Care [Kang Taehyun]

Від dinanie_

255K 35.4K 10.3K

[TELAH TERBIT] Taehyun selalu bilang dia bahagia saat bersamaku. Tapi, sikap dinginnya selalu membuatku merag... Більше

Prologue
Care #2
Care #3
Care #4
Care #5
Care #6
Care #7
Care #8
Care #9
Care #10
Care #11
Care #12
Care #13
Care #14
Care #15
Care #16
Care #17
Care #18
Care #19
Care #20
Care #21
Care #22
Care #23
Care #24
Care #25
Care #26
Care #27
Care #28
Care #29
Care #30
Care #31
Care #32
Care #33
Care #34
Care #35
Care #36
Epilogue
INFO!!!
VOTE COVER
OPEN PRE ORDER (closed)
💥 GIVEAWAY 💥

Care #1

12.4K 1.4K 163
Від dinanie_

.

.

.

"Jiyoo-ya!"

Aku terkejut bukan main sampai tanpa sengaja mencoret tulisanku sendiri. Aku menghela napas dan memandangi gadis berambut panjang yang baru memasuki kelasku. Dia Cho Aera, sahabatku. Pandangannya sulit diartikan dan sepertinya juga dia marah. Tapi kenapa?

"Kenapa kau masih di sini? Ini super gawat, kau tahu! Kantin mendadak ricuh karena Taehyun menggandeng wanita baru lagi," ujarnya dengan cepat sambil menghampiriku. Nampak gemas karena menemukanku yang hanya menatapnya polos.

"Aku sedang belajar."

"Yak! Tinggalkan buku-buku sialan ini. Aku sudah muak melihat buku tebal ini dan juga muak melihatmu selalu mengurung diri. Ayo keluar!" perintahnya.

Alisku mengerut bingung. "Memangnya kenapa?"

"Taehyun menggandeng perempuan lain dan kau masih bertanya kenapa?!" geramnya. "Kenapa kau masih mempertahankan bongkahan es itu? Apalagi sekarang dia terlihat ingin selingkuh darimu. Apa kau tidak mengerti, huh? Dia sudah tidak lagi mempedulikanmu, Jiyoo!"

"Ya!" bentakku spontan. Mataku bergerak gelisah dan hatiku juga tiba-tiba sesak. Menggigit bibir bawah yang juga mulai merasa gemetaran. Aku mencoba belajar sekarang dan tidak terlalu mempermasalahkan hal itu. Aku tidak masalah jika Taehyun berbuat apapun, itu hak dia. Aku tidak bisa melarangnya kecuali itu memang sudah kelewat batas.

Tapi, aku tak terima kalau Aera mengatakan Taehyun sudah tidak mempedulikanku. Hal itu sukses menyentil emosiku, sungguh. "Dia masih peduli," gumamku—bukan hanya kepada Aera tapi juga untuk diriku sendiri.

Aera mendenggus sinis. "Dari sudut mana dia peduli padamu?"

Mulutku terkantup rapat, tertampar seketika karena mau tak mau membenarkan ucapan Aera. Aku tahu Aera tidak bermaksud menyakitiku dengan kata-katanya yang terkesan keras. Tapi di balik itu dia mencoba membantuku.

"Ayo, kita labrak pacarmu itu!"

"Tidak-tidak," tolakku, saat Aera sudah ingin menarikku keluar kelas. Aku menggeleng cepat.

"Setidaknya lakukan sesuatu supaya Taehyun sadar. Jangan diam terus."

"Biarkan saja," ujarku mencoba tak peduli.

Helaan napas kasar seketika keluar dari mulut Aera. Tatapannya jadi prihatin ke arahku, tapi juga sedikit tak habis pikir. Mungkin dia berpikir kenapa aku tetap diam dan tidak bergerak saat mengetahui pacarku menggandeng perempuan lain—padahal Aera sendiri sudah terlihat muak dan jengkel sampai ke ubun-ubun.

Aku tahu dia mencoba membelaku, tapi aku tak kuasa. Aku tidak mau dikatai posesif karena melarang Taehyun dekat dengan orang lain. Itu haknya. Lagipula Taehyun juga tidak pernah melarangku. Jadi, kami sama-sama memberi ruang untuk bisa bebas.

Aera memegang pundakku, menatapku dengan pandangannya yang tajam itu. "Pikirkan lagi ... Kurasa Taehyun pantas kau tinggalkan."

Hatiku mencelos bersamaan dengan Aera yang berjalan keluar dan membiarkanku sendirian lagi. Entah dari mana mataku mendadak perih. Aku juga sedih mendengar berita itu dari Aera. Memang lebih baik aku mengurung diri tanpa perlu melihat hal tersebut secara langsung. Mendengarnya saja sudah membuat hatiku nyeri apalagi melihatnya dengan mata kepalaku sendiri.

Tapi apapun yang terjadi, sekuat hati aku akan terus berpikir positif.

Taehyun masih peduli padaku.

Itu pasti.

.

.

.

Aku merasa aneh sendiri dengan hidupku. Hampir setiap hari aku berjalan sendiri dan hampir setiap hari juga banyak yang membicarakanku. Padahal tidak ada yang salah dengan penampilanku, jadi aku mencoba tidak mempedulikan mereka semua.

Dalam seminggu terakhir aku menjelma menjadi murid rajin—meskipun sebelumnya sama. Aku selalu mengurung diri di kelas dan kalau ada waktu luang lebih senang kuhabiskan di perpustakaan. Aku berencana mencapai angka tertinggi saat ujian nanti karena Jimin Oppa akan mengajakku jalan-jalan. Maka dari itu aku lebih menyibukan diri untuk belajar saja.

Bahkan sore ini banyak buku yang kupinjam dari perpustakaan sekolah. Aku sedikit keberatan membawanya walau hanya ada lima tumpuk, tapi tebalnya mungkin melebihi pantat Jimin Oppa.

Aku terkekeh mengingat selalu mengatai kakakku itu. Lagipula patat Jimin Oppa memang besar. Hahahaha. Seharusnya aku tidak boleh seperti itu karena Jimin Oppa sudah berbaik hati akan mengajakku jalan-jalan.

Bel pulang sudah berbunyi sendari tadi dan banyak orang yang berlalu lalang sambil menggendong tas. Hanya aku saja yang menenteng lima buku tebal ini sendirian.

Bruk!

"Aish!" Aku mendesis karena menabrak seseorang dan dua bukuku merosot jatuh begitu saja. Aku mendongak melihat siapa yang menabrakku dan langsung berjengit mendapati wajah datar dari Taehyun. "Oh, maaf."

Aku menunduk mengambil dua buku yang tergeletak karena menabrak Taehyun tadi. Aku juga sedikit takut kalau Taehyun marah karena kutabrak. Ekspresinya datar dan dia masih berdiri di hadapanku tanpa ada pergerakan.

Setelah selesai, buru-buru aku pergi karena sudah tak ada apapun lagi. Taehyun juga masih diam, jadi tanpa meliriknya lagi aku kembali berjalan. Namun, setelah dua langkah napasku mendadak tercekat karena Taehyun mencekal lenganku. Badanku kaku dan jantungku berdetak cepat sekarang. Aku takut kalau Taehyun marah karena kutabrak tadi.

Mencoba memberanikan diri, aku pun menoleh dan menatapnya yang terdiam dengan tenang. Sial, kenapa dia makin tampan dari terakhir kami bertemu.

"Ayo bicara!" ajaknya. Suaranya mengalun begitu saja dan sukses menyadarkanku yang sendari tadi terpaku menatapnya.

Suaraku mendadak hilang saat ingin membalasnya. Lagipula aku masih terkejut karena dia bicara duluan dan keterkejutanku makin bertambah saat Taehyun mengambil semua buku yang kubawa.

Aku melotot dan langsung saja berkata, "Ah, tidak perlu. Biar aku yang membawanya."

Dia diam sambil menatapku datar. Aku meringis, merasa tidak enak karena merepotkannya. "I-itu terlalu berat, Taehyunie. Biar aku saja yang membawanya."

Dia memberiku satu buku saja untuk kubawa dan sisanya masih ada padanya. Tanpa bersuara lagi, Taehyun kemudian berjalan mendahuluiku begitu saja. Hatiku mendadak menghangat karena Taehyun membantuku, itu berarti dia masih peduli padaku.

Aku tersenyum sambil menghampirinya dan menyejajarkan langkah kami berdua. Sudah lama setelah sebulan kami tidak pernah berjalan bersama. Ini menghangatkan hatiku dan juga membahagiakan, meskipun sederhana.

"Kau ingin bicara apa?" tanyaku karena teringat dia ingin berbicara tadi.

"Kau saja yang bicara, aku tahu kau punya suatu pertanyaan."

Mungkin banyak pertanyaan. Tapi hanya satu yang aku tanyakan padanya. "Bagaimana kabarmu?"

Pertanyaan simpel. Seharusnya memang tidak kutanyakan karena sudah bisa melihat sendiri Taehyun ada di sampingku dengan keadaan baik-baik saja. Kulihat dia melirikku sebentar lalu menjawab singkat, "Baik."

Datar, tapi tidak dingin. Aku hanya mengangguk kecil setelahnya.

Kami berjalan dalam hening hingga sampai di kelasku. Beginilah aku jika bersama Taehyun, tak ada percakapan panjang sama sekali. Aku langsung mengambil alih buku di tangannya dan menaruhnya di meja.

"Gomawo," ucapku tanpa meminta jawaban sama sekali. Aku tahu dia tidak akan menjawab ucapan semacam ini.

Mendadak aku jadi ingat tentang perkataan Aera tadi pagi. Apakah benar Taehyun menggandeng perempuan lain? Aku ingin bertanya langsung pada Taehyun tapi aku takut dia akan marah.

Aku berdehem. "Taehyunie" panggilku dan kemudian menatapnya. "Apa aku melakukan kesalahan? Belakangan ini kita jarang bertemu dan kurasa ... Ah, lupakan saja."

Mendadak aku ragu mengungkapkan isi kepalaku. Selama ini aku sudah terbiasa memendam semuanya dan aku terlalu takut untuk bicara dengan Taehyun sekarang. Jadi lebih baik kuakhiri saja meskipun ucapanku menggantung. Tapi dia pasti akan menganggap ini tidak penting dan juga melupakannya.

Aku mulai memasukan bukuku ke ransel dan membiarkan Taehyun yang diam tanpa kata-kata seperti biasa. Aku tidak mau menatapnya, aku terlalu gugup. Apalagi sekarang kelas sudah sepi.

Jujur, aku tidak terlalu berharap Taehyun akan menungguku. Aku tidak masalah kalau dia pulang dulu. Tapi saat kulirik, dia masih betah berdiri di tempatnya.

"Aku ingin pulang bersama," ucapnya tiba-tiba—mungkin mengerti arti lirikanku barusan.

"Maaf sebelumnya. Tapi Jimin Oppa menyuruhku belanja setelah ini dan aku tidak mau kau menunggu. Pulanglah dulu."

Aku meringis karena nada bicaraku seakan mengusirnya. Lagipula ini peluang untukku bisa bersamanya, tapi kenapa aku malah menolak. Aku takut dia marah karena penolakanku. Kau memang bodoh, Jiyoo!

Dan benar saja, dia langsung menarikku untuk bertatapan dengannya. Ah, bukan bertatapan karena aku merasa ada sesuatu yang basah menyentuh bibirku. Aku terpaku di tempat saat menyadari ini ulah Taehyun. Jantungku langsung berdetak hebat dan mataku setengah melotot karena dia menciumku.

Taehyun masih tidak mau melepaskan bibirnya dari bibirku dan aku masih kaku. Meskipun hanya saling menempel tapi waktu seakan berhenti. Bahkan suara yang baru saja menggema terdengar bagai angin lalu bagi kami.

Kuakui ini pertama kali bagi kami untuk berciuman dan ini juga merupakan ciuman pertamaku.

.

.

.

Troli mini yang kudorong hampir penuh dan di luar sudah mulai gelap. Aku melirik Taehyun yang berada tak jauh dariku sambil meneliti beberapa snack makanan.

Kami jadi pulang bersama dan mampir ke mini market sesuai ucapanku. Banyak yang kubeli karena memang waktunya belanja bulanan. Seharusnya aku bersama Jimin Oppa, namun dia sedang sibuk pada tugas kuliahnya. Aku senang karena Taehyun mau mengantarku dan ikut belanja juga.

"Ada masalah?"

Aku tersentak karena suara Taehyun yang kini sudah berada di sampingku. Dia memasukkan dua snack besar ke dalam troli sambil menatapku.

"Tidak," ucapku sambil menggeleng gugup.

Kami pun berjalan ke rak berisi makanan instan. Sambil memilih beberapa ramen yang biasa kumakan, aku kembali melirik Taehyun yang diam di tempatnya.

"Taehyunie, tadi di kelas sepertinya ada yang memanggilmu," kataku. Aku sadar kalau tadi ada yang memanggil Taehyun saat kami berciuman.

"Dia Shin Haeri. Adik sepupuku, kelas sepuluh. Dia ingin mengajakku pulang bersama, tapi aku menolak tadi."

Alisku terangkat, karena Taehyun sadar siapa yang memanggilnya tadi. Aku baru tahu kalau ada sepupu Taehyun yang baru kelas sepuluh. Apa dia juga yang dikabarkan digandeng Taehyun saat di kantin tadi? Entahlah.

"Berarti kau mengajakku pulang bersama karena mau menghindari adikmu itu?" tanyaku.

"Tidak juga," balasnya. "Aku hanya sedang merindukanmu."

"Eh?" Aku terkejut, barangkali salah mendengar ucapan Taehyun. Tapi tidak mungkin, aku masih muda dan serangan tuli mendadak tidak mungkin merasukiku.

Tapi, apa benar Taehyun merindukanku? Kenapa terdengar sangat manis sampai aku merasa wajahku memanas dibuatnya.

"Ayo!" ajaknya dan berjalan mendahuluiku.

Sedangkan aku sendiri masih mengatur suhu tubuh yang panas tiba-tiba sambil mengambil dua ramen. Aku menghela napas dan mulai menghampiri Taehyun yang sudah mengantri di kasir.

Entah ini hari apa, kenapa Taehyun mendadak bersikap manis terhadapku. Pagi tadi hatiku sempat remuk mendengar berita Aera, tapi sekarang hatiku menghangat dan senang karena perlakuan Taehyun.

Ini membahagiakan, sungguh, dan aku harap Taehyun selalu seperti ini. Aku mencintainya.

2019/10/25

Hari ini Taehyun telihat makin tampan dan manis. Dia membantuku, menciumku, dan dia juga bilang merindukanku.[]

.

.

.

2019, dinanie_
December, 27

Продовжити читання

Вам також сподобається

71.9K 12.2K 14
" SEE " ( I Just Want To 'SEE' You & The World ) " Ini gue, Seungmin " " Seungmin ? " ☆☆☆ " Gue cuma mau liat muka lu sama dunia yang selama ini hita...
522K 84.7K 30
"hai cantik, kalau aku chat kamu ada yang marah gak?" 𝐄𝐍𝐇𝐘𝐏𝐄𝐍 𝐅𝐓. 𝐘𝐎𝐔 the "you" meaning for female. status : end. ── since 2O21. { ©SSWEE...
162K 27.8K 33
© tentang peran yang enggan bicara, maunya nyanyi mulu ㅡ haruto fanfiction
18.4K 2.7K 17
[ C O M P L E T E ✓ ] • Weeeklyhypen stories || Enerwon • Hati bisa menjadi lembut, itulah yang Han Jihan inginkan. Dia kesepian, rapuh, namun dia te...