Fathiya x Labuhan Hati Antara...

By Shireishou

675K 32.1K 8.9K

[18+] Bijaklah Memilih Bacaan. Fathiya merasa, kekecewaan bertahun yang lalu telah merenggut semua tawa. Rasa... More

Prakata + Prolog
Bab 1 - Kunci Hati
Bab 2 - Hati yang Terikat
Bab 3 - Menjahit Kenangan
Bab 4 - Sahabat Setia
Bab 6 - Masa Lalu Bahagia
Bab 7 - Pernyataan Gila
Bab 8 - Lupa Ganti Judul Bab
Bab 9 - Sayap Tak Mengepak
Bab 10 - Bahagia yang Pura-Pura
Bab 11 - Dua Keluarga
Bab 12 - Penantian Fathiiya
Bab 13 - Mahar Istimewa
Bab 14 - Lelaki yang Kembali Hadir
Fathiya - 15 - Debar di Dada
Fathiya - 16 - Kebencian yang Mulai Hadir
Fathiya - 17 - Planet Bekasi
Fathiya - 18 - Perhatian Keduanya
Fathiya - 19 - Umpatan yang Menyambar
Fathiya - 20 - Kekangan yang Melukai
Fathiya - 21 - Bulol Akut
Fathiya - 22 - Pengakuan Jujur

Bab 5 - Kepedihan Masa Lalu

26.5K 1.9K 384
By Shireishou

Dapat 100 vote, up lagi Ahad. Kalau enggak, sampai jumpa Selasa

[vote awal 1,95k jadi 2,05k]

KISAH SEBELUMNYA

Davina terkikik. "Oh, come on, Fath. Kamu nggak capek mikirin Raka mulu? Kehadiran Kak Lintang mungkin juga petunjuk dari Allah untuk membantumu move on."

Istigfar meluncur mulus dari bibir Fathiya. Ada rasa tersayat yang menghantam relung hati setiap nama Raka masuk ke gendang telinganya. 

Luka yang diremehkan lebih menyakitkan daripada apa pun.


Mendengar nama Raka masuk ke telinga selalu memberikan rasa nyeri. Sudah tiga tahun, tapi pedihnya masih sama. Padahal entah sudah berapa ratus kali Davina memintanya untuk melupakan pria itu. Dari mulai cara halus dengan mendengarkan curhatnya, sampai cara kasar dengan memperkenalkan Fathiya dengan teman kantornya. Apalagi selain satu kos dan satu SMA, Davina juga satu kantor dengan Fathiya.

Mereka benar-benar sahabat yang tak terpisahkan.

Davina tahu segala masalah yang dihadapi Fathiya. Ini bukan sekadar patah hati pada umumnya. Ada luka yang dimiliki gadis itu sejak kecil. Luka yang terus membesar, memburuk, dan kini membusuk. Menggerogoti semua tawa juga keinginan untuk tetap melangkah maju.

Kemudian, Raka hadir sebagai penyembuh. Pria itu mampu menutup setiap lubang luka yang menganga hingga Fathiya bisa kembali tersenyum. Namun, Davina tahu kalau Raka jugalah yang menggali kembali semua trauma yang ada di dada sahabatnya itu.

Menyebalkan!

Akan tetapi, ekspresi Fathiya yang berubah sendu membuat bibir Davina kembali bungkam. Satu helaan panjang sebelum dia menepuk punggung Fathiya perlahan, kemudian berdiri dan melangkah keluar. Wanita itu meninggalkan Fathiya sejenak untuk menenangkan diri.

Davina tak ingin memaksa. Dia juga sadar betul kalau mental Fathiya tak sekuat dirinya. Racun itu sudah tertanam di dada Fathiya jauh sebelum mereka saling mengenal. Dan Raka yang menjadi penawarnya pun tak mampu mempertahankan keberadaannya.

Perempuan itu mendongak ke langit memanjatkan doa pada Allah agar sahabatnya menemukan kebahagiaan sejati yang hampir tak pernah dimiliki sepanjang hidupnya.

Davina yang paling tahu bagaimana Fathiya berjuang melepas belenggu.

Davina sadar betul kalau Fathiya jugalah yang selalu hadir di sisinya di saat-saat terburuk. Ketika kedua orang tuanya bercerai, juga ketika keduanya saling berteriak menolaknya untuk tinggal bersama saat ia masih duduk di kelas 12. Fathiya selalu ada.

Hingga akhirnya Davina mampu menerima kenyataan bahwa ada orang tua yang tak menginginkan dan tidak menyayangi buah hatinya sendiri. Fathiya yang membuat Davina mampu melewati itu semua.

Jadi kini gilirannya untuk membuat Fathiya bahagia!

Bintang bermunculan dan berkelip dengan indah di angkasa ketika akhirnya Fathiya melangkah keluar musala. Wanita itu melihat Davina sedang duduk di tangga musala dan menatap ke langit.

Fathiya pun duduk perlahan di sebelahnya dan sejenak menengadah menikmati semua. Bulan pun tampak bulat sempurna dan bersinar sangat cerah. Wanita itu kadang iri pada bulan yang bisa terlihat bercahaya meski tak memiliki kemampuan apa-apa kecuali membiaskan sinar matahari.

Ia berkaca diri, dan merasa dirinya sesuram mendung sebelum hujan. Bahkan mentari tak mampu membuatnya bercahaya. Kekecewaan bertahun yang lalu telah merenggut semua tawa. Rasa malu akibat ditinggal Raka tanpa pamit, menggoreskan luka yang kini telah mengerak. Betapa pun Fathiya berusaha melupakan, semua gunjingan, tatapan meremehkan, juga kandasnya harapan membuat kata ceria yang sempat tertulis di hatinya langsung lenyap kembali dari kamus hidupnya.

"MasyaAllah, langit malam cakep banget ya!" Davina berbisik sambil tetap memandang ke langit.

"Umh...." Fathiya menyetujui tanpa ada kalimat selanjutnya.

"Kalau ada banyak bintang di angkasa, kenapa kita harus terpaku pada matahari, ya?" Davina mengoceh tanpa sadar. Pikirannya yang sedari tadi berusaha membuat Fathiya bahagia membuatnya melantur.

"Karena hanya matahari yang mampu menyinari bumi. Memberi kehangatan. Dan setia menemani."

Davina menoleh.

"Tapi, matahari menghilang di kala malam. Sedangkan bintang tetap setia di kala siang. Hanya cahayanya saja yang kalah oleh mentari," balas Davina tak mau kalah.

"Ya ... " Fathiya membalas tatapan Davina. "Tapi kehangatannya di waktu siang selalu menyisakan nyaman di setiap malam."

Kali ini Davina tak bisa berkata-kata. Fathiya selalu bisa melawan semua nasihatnya baik secara langsung maupun tak langsung. Namun, entah kenapa perempuan itu malah diam tiap kali dia yang bicara.

"Aku mau beli pangsit dulu buat besok." Fathiya membuka suara. Lagi-lagi dia menepis pembicaraan tentang Raka meskipun secara implisit.

Davina hanya mengangguk dan merengkuh tangan sahabatnya lembut. Sepuluh tahun bersama, banyak membuat Davina mengerti kapan dia harus berhenti untuk mendesak Fathiya. Bayang-bayang gelap itu kembali melintas di kepala. Dia tidak akan membiarkan Fathiya seperti bayangan itu. Kengerian yang selalu menghantuinya sejak lama. Saat ini, biarlah dia berada di sisi Fathiya meski hanya bisa menjadi pendengar yang setia.

Fathiya melangkah kembali ke dalam kedai. Bayangan pangsit udang saus keju yang lezat menggoda perutnya. Rasanya luar biasa enak, tak heran hidangan itu langsung ludes oleh mereka berlima. Perpaduan gurih manisnya sungguh membuat ketagihan. Wanita itu ingin membeli beberapa porsi untuk dibagikan pada ibu kos dan teman-teman kos lainnya.

"Masih di sini?" Lagi-lagi suara rendah itu mengejutkan Fathiya. Lintang sudah berdiri tak jauh di sebelah kanannya.

"Mau beli oleh-oleh. Aku baru dikasih tahu teman tentang kedai luar biasa ini." Fathiya mengangsurkan uang seratus ribu kepada kasir yang langsung ditolak halus.

"Nggak usah bayar." Lagi-lagi senyum manis itu membuat Fathiya terlempar ke masa lalu.

"Ta-tapi...."

"Memberi hadiah untuk sesama bukankah sunnah? Apa kamu nggak pengin aku dapat pahala?"

Fathiya bisa mendengar nada permohonan yang halus di sana, keinginan agar dirinya menerima kebaikan hati itu. Tatapan iris hitam pekat itu penuh ketulusan.

"Jazakallah Khairan Katsiiraa [Semoga Allah membalasmu dengan kebaikan yang banyak]." Fathiya menunduk malu-malu lalu bergeser mengambil pesanannya.

"Aamiin Wa Iyyak [Aamiin. Semoga terkabul juga untukmu]." Senyum itu sedikit melebar ketika mengetahui Fathiya tak lagi menolaknya.

Suasana kedai yang tak juga berubah sepi, membuat semua terkesan meriah. Ada sedikit rasa cemas menyapa Lintang, tapi pria itu sudah membulatkan tekad.

"Tadinya kupikir kamu udah pulang. Aku baru mau berterima kasih pada Davina." Mata Lintang memandang Davina penuh syukur.

"Kak Lintang hafal?"

Senyum ceria itu kembali hadir. "Pedagang yang baik memperhatikan pembelinya. Apalagi pelanggan setia. Sebelum diperkenalkan, aku sudah hafal kamu pelanggan setia di sini. Soalnya menunya nggak berubah. Mi ayam bakso mercon dan es kelapa." Selesai menjelaskan, wajah tenang penuh wibawa kembali terpancang. Mungkin itu salah satu kharismanya sebagai pemilik kedai.

"Ah, luar biasa. Aku merasa terharu. Pantas Kakak bisa mengenali Fathiya padahal sudah lebih dari sepuluh tahun berlalu. Daya hafal Kak Lintang luar biasa." Davina mengangguk-angguk riang.

Lintang kembali melengkungkan bibir ke atas dengan ceria. "Siapa sih yang bisa melupakan Fathiya?"

Fathiya menunduk malu. Wanita itu sangat jarang melihat Lintang tertawa lepas. Sesekali memang, ketika SMA. Selebihnya hanya senyum lebar penuh keramahan. Tapi, suasana cerah dan ceria selalu mengitari pria itu. Berbeda dengan Raka yang tenang dan sering hanya memberikan senyum tipis. Meski begitu, Lintang memang paling peka terhadap sesuatu.

Ibaratnya, Lintang adalah musim semi yang cerah, sementara Raka adalah musim gugur yang menenangkan.

Ah, dirinya kembali teringat Raka....

"Boleh ngobrol berdua sebentar?"

Fathiya mendongak kaget. Diliriknya Davina yang kini mengangkat satu alis dan tersenyum tipis. Ia ingin menolak, tapi merasa tak enak hati.

8 Maret 24

Hayo... Lintang mai ngajak ngomong apaaa?

Eh, Shirei dapat cast-nya Raka yang cocok. Ahahaha Tapi Lintang malah belum dapat.

Soalnya Lintang nih tipe-tipe orang Indonesia yang sawo matang, tinggi, manis, tapi badannya kekar, rambutnya ikal kemerahan pula. Sulit nemuuu. Ahahaha 

Kalau ada saran boleh banget, ya! 






















23 Mei 2021

Ini versi Wattpad. Versi storial di next nya. Silakan rasakan bedanya hehehe

OLD AUTHOR NOTE

👇👇
9 Agustus 2019

H-3 Pengumuman 30 besar lombe novel Elex X Comico (Perutku mules rasanya)

DOAKAN MELAJU TERUS SAMPE TERBIT, yaaaa! 😍

Kalau beneran terbit, Insya Allah bikin GiveAway lagi yang lebih heboh. Soale hanya karena keajaiban dari doa teman-temanlah kalau sampai Sang Penggoda menang. Heheheh

Btw, Sudah mulai ada bayangan kenapa Mi Ayam bertaburan sejak prolog?

SAPA SUKA MI AYAAAAAAAM???

Continue Reading

You'll Also Like

1.8M 82.5K 52
Mari buat orang yang mengabaikan mu menyesali perbuatannya _𝐇𝐞𝐥𝐞𝐧𝐚 𝐀𝐝𝐞𝐥𝐚𝐢𝐝𝐞
1K 111 27
Setiap pertemuan membawa makna dan awal yang baru. Dan seperti matahari yang selalu terbit kembali setelah pekatnya malam, selalu ada hari yang baru...
884K 42.7K 46
Rasa cinta terlalu berlebihan membuat Lia lupa bahwa cinta itu tidak pernah bisa dipaksakan. Rasanya ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan meng...
9K 2.3K 29
Renjani dan Tristan saling jatuh cinta hingga akhirnya menikah, tetapi ternyata di tengah perjalanan pernikahan mereka, diketahui bahwa ternyata mere...