FIRST THEME

By inen_91

78.9K 9.7K 1K

Segala sesuatu untuk yang pertama kalinya bagi Xie Lian dan Hua Cheng. Disclaimer : semua karakter ciptaan M... More

First Meet
First Gift
First Hug
First Vinegar
First Confession
First Date
First Kiss
First Making Love
First at Your Home
First Drunken
First Fight
First Celebrating Birth Day
First Tears
First Fear
Panic Attack
Bad Feeling
Longing for You
Fated or?
After all
Pemborosan
Sempurna
Stroberi
Taruhan
Perintah

First in (Long) Distance

2.3K 340 54
By inen_91

San Lang sedang dalam keadaan mood yang sangat-sangat tidak baik. Apalagi sebabnya kalau bukan ia yang harus terpaksa berpisah dengan kekasihnya selama setengah bulan. Statusnya sebagai satu-satunya ahli waris membuatnya mau tidak mau harus terbang ke luar negri untuk mengurusi masalah bisnis yang akan menjadi miliknya kelak.

Selama ini waktu berpisah terlama dari kekasihnya hanyalah lima hari. Itu pun terjadi ketika mereka sedang bertengkar. Dia tak bisa membayangkan bagaimana sulitnya lima belas hari yang akan dijalaninya. Belum lagi sesi bercinta mereka yang akan tertunda. Ingin rasanya dia mengajak sang kekasih untuk ikut serta. Namun sebagai mahasiswa akhir, gegenya begitu disibukkan dengan urusan skripsi. Jadi sebagai seorang kekasih yang pengertian, dia tidak akan memaksa.

"Hanya dua mingguan. Tidak terlalu lama. Jadilah anak baik dan selesaikan tugasmu di sana."

Itu kalimat terakhir Xie Lian sebelum mereka dipisahkan oleh jarak dan waktu.

Meskipun kemajuan teknologi sudah begitu pesat di mana mereka bisa sesuka hati terhubung setiap saat via video call, tentu saja bertemu langsung dengan orangnya adalah hal yang terbaik. Setidaknya dia tidak hanya bisa memandang wajah sang kekasih yang makin bertambah cantik setiap harinya. Baru lima hari dan dia sudah merasa kepayahan. Dia begitu terbiasa memeluk, mencium,  mencumbu, dan bergerilya di seluruh jengkal tubuh Xie Lian. Tapi apa daya sekarang. Dia hanya bisa memandang tanpa bisa menyentuh. Benar-benar sebuah ujian.

Nada dering pertanda pesan masuk berbunyi. San Lang meraih ponsel.

Boleh teman-temanku berkunjung ke rumah?

Alis San Lang sedikit terangkat begitu membaca isi pesan sang kekasih.

Tentu. Lakukan apa pun yang Gege mau.
.
.
.
Ini kali pertama Xie Lian memperbolehkan teman-temannya berkunjung ke rumah. Tak terhitung sudah berapa kali mereka meminta untuk mampir ke rumah, tapi selalu ditolak dengan sopan olehnya. Pasalnya dia khawatir kalau San Lang akan merasa tidak nyaman dengan kehadiran banyak orang yang tidak dikenalnya. Tapi karena saat ini kekasihnya sedang tidak ada di sini, ia bersikap lunak dan membiarkan mereka berkunjung setelah sebelumnya meminta persetujuan dari kekasihnya.

Tiga buah mobil menghentikan laju di halaman depan sebuah rumah megah berwarna merah. Begitu pintu-pintu mobil itu dibuka, terlihatlah enam orang keluar.

"Wow."

"Benar-benar seperti yang diharapkan."

"Kamu punya selera yang bagus dalam memilih kekasih."

Xie Lian berusaha mengabaikan komentar-komentar dari ketiga temannya. Dia memimpin jalan untuk masuk ke dalam.

Lima orang tamu duduk santai di sofa. Sementara sang tuan rumah sedang mengambilkan minum untuk mereka. Rahang semua orang kecuali Xie Lian hampir jatuh ketika memasuki rumah dan langsung disuguhi sebuah lukisan raksasa bergambar Xie Lian dan sang kekasih yang terpajang di dinding. Lukisan yang dibuat sendiri oleh kekasih dari sahabat mereka.

"Aku akan membantu Xie Lian." Satu-satunya wanita dalam kelompok itu-Ling Wen- berdiri dan menyusul ke arah Xie Lian pergi.

Pemuda-pemuda yang tertinggal membuka obrolan mereka.

"Dari pertama kali bertemu, aku sudah curiga ada yang tidak beres dengan Hua Cheng. Dia seperti punya niat tertentu pada Xie Lian." Shi Qing Xuan pertama kali memulai pembicaraan dan bercerita tentang pertemuan pertama kali dirinya dengan Hua Cheng di apartemen Xie Lian yang berlanjut berbelanja ke suatu mall dan makan hot pot bersama.

"Aku yakin saat itu dia cemburu." Seorang pemuda tampan yang sedang mengutak atik ponsel di tangan mengomentari. Ia adalah Feng Xin.

"Tidak ku sangka hubungan mereka akan langgeng sampai sekarang. Aku kira dia hanyalah seorang playboy." Pemuda lain di sebelah Feng Xin ikut memberi suara. Mu Qing bahkan merasa awalnya Xie Lian tidak lebih dari objek main-main Hua Cheng.

"Tidak perlu melirikku saat mengatakan kata terakhir bukan?" Pemuda terakhir, Pei Ming merasa agak tertuduh dengan sebutan playboy yang dikatakan oleh Mu Qing.

"Baguslah kalau kau merasa." Mu Qing berkata tak acuh. Dia memutar mata sebelum mencibir lagi, "Sudah jelas siapa di sini yang sering bergonta ganti wanita. Menebar pesona kesana kemari."

"Apa kamu tidak repot berurusan dengan banyak wanita?" Feng Xin meletakkan ponsel dan memasang wajah ngeri. Betapa menakutkannya wanita kalau sedang marah. Dia pernah melihat sendiri ketika Pei Ming berurusan dengan seorang wanita bar-bar bernama Xuan Ji.

"Wanita terlalu indah untuk diabaikan." Pei Ming tersenyum yang harus diakui sangat menawan sambil menyisir rambut dengan jari. Dia menatap ke arah Feng Xin. "Kau harusnya bisa menghilangkan rasa alergimu itu terhadap wanita."

"Di otaknya tidak ada hal lain selain wanita. Benar-benar sudah tidak dapat ditolong." Shi Qing Xuan menggelengkan kepala sambil mengipasi dirinya sendiri ketika mengingat hampir setiap hari ada saja gadis yang mencari Pei Ming bahkan saling bertengkar karenanya.

Pei Ming mengibaskan tangan, "Sudahlah kenapa jadi membahas tentangku. Apa kabar dengan kakakmu? Apa dia baik setelah berurusan dengan He Xuan itu?"

"Tidak perlu dibahas lagi." Shi Qing Xuan menanggapi dengan malas. Dia bahkan semakin mempercepat tempo kipasannya.

Pei Ming masih belum bisa meletakkan hal itu begitu saja. Dia kembali berkata, "Aku dengar Hua Cheng juga terlibat."

Shi Qing Xuan menjadi semakin jengkel. "Bisakah kamu tutup mulut saja? Masalah gege sudah diselesaikan."

"Tidak perlu marah begitu." Pei Ming memberi gestur mengangkat tangan-menyerah. "Aku kan hanya menunjukan kepedulian pada Shi WuDu."

Dua pemuda lainnya saling bertatapan, lalu bersama-sama menggeleng. Mereka tidak tahu menahu hal apa yang dibicarakan oleh Shi Qing Xuan dan Pei Ming.

Lima menit kemudian Xie Lian dan Ling Wen kembali dengan masing-masing membawa satu nampan. Xie Lian meletakkan nampan dan memindahkan  enam gelas berisi jus jeruk segar dari atas nampan ke meja, lalu menaruh nampan yang sudah kosong di bawah meja. Ling Wen melakukan hal yang sama pada nampan berisi buah dan camilan yang dibawanya. Mereka lalu duduk. Xie Lian duduk di sebelah Shi Qing Xuan. Ling Wen memilih berbagi sofa dengan Pei Ming. Sementara Mu Qing dari awal sudah satu sofa bersama Feng Xin.

"Silahkan diminum."

Mereka mengambil masing-masing satu gelas dan meneguk isinya. Lalu mulai menyantap makanan yang sudah disediakan.

Ling Wen bertanya pada Xie Lian, "Rumah ini sangat besar. Apa hanya ada kalian di sini?"

Xie Lian tidak menjawab namun menganggukan kepala sebagai jawaban karena dia sedang meminum jusnya.

"Apa kalian tidur satu kamar?" Giliran Feng Xin bertanya.

Xie Lian hampir saja menyemburkan jus yang dia minum.

"Pertanyaan macam apa itu? Bukankah sudah jelas?" Pei Ming berdecak. Lagipula mana ada pasangan yang sudah tinggal satu atap tapi tidak berbagi ranjang kan?

Xie Lian hanya bisa tersipu.

"Siapa tahu kan?" Feng Xin mengedikkan bahu lalu mengambil setangkai buah anggur. Namun ternyata Mu Qing juga sedang mengambil tangkai yang sama dengannya.

"Aku duluan." Mu Qing memandang penuh permusuhan pada pemuda di sebelahnya.

"Lepaskan tanganmu. Jelas-jelas aku yang duluan." Feng Xin tidak mau mengalah.

"Masih ada begitu banyak. Mengapa kamu tidak ambil yang lain saja dan biarkan ini menjadi milikku?" Mu Qing mulai menarik tangkai anggur.

"Mengapa bukan kamu saja?" Feng Xin juga ikut menarik.

"Mereka mulai lagi." Ling Wen berkomentar. Sudah tidak terkejut melihat kelakuan dua sahabatnya yang memang tidak bisa akur itu.

"Biarkan saja kemesraan mereka." Pei Ming menimpali.

Xie Lian meringis melihat kedua temannya hampir akan baku hantam hanya karena setangkai buah anggur. Dia hendak melerai mereka ketika bel rumah berbunyi. Ia segera undur diri untuk melihat siapakah orang yang datang.

Beberapa menit kemudian Xie Lian kembali dengan tangan kosong.

"Siapa?" Shi Qing Xuan bertanya sambil menarik tubuh Xie Lian untuk kembali duduk di sampingnya.

"Kurir pengantar paket." jawab Xie Lian.

"Lalu di mana barangnya?" Shi Qing Xuan kembali bertanya.

Xie Lian merespon, "Masih di luar. Biarkan saja."

"Mengapa tidak dibawa? Apakah berat?" Feng Xin yang sudah berhenti berebut anggur ikut bertanya.

"Biar kami membantumu." Mu Qing menambahkan.

"Tidak perlu. Nanti akan ada jasa laundry yang mengurusinya."

"Memangnya apa yang kamu beli?" Ling Wen sekilas tadi melihat ada banyak kotak-kotak berukuran besar.

"Selimut dan sprei." Xie Lian mulai merasa tidak nyaman dengan arah pembicaraan ini.

"Mengapa banyak sekali? Apa kamu mau menyumbangkannya?" Ling Wen kembali bertanya.

Xie Lian terdiam dan tidak menemukan jawaban yang tepat. Haruskah dia mengatakan kalau selimut dan sprei itu nantinya akan dibuang ke tempat sampah setelah dia dan sang kekasih bercinta? San Lang selalu menjadi orang yang membuang selimut dan sprei
-yang telah kotor terkena cairan mereka- keesokan paginya setelah semalam bercinta. Dia tidak mau repot-repot mencuci semua itu agar bisa dipakai kembali.

"Hohoho. Sepertinya aku tahu." Pei Ming memberi tatapan menggoda pada Xie Lian.

"Bukan apa-apa. Lupakan saja." Xie Lian langsung kabur ke kamar dengan alasan harus menelpon San Lang dulu.

Sepeninggal Xie Lian, Shi Qing Xuan masih penasaran. "Untuk apa dia membeli selimut dan sprei sebanyak itu?"

Feng Xin dan Mu Qing sama-sama mengedikan bahu. Sementara Pei Ming tersenyum penuh arti. "Kalian masih polos. Tidak akan mengerti."

"Aku jadi sedikit iri pada Xie Lian. Sepertinya Hua Cheng memperlakukannya dengan begitu baik. Mereka bahkan sudah bertunangan." Ling Wen mengingat kekasih bodohnya. Hah andai saja dia juga bisa mendapatkan satu yang sempurna seperti Hua Cheng.

Pei Ming menggoda wanita di sampingnya, "Kau bisa tinggalkan kekasih idiotmu itu dan datang ke pelukanku."

Ling Wen memukulnya dengan bantal. "Siapa yang sudi!"

"Sebagai teman bukankah kita harus terus mendukung mereka?" Shi Qing Xuan menatap semua orang sebelum melanjutkan, "Lagipula siapa yang dapat dibandingkan dengan seorang pemuda tampan jenius kaya raya dan juga maskulin seperti Hua Cheng kan?

"Aku awalnya sedikit bingung ketika Xie Lian bercerita dia punya teman baru bernama San Lang. Tidak kusangka saat bertemu di apartemennya, ternyata Hua Cheng lah yang ada di sana."

Mu Qing mengajukan pertanyaan, "Apakah San pada San Lang berarti ketiga? Aku pikir dia tidak memiliki saudara."

"Aku pernah mendengar rumor bahwa di negri kita ini ada tiga sahabat baik yang sangat kaya raya. Mereka menjadi tiga teratas orang paling berpengaruh di seluruh antero negri. Karena mereka bersahabat baik, jadi keturunan mereka juga secara tidak langsung menjadi saudara sesuai dengan tingkatan umur." Ling Wen berbicara panjang.

Dia meminum jusnya sebelum melanjutkan, "Saudara pertama ialah Luo Binghe, kedua Lan WangJi dan ketiga Hua Cheng. Mungkin itu alasan kenapa dia memilih menggunakan nama San Lang ketika berkenalan dengan Xie Lian."

"Cukup masuk akal." Feng Xin mengangguk setuju. Pertama tiba di sini dia sudah begitu curiga mengapa ada tiga rumah sejenis berdempetan.

"Aku masih belum percaya sepenuhnya pada Hua Cheng. Sepertinya dia menyimpan banyak rahasia." Mu Qing memang tidak pernah lepas dari rasa skeptis.

Shi Qing Xuan berkata, "Tidak baik berprasangka buruk pada orang lain."

"San Lang orang yang sangat baik." Xie Lian tiba-tiba muncul dan membuat pembicaraan itu harus diakhiri.

Setelah meja dibereskan, mereka mulai bermain. Aturannya sangat sederhana, mereka akan diberi pertanyaan dan kalau tidak bisa menjawab wajahnya akan dicoret.

Pemegang botol pertama adalah Pei Ming. Dia tersenyum sebelum memutar botol itu yang berhenti saat menunjuk pada Ling Wen. "Siapa di sini yang paling tampan?"

Ling Wen memutar mata jengah lalu menjawab sarkastik, "Siapa lagi kalau bukan kamu."

Pei Ming tertawa puas.

Ling Wen memutar botol dan berhenti pada Shi Qing Xuan. "Apa kamu suka diam-diam cosplay menjadi seorang gadis?"

Shi Qing Xuan tertawa keras "Bagaimana kamu bisa tahu?"

Dia lalu memutar botol dan berhenti pada Pei Ming. "Apakah kamu berhubungan badan dengan semua kekasih-kekasihmu?"

Semua orang terdiam menunggu jawaban yang akan diberikan oleh Pei Ming. Bukankah mengerikan jika ternyata benar dia sudah mencicipi semua kekasihnya yang berjumlah puluhan? Namun Pei Ming tidak mau menjawab dan lebih memilih wajahnya dicorat-coret oleh Shi Qing Xuan. Dia lalu memutar botol dan berhenti pada Mu Qing. "Apakah kamu sebenarnya menyukai Feng Xin?"

Dua suara menjawab berbarengan, "TIDAK!"

"Hei aku bertanya padanya, bukan padamu."

Namun Feng Xin pura-pura tidak mendengar.

Mu Qing memutar botol dan berhenti pada Fang Xin. "Apakah Lan Chang itu pacarmu?"

"Sepertinya ada yang cemburu." Pei Ming menyeringai.

Feng Xin menolak menjawab dan membuat wajahnya dicorat-coret penuh kebrutalan.

Dia menghela napas meratapi nasib wajahnya sebelum memutar botol yang berhenti menunjuk ke arah Pei Ming. "Apakah kamu menyukai Yu Shi Huang?"

Pemuda tampan itu terdiam sesaat dan akhirnya memilih untuk tidak menjawab. Feng Xin merasa inilah kesempatan balas dendam untuk wajahnya. Dia begitu semangat mencoret di wajah Pei Ming.

"Hei bukan aku kan yang mencoret wajahmu?" Protes Pei Ming ketika Feng Xin dengan puas memandang hasil karyanya.

Pei Ming masih bersungut ketika memutar botol yang akhirnya menunjuk pada satu-satunya orang yang dari tadi tidak bersuara dan hanya menjadi penonton.

Pei Ming menyeringai, "Apakah Hua Cheng pria yang perkasa di atas ranjang?"

Xie Lian tiba-tiba tersedak padahal dia sedang tidak makan apapun. Wajahnya memerah. Mu Qing menyodorkan sebotol minum yang diambil dari tasnya. Feng Xin menepuk-nepuk punggungnya. Sementara Ling Wen tak bisa menahan diri untuk menjewer dengan keras telinga Pei Ming.

"Hei apakah kamu mau membuat telingaku putus?"

Xie Lian keluar dari kamar mandi mengenakan bath robe. Teman-temannya sudah pulang sekitar setengah jam yang lalu. Dia menguap sekali lalu naik ke ranjang dan langsung tidur.
.
.
.
San Lang itu orangnya penuh dengan antisipasi. Dia tidak mungkin meninggalkan gegenya sendirian tanpa pengawasan. Di luar sepengetahuan sang kekasih, ia sudah memasang cctv dan penyadap suara di seluruh penjuru rumahnya sehari sebelum keberangkatannya. Dan hari ini San Lang merasa sangat kesal melihat dan mendengar bagaimana teman-teman sang kekasih membicarakan hubungannya dengan Xie Lian. Dia kesal melihat Shi Qing Xuan yang duduk menempel di sebelah gegenya. Kesal pada Mu Qing yang memberi minum kekasihnya dan Feng Xin yang menepuk-nepuk punggung Xie Lian. Ah dia merasa kesal setengah mati. Dia tidak suka gege tercintanya dipegang-pegang orang lain.

San Lang tersenyum lembut menatap layar yang menampilkan Xie Lian tengah tertidur dengan masih memakai jubah mandi. Jakun San Lang mulai naik turun ketika melihat Xie Lian bergerak dalam tidurnya dan membuat jubah mandinya tersingkap. Mempertontonkan paha putih mulus dan ramping milik sang kekasih yang sudah lama tidak ia jamah. Apalagi ketika Xie Lian memiringkan tubuh dan membuat kedua bongkahan indah pantatnya yang semakin berisi memenuhi layar di depan San Lang. Membuatnya semakin susah menelan ludah. Dia merasa sesuatu di bawah sana mulai berdiri. "Shit." Ia segera berlari ke kamar mandi.

Dimohon untuk memberikan feedback ya...

Continue Reading

You'll Also Like

99.3K 8.2K 18
bagaimana caramu menemukan seseorang yang merupakan 'mate' mu di antara milyaran orang di bumi ini? warning! BxB Omegaverse Age gap Eren (30) Levi (2...
1.4M 114K 36
"Aku benar-benar akan membunuhmu jika kau berani mengajukan perceraian lagi. Kita akan mati bersama dan akan kekal di neraka bersama," bisik Lucifer...
4.5M 134K 88
WARNING ⚠ (21+) 🔞 𝑩𝒆𝒓𝒄𝒆𝒓𝒊𝒕𝒂 𝒕𝒆𝒏𝒕𝒂𝒏𝒈 𝒔𝒆𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒘𝒂𝒏𝒊𝒕𝒂 𝒚𝒈 𝒃𝒆𝒓𝒑𝒊𝒏𝒅𝒂𝒉 𝒌𝒆 𝒕𝒖𝒃𝒖𝒉 𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒍𝒂𝒊𝒏 𝒅𝒂𝒏 �...
87.3K 9.2K 27
Cerita dimulai dari Izuku yang asal tarik orang sembarangan di tempat umum untuk berlindung dari sang mantan yang sedang mengejarnya tak kenal tempa...