First in (Long) Distance

2.2K 330 54
                                    

San Lang sedang dalam keadaan mood yang sangat-sangat tidak baik. Apalagi sebabnya kalau bukan ia yang harus terpaksa berpisah dengan kekasihnya selama setengah bulan. Statusnya sebagai satu-satunya ahli waris membuatnya mau tidak mau harus terbang ke luar negri untuk mengurusi masalah bisnis yang akan menjadi miliknya kelak.

Selama ini waktu berpisah terlama dari kekasihnya hanyalah lima hari. Itu pun terjadi ketika mereka sedang bertengkar. Dia tak bisa membayangkan bagaimana sulitnya lima belas hari yang akan dijalaninya. Belum lagi sesi bercinta mereka yang akan tertunda. Ingin rasanya dia mengajak sang kekasih untuk ikut serta. Namun sebagai mahasiswa akhir, gegenya begitu disibukkan dengan urusan skripsi. Jadi sebagai seorang kekasih yang pengertian, dia tidak akan memaksa.

"Hanya dua mingguan. Tidak terlalu lama. Jadilah anak baik dan selesaikan tugasmu di sana."

Itu kalimat terakhir Xie Lian sebelum mereka dipisahkan oleh jarak dan waktu.

Meskipun kemajuan teknologi sudah begitu pesat di mana mereka bisa sesuka hati terhubung setiap saat via video call, tentu saja bertemu langsung dengan orangnya adalah hal yang terbaik. Setidaknya dia tidak hanya bisa memandang wajah sang kekasih yang makin bertambah cantik setiap harinya. Baru lima hari dan dia sudah merasa kepayahan. Dia begitu terbiasa memeluk, mencium,  mencumbu, dan bergerilya di seluruh jengkal tubuh Xie Lian. Tapi apa daya sekarang. Dia hanya bisa memandang tanpa bisa menyentuh. Benar-benar sebuah ujian.

Nada dering pertanda pesan masuk berbunyi. San Lang meraih ponsel.

Boleh teman-temanku berkunjung ke rumah?

Alis San Lang sedikit terangkat begitu membaca isi pesan sang kekasih.

Tentu. Lakukan apa pun yang Gege mau.
.
.
.
Ini kali pertama Xie Lian memperbolehkan teman-temannya berkunjung ke rumah. Tak terhitung sudah berapa kali mereka meminta untuk mampir ke rumah, tapi selalu ditolak dengan sopan olehnya. Pasalnya dia khawatir kalau San Lang akan merasa tidak nyaman dengan kehadiran banyak orang yang tidak dikenalnya. Tapi karena saat ini kekasihnya sedang tidak ada di sini, ia bersikap lunak dan membiarkan mereka berkunjung setelah sebelumnya meminta persetujuan dari kekasihnya.

Tiga buah mobil menghentikan laju di halaman depan sebuah rumah megah berwarna merah. Begitu pintu-pintu mobil itu dibuka, terlihatlah enam orang keluar.

"Wow."

"Benar-benar seperti yang diharapkan."

"Kamu punya selera yang bagus dalam memilih kekasih."

Xie Lian berusaha mengabaikan komentar-komentar dari ketiga temannya. Dia memimpin jalan untuk masuk ke dalam.

Lima orang tamu duduk santai di sofa. Sementara sang tuan rumah sedang mengambilkan minum untuk mereka. Rahang semua orang kecuali Xie Lian hampir jatuh ketika memasuki rumah dan langsung disuguhi sebuah lukisan raksasa bergambar Xie Lian dan sang kekasih yang terpajang di dinding. Lukisan yang dibuat sendiri oleh kekasih dari sahabat mereka.

"Aku akan membantu Xie Lian." Satu-satunya wanita dalam kelompok itu-Ling Wen- berdiri dan menyusul ke arah Xie Lian pergi.

Pemuda-pemuda yang tertinggal membuka obrolan mereka.

"Dari pertama kali bertemu, aku sudah curiga ada yang tidak beres dengan Hua Cheng. Dia seperti punya niat tertentu pada Xie Lian." Shi Qing Xuan pertama kali memulai pembicaraan dan bercerita tentang pertemuan pertama kali dirinya dengan Hua Cheng di apartemen Xie Lian yang berlanjut berbelanja ke suatu mall dan makan hot pot bersama.

"Aku yakin saat itu dia cemburu." Seorang pemuda tampan yang sedang mengutak atik ponsel di tangan mengomentari. Ia adalah Feng Xin.

"Tidak ku sangka hubungan mereka akan langgeng sampai sekarang. Aku kira dia hanyalah seorang playboy." Pemuda lain di sebelah Feng Xin ikut memberi suara. Mu Qing bahkan merasa awalnya Xie Lian tidak lebih dari objek main-main Hua Cheng.

FIRST THEMEWhere stories live. Discover now