Taruhan

1.9K 239 14
                                    

Taruhan.

Mendengar kata itu Xie Lian ragu sejenak karena biasanya dirinya lah yang akan menderita pada akhirnya. Entah kenapa ia seringkali tidak beruntung.

Namun Hua Cheng terus memprovokasi. "Bahkan jika Gege kalah, aku bisa saja mengaku jadi pihak yang dikalahkan. Karena Gege telah memenangkan hatiku."

Xie Lian tidak ragu untuk menabok lengan suaminya. Ish... Sudah bertahun-tahun hidup bersama masih saja suka menggombal.

"Apa Gege takut? Yakinlah aku tidak akan menyakitimu."

Lagipula mereka suami istri, tidak akan ada hal buruk yang bisa terjadi. Menimbang hal itu, Xie Lian berbisik di telinga Hua Cheng yang membuat sang kepala keluarga mengernyit.

"Bagaimana?"

"Apa Gege yakin?"

Xie Lian mengangguk.

Giliran Hua Cheng yang berbisik di telinga Xie Lian. Sedetik kemudian wajah cantiknya merona. "Kamu!"

"Tidakkah itu lebih mudah daripada kondisi Gege?"

Hua Cheng menyeringai.

Seharusnya dari awal Xie Lian sadar apa yang ada di otak pasangannya.

Tentu saja pada malam harinya Xie Lian harus membayar harga yang telah ditetapkan. Karena seperti yang sudah diprediksi, keberuntungan belum berpihak padanya.

Dengan terisak ia menopang tubuhnya di atas tubuh telanjang Hua Cheng. Tentu saja bagian tubuh mereka terhubung.

"Ah San Lang bisakah kita berhenti?" Xie Lian begitu malu.

Biasanya dia yang dikendalikan oleh Hua Cheng. Namun kali ini dirinyalah yang memimpin ritme. Ini sudah lebih dari tiga puluh menit dia menaik turunkan tubuhnya sendiri. Tubuhnya sedikit kebas. Keringat bercucuran. Wajahnya merah padam.

"Tapi aku belum keluar. Ayo Gege lebih keras lagi."

Ingin rasanya Xie Lian menampar bibir yang baru saja berkata.

"Tapi aku sudah tidak ah..."

Xie Lian keluar lagi akibat bantuan tangan pria yang berada di bawahnya. Dia benar-benar ingin menampar wajah tampan Hua Cheng yang menyeringai. Meskipun dia sudah berusaha keras, namun tetap saja dia belum bisa menemukan titik kenikmatan itu. Berbeda bila Hua Cheng yang ada di atasnya. Entah bagaimana dia bisa dengan akurat menumbuk sweet spotnya dan membuat dirinya merasakan sengatan listrik menyenangkan di seluruh tubuh.

"Sekarang Gege tahu kan kerja kerasku di malam hari?"

Tapi selama ini Hua Cheng tidak terlihat bekerja keras. Itu lebih seperti dia bersenang senang dengan tubuh Xie Lian.

"San Lang aku sudah tidak kuat lagi." Seketika gerakan Xie Lian berhenti.

"Ok. Aku sudah melihat ketulusan hati Gege. Sisanya serahkan pada San Lang ini."

Dan dia masih seperti kuda liar dalam mengejar kenikmatannya.
Dari malam ini Xie Lian mendapat pelajaran bahwa tidak mudah menjadi gong.

FIRST THEMEDove le storie prendono vita. Scoprilo ora