembali menagih hadiah dari Daffi, Nayya, Jack, serta Ficka. Lalu terakhir pada Timothy.

"Mo, kadonya mana?" tagih Melody. Timothy menggaruk tengkuknya, mencoba mencari akal hadiah dadakan yang mampu membuat adiknya itu senang.

Ah, iya.

Cup

"Happy birthday baby. I wish you all the best, please stay happy with me," ujar Timothy membuat Melody membeku di tempatnya. Sebab, laki-laki itu sangat manis dengan membelai lembut pipi kanannya.

Cup

"Maaf belum bisa kasih hadiah yang lebih layak buat lo." Melody menggeleng yakin. Baginya, ini hadiah manis yang tidak boleh dilupakan. Bahkan, ia sampai menitikkan air mata.

Melody memeluk Timothy erat. Hari ini ia benar-benar speechelss. Banyak kejutan yang didapat secara cuma-cuma. Bahagia? Tentu saja! Jadi seperti ini ya, rasanya bahagia tanpa materi, hanya mengandalkan kebersamaan keluarga yang hangat.

Cup

"Cengeng!" ledek Timothy untuk mencairkan suasana. Bukan apa-apa, mereka berdua telah menjadi pusat perhatian sejak awal Timothy mengecup Melody.

"Ish! Benci sama Momo," rajuk Melody lalu menghentak-hentakkan kakinya. "HEH, KUE GUE JANGAN DIHABISIN ANJING!"

"Mels bahasanya!" tegur Emily. Oke, semenjak kehadiran Emily, Melody tidak bisa asal ceplas-ceplos di depan umum. Sip, mengerti.

"Iya, mami," sahut Melody. Gadis itu kini sudah bermain balon bersama kedua sahabatnya. Ficka? Melody sudah memohon permintaan maaf padanya. Hanya saja ia khawatir dengan nilai ulangan untuk beberapa bulan ke depan.

"Mel, kalian kan, kembar. Terus tuh waktu itu si Timo udah ultah. Kenapa lo baru sekarang?" heran Nayya tidak mengerti.

"Gue kan, prematur Nay," jawab Melody enteng. Nayya mengangguk polos, percaya dengan lontaran si gila. Tapi tidak dengan Ficka.

"MANA ADA ORANG KEMBAR YANG SATU NORMAL YANG SATUNYA LAGI PREMATUR?! MANA JARAKNYA JAUH LAGI! NGADI-NGADI LO!" cecar Ficka sementara Melody menyengir kuda.

"Awalnya coba-coba, tapi setelah dirasa berhasil ... GAS AJA!" balas Melody menirukan gaya mawar si penjual bakso boraks. Halah, author yakin kalian kenal dengan si mawar, kan? Ngaku deh!

Ketiga gadis itu mengalihkan perhatian pada Daffi yang semakin mendekat. Senyuman manis tercetak jelas pada permukaan bibirnya.

"Foto?" ujar Daffi dibalas semangat menggebu-gebu oleh si empunya. "Minggir lo berdua! Gue mau foto Melody doang," sinis Daffi pada Nayya dan Ficka. Sontak saja kedua gadis itu mendengus tak terima.

"Sekalian aja minta restu sono! Gak perlu pdkt dulu deh jijik gue!" sindir Ficka ketus lalu menggandeng lengan Nayya.

"Huh, mental tempe!" timpal Nayya. Daffi menutup telinga rapat-rapat. Malas mendengar ocehan unfaedah dari kedua gadis itu.

"Senyum!" titah Daffi diikuti Melody. "1 ... 2 ... 3 ...."

Cekrek

"Cantik," puji Daffi seraya menepuk-nepuk pelan atas kepala gadis itu. Timothy yang saat itu sedang meneguk minumannya dengan spontan menyemburkan begitu saja.

Ppffttt

"Kurang ajar!" umpatnya lalu bergerak menghampiri sang adik. Dengan gerakan kilat, laki-laki itu memasangkan jaket hitamnya pada kedua bahu Melody.

"Apaan sih, Tim?! Orang cuma foto doang elah," sebal Daffi. Timothy mendelik malas.

"Halah bacot. Gue tau habis ini lo bakal edit foto adik gue jadi dibikin bugil, kan?" todong Timothy sarkas. "Lo kan, cowok kurang belaian. Jadi bakal tega ngelakuin banyak hal sekalipun itu ilegal," sinisnya tajam.

Daffi membuang dengusnya kasar. Rasa gatal ingin menghajar sang sahabat sudah tidak dapat ia bendung. Jika saja kini Emily dan Harry tidak ada disini. Dapat dipastikan Timothy kini sudah babak-belur.

"Astagfirullah ada aja orang yang iri," ujar Daffi hendak mengalah. Timothy tidak mempedulikannya, ia terus membimbing Melody dengan memegang kedua bahu gadis itu.

"Gue pernah bilang, hati-hati si Daffi pedofil. Jangan terlalu terbuka! Dia mata keranjang yang kalau ada kesempatan bakal langsung beraksi," bisik Timothy tajam.

"Kalau beraksi nanti bakal langsung tekdung?" celetuk Melody polos.

"Hmm. Lo gak boleh tekdung sebelum waktunya. Jangan langkahi gue!" balas Timothy. Melody mengangkat jari jempolnya.

"Oke. Malam ini kita bikin dulu anak sebagai percobaan. Kalau berhasil besoknya gue lanjut sama Daffi. Woah, jatah gue melimpah."

"Jangan harap! Gue gak akan kasih izin buat lo. Lo gak boleh pacaran sama Daffi, Rayhan, Jack atau Kenzie sekalipun. Lo harus ada disisi gue selamanya. Gapapa jomblo aja terus, gak akan ngenes kek si Rayhan kok. Tenang ada gue ini yang bisa kasih lo cinta," cerocos Timothy panjang lebar.

"Possesive boyfriend, nope. Possesive brother, yes!"

"Hmm emang gitu kenyataannya."

"Tapi kalau gue jomblo terus entar keburu menopause dong. Gak asyik, ah!" Melody memberengut sambil bersedekap dada.

"Pokoknya jangan!" keukeuh Timothy tak bisa dibantah. Mau tidak mau kali ini Melody harus mengalah. Pasrah, gadis itu pun mengangguk lemas.





-ˋˏ ༻:: to be continue ::༺ ˎˊ-

Continue Reading

You'll Also Like

1.2M 11.7K 8
BEBERAPA PART DI PRIVAT. HARAP FOLLOW AKUN AUTHOR TERLEBIH DAHULU. Memiliki pacar posesif memang sangat merepotkan dan menyebalkan. Itulah yang diras...
241K 7.1K 24
kamu milik ku tidak akan terbagi dengan orang lain! Laki-laki yang sangat posesif terhadap perempuan yang ada di dekapannya tidak akan membiarkan per...
182K 11.4K 18
Ola, balita umur 3 th yang hiperaktif, polos, dan menggemaskan. Resmi menjadi beban di kediaman Duke Oxiver dan dinyatakan menjadi 'tawanan' gemoy ya...
310K 15.6K 17
menyukai kembaran sendiri wajar bukan? bxb area awas salpak