Sekuel dari:
Oneshot eunrose : prince, hehe pengen lebih lama akutuh eunrose ketemuannya 💖
Tapi, ah sudahlah...
Btw, di foto bawah ini Rosé cantik banget gak siy? Double cantiknya!
♒♒♒
Malam itu, Chaeyoung memandang langit malam yang menampakkan bulan purnama sempurna.
Ia sudah mendengarnya.
Berita kepulangan Eunwoo.
Chaeyoung sangat tidak sabar untuk menemui sahabatnya itu, memastikan kondisi sang pangeran baik-baik saja sebagai seorang tabib muda kerajaan.
Angin berhembus pelan, memasuki kamar gadis itu melalui jendela kamar yang sengaja ia buka dengan lebar demi melihat sang rembulan.
Malam ini begitu indah, namun entah mengapa sesuatu terasa aneh dalam diri Chaeyoung. Kapan pasukan itu sampai di kerajaan mereka?
Ini sudah dua hari semenjak berita kepulangan mereka dari zona perang diumumkan. Bahwa pasukan mereka menang, mereka menundukkan musuh dalam genggaman.
Mereka pulang dengan kehormatan.
Gadis itupun bertopang dagu, bertanya-tanya apa yang menahan pasukan Eunwoo di perjalanan pulang mereka.
Seharusnya sedari sore mereka sudah sampai disini, disambut oleh keluarga dan orang-orang terkasih mereka.
Resah, Chaeyoung pun memutuskan keluar dari dalam kamarnya untuk menyegarkan pikiran kalutnya.
Namun baru saja ia keluar kamar, Chaeyoung terkejut menemui sang ratu sudah berdiri di depan kamarnya.
"Yang Mulia-" Chaeyoung hendak bersimpuh hormat, namun sang ratu menahan pundak Chaeyoung untuk tidak melakukannya.
"Chaeyoung, kau belum beristirahat?"
Gadis itu menatap sang ratu sebelum ia menurunkan pandangannya dan menjawab, "Belum, Yang Mulia."
Sang ratu tersenyum dan bertanya dengan suaranya yang lembut, "Apa kau menunggu pangeran Eunwoo?"
Chaeyoung bingung harus menjawab apa, haruskah ia menjawab iya? Atau lebih baik ia harus berbohong saja mungkin?
"Saya ingat enam bulan yang lalu saya melihat kau dan pangeran Eunwoo berciuman di taman kerajaan."
Nafas Chaeyoung tercekat mengetahui fakta bahwa kejadian itu dilihat oleh ibu Eunwoo ㅡ sang ratu!!!
"Hari ini, pangeran Eunwoo akan pulang kesini." ucap sang ratu tanpa menunggu balasan dari Chaeyoung yang masih terdiam.
"Kau gadis baik, Chaeyoung. Namun, pangeran Eunwoo tak bisa bersanding denganmu. Kau tahu itukan?" lanjut sang ratu.
Chaeyoung sangat sadar akan hal itu tapi tolong jangan hancurkan harga diri Chaeyoung saat ini! Jangan sampaikan kenyataan pahit ini!
"Saya tahu, Yang Mulia."
Sang ratu tersenyum, "Bagus, karena pangeran Eunwoo akan dijodohkan dengan seorang putri dari Busan."
Chaeyoung terdiam.
Sang ratu menghela nafasnya pelan kemudian mengangkat wajah Chaeyoung dan mengusap pipi gadis itu, "Maafkan saya, Chaeyoung. Tapi seorang pangeran harus menikah dengan seorang putri, dengan seseorang yang setara."
"Saya mengerti, sangat mengerti." cicit Chaeyoung menahan tangis setelah mendengar berita buruk baginya ini.
Sang ratu tersenyum iba pada Chaeyoung sebelum pergi meninggalkan gadis itu.
Perasaan Chaeyoung hancur. Ia tahu konsekuensi mencintai seorang pangeran adalah ini.
Namun mengapa ini terasa sangat menyakitkan saat ia mengalaminya? Chaeyoung kira, ia akan dapat dengan mudah ikhlas dan rela dengan berita ini. Rupanya ia salah besar.
Taman kerajaan menjadi tempat pelarian Chaeyoung.
Dan suasana malam itu sangat pas bagi Chaeyoung untuk menumpahkan seluruh emosi, kesedihan, rasa rindu yang ia tahan sedari dulu.
Cahaya bulan purnama yang berpendar di kolam ikan kerajaan, dan bunga-bunga cherry blossoms yang kembali berguguran.
Mirip suasana malam itu ㅡ disaat Eunwoo mencium bibirnya sekaligus berpamitan kepada gadis itu, syahdu dan menenangkan.
Kaki gadis itu melangkah keatas jembatan kolam ikan, mengingat betapa canggungnya dirinya dan Eunwoo saat pertama kali bertemu setelah sekian tahun, di tempat ini, di jembatan ini.
Chaeyoung menghela nafasnya pelan, menatap jenuh pada kolam ikan kerajaan tempat belasan ikan koi kerajaan dirawat, hingga kedua mata gadis itu menyadari sesuatu.
"Tak mungkin..." gumam Chaeyoung pelan sebelum ia turun dari jembatan.
Seekor ikan koi putih ㅡ yang ia lihat kala bersama Eunwoo, kini tampak mengapung tak bernyawa di kolam.
Tanpa mempedulikan hanbok sutra yang ia pakai, Chaeyoung memasukkan diri kedalam air kolam ikan untuk meraih ikan koi yang mati terapung, ikan koi lain mengelilingi bangkai koi putih itu.
Sedih rasanya hati Chaeyoung melihat ikan koi favoritnya mati seperti ini, dengan perlahan ia meraih bangkai ikan itu dan ia bawa menuju tepi kolam, hanbok bagian bawahnya basah.
Chaeyoung tak tahu harus berbuat apa, haruskah ikan ini ia kuburkan sekarang atau haruskah ia memberi tahu pihak pengelola taman kerajaan?
"Maafkan aku." gumam Chaeyoung pada bangkai ikan itu sebelum akhirnya ia menggali tanah gembur yang ia injak menggunakan batu.
Beberapa menit kemudian, bangkai itupun terkubur dan Chaeyoung menghela nafasnya lelah.
Ia menatap kearah bulan purnama yang masih bersinar terang diatas sana. Angin pun berhembus, menggugurkan kelopak cherry blossoms ke bumi dan Chaeyoung menikmati kejadian indah itu dalam sunyi, ia menjadi lebih merindukan Eunwoo.
Dengan berat hati, Chaeyoung berdiri dari tempat dimana ia bersimpuh, memutuskan untuk kembali ke kamar.
Namun, suara teriakan Lalisa ㅡ pelayan kerajaan, mengejutkan gadis itu. "Chaeyoung! Park Chaeyoung! Chaeyoung! Pangeran Eunwoo!"
Lisa berlari kearahnya.
Chaeyoung tersenyum mendengar Lisa menyebut nama Eunwoo, sang pangeran pasti sudah datang dengan pasukannya!!!
Lisa semakin mendekat pada Chaeyoung dan saat itu juga Chaeyoung tersadar...
...Lisa berurai air mata.
"Pangeran Eunwoo." hanya itu yang Lisa ucapkan namun mampu membuat senyuman di wajah Chaeyoung menghilang.
Mimpi buruk datang.
Dengan mata berair, Chaeyoung segera berlari menuju halaman kerajaan secepat ia mampu.
Berbagai macam perasaan berkecamuk dalam dirinya, bulir-bulir air mata mencuri kesempatan untuk lolos dari kedua pelupuk mata gadis itu, bibirnya bergetar menahan isakan.
Chaeyoung belum siap menerima kemungkinan terburuk.
Sesampainya ia di halaman kerajaan, banyak orang berkumpul disana, para pasukan, pelayan kerajaan, ayahnya, sang raja maupun sang ratu.
Dan kali ini semua menatap kehadiran Chaeyoung yang berdiri mematung di pintu utama istana, "Chaeyoung..." panggil sang ratu.
Saat itu Chaeyoung tersadar bahwa semua orang yang ada disana mengelilingi tubuh yang terbaring lemah diatas tanah, pangeran Eunwoo.
Chaeyoung sontak berlari mendekat dan isakan perih lolos dari mulutnya saat melihat hanbok yang dipakai sang pangeran bersimbah darah.
"Eunwoo..." lirih Chaeyoung, bersimpuh disamping pria yang bernafas dengan sangat lemah, mata sayu, dan bibir yang pucat.
Mendengar suara Chaeyoung, Eunwoo menggunakan sisa tenaga yang ia miliki untuk menatap Chaeyoung.
Tangan terbalut darah dirinya terangkat perlahan untuk mengusap air mata yang mengalir di pipi Chaeyoung.
"Chaeyoung..."
Gadis itu mendekat, memegang tangan dingin Eunwoo yang menangkup lembut pipinya.
Percuma Eunwoo mengusap bulir air mata Chaeyoung karena semakin banyak bulir air mata yang mengalir keluar melihat keadaan sahabat ㅡ sekaligus pria yang ia cintai, seperti ini.
"...aku mencintaimu." bisik Eunwoo dengan sangat pelan, deru nafas semakin melambat.
"Aku juga mencintaimu, Eunwoo." isak Chaeyoung.
Eunwoo tersenyum dan Chaeyoung bersumpah jika senyuman itu adalah senyuman termanis yang pernah ia lihat seumur hidupnya.
"Aku tahu." bisik Eunwoo sebelum akhirnya pria itu mengambil satu tarikan nafas panjang dan...
...pergi, untuk selamanya.
Chaeyoung mencengkram erat tangan Eunwoo yang kini melemah, kedua mata pria itu tertutup perlahan.
Tangis pun pecah dari beberapa orang yang menyaksikan kejadian pahit itu.
Sang pangeran telah tiada.
♒♒♒
"Apakah menyembuhkan orang menyenangkan?"
Chaeyoung menatap anak kecil yang terduduk dihadapannya. Ia kini sedang berada di pondok pengobatan yang ia buka secara gratis untuk mengobati masyarakat kerajaannya.
"Tentu." jawab Chaeyoung, tersenyum pada bocah laki-laki dihadapannya.
Anak itu tersenyum lebar, "Jika begitu aku ingin menjadi seorang tabib seperti noona!"
Chaeyoung tertawa.
"Mengapa?"
"Karena jika aku menjadi tabib, Aku dapat menyembuhkan orang yang aku sayangi dan aku tak akan kehilangan mereka!"
Deg.
Senyuman memudar di wajar Chaeyoung, namun buru-buru gadis itu menampilkan kembali senyuman tipisnya, "Wonhyun-ah, ini sudah malam, lebih baik Wonhyun pulang dan tidur agar Wonhyun tidak sakit!"
Bocah 6 tahun itu mengangguk dan langsung berlari keluar, pulang ke rumahnya yang terletak tepat disebelah pondok pengobatan.
Dan Chaeyoung kini sendiri.
Gadis itu berjalan menuju jendela pondok Dan menatap ke langit malam. Lagi, bulan purnama menyinari malam itu.
Tak terasa sudah tiga tahun semenjak kepergianmu, Eunwoo...
...dan aku masih merindukanmu. Dibawah bulan yang bersinar terang.
Seorang diri.
♒♒♒
Cherry blossoms petals is served!
Ugh, pasta buatnya sambil nahan nangis, gak tau kenapa pasta baper sendiri pas nulis 😭
spicypastaaa 🍝