Toxic || Jihyuck

Por Aprilthird3

237K 30K 4.2K

Remake story from Vkook- Toxic by TootooBoo . . Bahagia itu tidak sesederhana yang orang lihat. Mereka tampak... Más

1. We are
2. Pain is
3. Friend(shit)
4. Sorry to lie
5. LJN
6. Sick
7. Tap tap
8. Him
9. So?
10. Step
11. Why?
12. Away
13. Ex
14. Darling
15. Better stay to go
16. Hi Lovey
17. Before after
18. Split up
19. All about us
20. All about us part II
21. Hard
22. Best ex
23. All about us part III
24. Deserved
26. Crunchy
27. Dad, I missed him!
28. Plan
29. Just One Day
30. 💜
31. 💜💜

25. In the name of love

5.6K 795 55
Por Aprilthird3

"Donghyuck!"

Si tuan pemilik nama berbalik, mendapati teman sekelasnya berlari dengan tergesa-gesa. Donghyuck mengerutkan dahi begitu Hyunjin mengutarakan maksudnya memanggil.

"Mrs. Anne memintaku untuk bilang padamu, jika hari ini senggang dia ingin bertemu."

"Mrs. Anne?" Donghyuck mengulang. Hyunjin mengangguk pelan. "Ada apa? Aku tidak mengambil kelasnya,"

"Entahlah. Aku hanya menyampaikan dan uhh-" Hyunjin teringat sesuatu. Dia mengambil kertas dari dalam tasnya. Hasil ujian beberapa waktu yang lalu. "Ini milik Jisung. Aku bingung bagaimana menyerahkan padanya. Kudengar dia mengambil cuti kuliah. Jadi aku titip padamu saja ya?"

"Kami sudah tidak bersama lagi," potong Donghyuck cepat. Namun Hyunjin tetap memaksa.

"Ahh ayolah! Masa kalian putus? Tidak percaya aku. Pokoknya pegang ini dan serahkan padanya. Lalu kau temui Mrs. Anne. Okay Lee, see ya!"

Donghyuck cuma bisa menghela napas sambil menggumam. "Mengapa dunia tidak bisa membiarkan aku jauh darinya sebentar saja?"

•••

Donghyuck menemui Mrs. Anne yang kemudian dia ketahui sebagai PA dari Park Jisung. Tak banyak yang mereka bicarakan, Mrs. Anne hanya menanyakan kabar Jisung dan kebenaran jika pria itu mengajukan cuti kuliah.

Tentu saja Donghyuck terpaksa menjawab-- dengan sedikit mengada-ada. Dia bisa apa?

Satu kampus mencari Jisung, dia yang ditanya. Padahal Donghyuck sendiri sudah bilang:

Aku tak tahu.

Kami tidak bersama lagi.

Kami tak pernah bertemu.

Dan blablabla.

Tapi tetap saja orang masih bertanya. Membuat Donghyuck jadi bingung, sebenarnya teman Jisung ada Jeno, Renjun, Mark, Chenle dan Lucas. Kenapa harus dia yang ditanyai? Tidak tahukah seisi dunia ini jika dirinya sedang berjuang untuk move on?

Dan sekarang dia berdiri di depan pintu Dawon Cafe milik kakak Mark, tempat di mana Jisung bekerja. Sepulang dari kampus, dirinya memutuskan mampir untuk bertemu Jisung. Menyampaikan amanat orang-orang, meski dengan setengah hati.

Jujur saja, Donghyuck tidak siap bertemu mantan yang sialnya semakin tampan.

Dia masuk ke dalam, memilih duduk di tempat biasa. Meja nomor 27 dengan spot tersembunyi yang jarang diperhatikan orang. Donghyuck memperhatikan suasana yang sedikit ramai, pegawai kafe berkeliling tapi tidak ada Jisung.

"Maaf permisi," Donghyuck memanggil salah satu pegawainya. "Aku ingin tanya, apakah Jisung bekerja hari ini?"

"Ohh Park Jisung? Jam kerjanya sudah habis sepuluh menit lalu, mungkin sedang berada di ruang loker. Apa anda temannya?"

Donghyuck mengangguk. "Terima kasih, maaf sudah merepotkan."

Donghyuck memutuskan keluar, memutar ke arah pintu belakang kafe di mana pegawai biasa keluar masuk dan menunggu Jisung di sana. Pemuda manis itu melirik jam tangannya, pukul setengah enam petang. Cuaca mulai kurang bersahabat dengan langit menggelap.

Tidak lama, pintu besi itu terbuka. Pria tampan dengan coat dan masker hitam keluar dari sana. Rambutnya masih berwarna biru seperti terakhir kali bertemu.

Ketika keduanya saling bertatapan, atmosfer terasa berubah sejenak. Jisung begitu terkejut, mendapati Donghyuck berdiri di tempat ini seakan menunggunya dan tersenyum.

"Hai!"

•••

Mereka duduk berdua pada bangku kayu yang tersedia. Menunggu pesanan dengan sangat gelisah sebab keduanya sama-sama lapar. Hal yang kemudian membuat Jisung terenyuh, Donghyuck masih mau makan bersamanya.

Mereka makan sate gurita di pinggir jalan, sebuah tempat yang dulu bahkan tak pernah ditolak oleh Tuan muda Park ini. Tempat murahan, itu katanya dulu. Nyatanya, sekarang Jisung makan banyak sekali.

"Aku tidak tahu ini enak!" Jisung berseru senang.

"Tentu saja, aku suka makan ini. Memang enak kok!" Donghyuck memjawab.

"Harusnya dulu kita sering-sering kencan di sini," Jisung langsung menutup mulutnya begitu menyadari apa yang dia ucapkan. "Maaf,"

Donghyuck tersenyum tipis. Dia kembali melanjutkan makannya, mencoba tidak memandang ke arah Jisung yang terlihat kikuk. Suasana jadi canggung. Donghyuck memutuskan mengambil kertas yang dititipkan Hyunjin tadi.

"Ini hasil ujianmu. Mereka menitipkannya padaku. Juga pembimbing akademikmu, Mrs. Anne tadi bicara padaku. Bertanya kabarmu juga keputusanmu cuti. Apa itu benar?"

Jisung menyudahi makannya, dia meminum segelas bir sebelum bicara pada Donghyuck. "Iya. Kupikir aku butuh waktu dulu. Mungkin semester depan aku baru aktif kembali. Bekerja adalah fokusku. Ibu juga mencoba peruntungan di lahan perkebunan nenek. Kami sedang berusaha bangkit,

"Ayahmu?"

Raut wajah Jisung berubah, Donghyuck sedikit menyesal sudah bertanya. Jisung tampak murung. "Beliau dihukum satu tahun penjara. Itu sudah ringan, awalnya ayah terancam tiga tahun. Tapi ayah Mark yang juga pengacara membantu ayah. Jadi dia bisa sedikit bernapas lega,"

"Aku turut menyesal," Donghyuck mengelus kepala Jisung pelan, coba menenangkan. Dan menarik tangannya cepat saat sadar sudah kelepasan. "Maaf!" Donghyuck menunduk malu.

"Terima kasih, aku tidak tahu bagaimana cara membalas semua ini darimu. Caramu memperlakukanku benar-benar baik. Aku malu pada diriku sendiri," Jisung tertawa pelan. "Kau tahu, ibuku rindu padamu. Dia bilang ingin bertemu Donghyuck kecilnya. Ayahku juga bertanya, mengapa kau tak menjenguknya. Aku bilang saja kau sibuk. Kuliah semakin padat,"

"Aku akan bertemu paman dan bibi jika sudah memiliki waktu luang,"

"Jangan terburu-buru! Maaf sudah membebanimu, hyung."

"Hei, jangan kaku begitu! Kan sudah kubilang, kita masih bisa berteman baik!"














Hening.

Rasanya telinga Jisung sedikit sakit mendengar kata teman baik, bibir Donghyuck pun tidak nyaman mengucapkannya.

Hari semakin larut saat keduanya memutuskan pulang. Seoul mendadak terasa dingin, angin malam membawa titik hujan turun. Jisung langsung menarik tangan Donghyuck untuk berlari menerjang air langit tersebut menuju ke halte terdekat.

Sepi. Tak ada orang. Hanya mereka berdua.

Jisung melepas coatnya dan memakaian ke tubuh mungil pria yang dicintainya itu. Donghyuck hanya diam, bingung ingin merespon bagaimana.

"Lain kali paket jaket, jadi saat cuaca berubah seperti ini kau tetap merasa hangat." Suara rendah itu mendikte Donghyuck. Membuat hatinya yang beku perlahan mencair. Donghyuck mendongak, membiarkan kedua matanya bertemu dengan manik sendu milik Jisung.

"I miss you, hyung! Pria bodoh ini sangat merindukanmu hingga ingin mati rasanya. Pria bodoh ini ingin sekali menghabiskan waktu bersamamu lagi seperti dulu. Tapi pria bodoh ini tahu diri, hyung tidak akan mungkin mau kembali."

Jisung memundurkan tubuh, memberi jarak kemudian membuang pandangannya ke arah lain. Donghyuck pun sama.

Keduanya diselimuti pikiran yang beracak. Donghyuck lebih kompleks. Terutama jika harus bicara hati, dia sungguh masih sangat mencintai Jisung. Pria itu tidak tergantikan sedikit pun. Sebanyak apa pun hatinya terluka, Jisung tetap yang tercinta dan akan selalu sama.

Sebuah bis berhenti, Donghyuck memutuskan naik disusul Jisung. Kursi paling belakang jadi pilihan. Hanya ada beberapa orang penumpang. Hujan turun semakin deras dengan kilat mulai tampak menyahut di langit.

Donghyuck duduk di dekat jendela. Jantungnya berdegub kencang sejak awal. Ini terasa sangat menyesakkan, antara senang tapi juga bingung. Ini pertama kalinya mereka naik bis bersama dengan suasana begini pula. Dengan status mereka yang bukan siapa-siapa.

"Kau masih memakainya?"

Jisung tiba-tiba bertanya, memecah pikirannya. Pikiran pria itu menujuk pada cincin pasangan mereka yang dikenakan di jari manis Donghyuck.

"Ya, tak pernah kulepaskan." jawab Donghyuck singkat.

"Kupikir kau sudah membuangnya,"

"Tidak, itu kekanakan. Aku menghargai semua pemberianmu. Kau adalah orang yang spesial untukku. Meski tidak bersama, tak ada alasan untukku menyingkirkan benda ini." Donghyuck kemudian membuka salah satu gelangnya dan memaikan ke tangan Jisung.

"Ini pemberian ayah, beliau membelinya di dekat pelabuhan. Katanya ini membawa keberuntungan. Ini untukmu, kuharap kau selalu beruntung dan bisa menjalani semuanya dengan baik." Donghyuck bicara dengan tersenyum tulus.

Jisung tahu ini tidak benar, tapi dia tak bisa menahan diri. Tubuhnya condong ke samping, menyambar tepat di bibir cherry milik manisnya itu hingga kedua mata bulatnya melotot. Hanya ciuman ringan, karena refleks diputus cepat oleh pria itu.

"Lee Donghyuck, borahaeyo."

to be continued
.
.

Seguir leyendo

También te gustarán

220K 33.3K 60
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
596K 1.2K 1
[TAHAP REVISI] Rasanya kita sudah nggak heran lagi, kalau mempunyai teman yang langganan masuk ruang BP, atau dipanggil oleh guru konseling karena me...
873K 42.3K 40
Alzan Anendra. Pemuda SMA imut nan nakal yang harus menikah dengan seorang CEO karena paksaan orang tuanya. Alzan kira yang akan menikah adalah kakek...
230K 22.6K 24
"Aku mohon jangan temui aku lagi" "Aku tak akan Melepasmu sampai kapanpun" Judul dan Description tak sesuai dengan cerita Wkwkwk... jadi baca aja ce...