━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━
ㅤㅤㅤㅤ
para elang masih belum
selesai diperkenalkan,
jadi izinkan aku untuk
melanjutkan, ya?
ㅤㅤㅤㅤ
ㅤㅤㅤㅤ━━━━━━━━━━━━━━━
ㅤㅤㅤㅤ
netra yang meneduhkan,
surai lebat nan membuat
suasana ranah.
tuturnya yang tipis,
tingkah lakunya ranak,
membuatnya terlihat
gagah.
Tama Agil
jangan mendekat
kalau tak kuat,
hanya menambah
perasaan khawatir.
━━━━━━━━━━━━━━━
"gil," mendengar namanya dilafalkan seseorang, lelaki rupawan itu segera menolehkan wajah, mencari gadis yang memanggilnya.
"oh, nay? ada apa dateng kemari?" tutur yang sopan dapat membuat siapa saja terjerat dalam pesonanya.
"eng- ini, gue cuma mau ngembalikan buku yang kemarin gue pinjem, maaf ya, gil kalau lama."
agil tersenyum, apa tidak kasihan dengan jantung nayya yang hampir terbebas dari tempatnya ini?
"gapapa, nay, gue juga ngga terlalu butuh kok, gue udah selesai bacanya."
"y-yaudah, gil, gue balik dulu ya." sangat terlihat bahwa pemudi ini kalang kabut dan langsung melarikan diri.
masih tersenyum; agil membatin, si nayya lucu juga.
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
━━━━━━━━━━━━━━━
sugih, deskripsi
singkat.
orangnya
juga begitu irit
bicara.
Dean Dirgantara
jarang sekali mengulas
senyum di paras bagusnya,
ia mendedikasikan itu
kepada orang
terkasih di hidupnya.
━━━━━━━━━━━━━━━
"hati-hati dong!" pekik seorang gadis yang terjatuh karena terbentur raga pemuda jangkung.
pemuda itu hanya memandangi sekejap, lantas melalaikan gadis yang ia terpa tadi.
"aw–" desau pemudi yang menjamah tungkainya nyeri.
tiba-tiba tubuh jangkung tadi mengulurkan pegangan, ingin membantu sang pemudi.
"maaf. gue bantu," mimiknya masih datar, tetapi mampu membuat tidak stabil hati bergetar.
━━━━━━━━━━━━━━━
sinis terselip di
netranya, tapi
tidak ada yang
tahu isi hatinya.
Gama Mahendra
tidak seorang pun berani
mendekati si satiris.
━━━━━━━━━━━━━━━
"lo kenapa sih kalo ngeliatin kayak gitu? apa ngga perih mata lo?" baru kali ini gama ditanyai pertanyaan seperti itu.
sebelumnya, tidak ada yang berani mendekat kecuali elang.
"gak." jawabnya singkat, padat, melebihi jelas.
kini gadis itu menatap ganjil. "idih, sombong amat, mas,"
"kali-kali senyum lah." gadis ini berlagak seperti sudah akrab dengan gama.
gama bertanya-tanya dalam pikiran, siapa pemudi ini?
"sokab dah lo,"
"nama lo siapa?" tak dapat menahan ambisi, akhirnya gama bertanya juga.
━━━━━━━━━━━━━━━
budak ingusan dengan
segala kelakuan dan
ketengilan.
tetapi mampu membangun
sebuah keharmonisan.
Satya Adji
'tengil' selalu
didengar olehnya,
tapi tak mengenal
kata 'kapok' di
dalam kamusnya.
━━━━━━━━━━━━━━━
"aduh eneng shinta, geulis pisan euy." tak henti-hentinya mahluk tengil ini menggoda perempuan hits di kelasnya.
yang digoda pun tidak masalah, ia justru menambahkan gurauan.
"aduh aa satya, makasih pisan ya." sebenarnya shinta tidak pandai berbahasa sunda, jadi ia jawab seadanya.
gadis itu tak tahu, bahwa hati satya sekarang sedang sekarat, panggilan 'aa' membuatnya lunglai. payah.
━━━━━━━━━━━━━━━
apakah kalian ingin
memberikan krisar?
(
kritik dan saran.)
jika iya, aku akan
berterimakasih,
karena aku bisa
tahu dimana letak
kesalahan yang
aku perbuat.
terimakasih semua,
semoga harimu menyenangkan!