EGO

karlpark

161K 12.8K 2.6K

Baekhyun yang egois bisa mendapatkan Chanyeol, mengikatnya dengan pernikahan, tetapi yang dia dapatkan hanya... Еще

1
2
3
4
5
6
7
9
10
11
12

8

15.2K 1.3K 311
karlpark

Hentakan suara sepatu dengan hak yang tidak bisa di bilang rendah menggema di lorong sebuah villa yang terlihat lenggang. Hanya ada beberapa pekerja yang terlihat membungkuk. Sengaja memberi hormat pada seorang Madam yang sangat mereka segani.

Wanita dengan dress ketat di atas lutut bewarna merah terang yang membalut tubuh hanya melenggang acuh, tidak peduli dengan keadaan sekitar. Sesekali jari dengan kuku berpoles cat warna maroon menyingkirkan anak rambut yang menjuntai indah, menyelipkan di belakang telinga.

Tubuh tinggi semampai itu berhenti di depan sebuah kamar dengan dua daun pintu berhias ornamen klasik pada struktur bidangnya. Sedikit mendengus sebelum mengetuk pintu.

Lima menit wanita cantik itu menunggu dengan sabar setelah ritme tiga ketukan yang ketujuh, tapi tidak ada sautan ataupun suara lainnya dari dalam kamar. Dia mendengus dan sedikit mengumpat saat tau lagi-lagi di acuhkan oleh si penghuni kamar.

"Tunggu." ucapnya pelan saat ekor matanya melihat seorang pelayan melintas dengan kepala tertunduk di belakang tubuh.

"Ya, Madam."

"Jam berapa dia pulang?" tubuh indah itu berputar menghadap lawan bicara.

"Pukul 4 subuh Madam."

"Baiklah. Terimakasih. Kau boleh pergi."

Atensi wanita itu kembali ke pintu sebuah kamar di hadapannya. Karna tidak mendapat respon apapun, dia berinisiatif langsung masuk ke dalam. Selain merasa di abaikan, dirinya juga penasaran akan apa yang terjadi pada pemilik kamar.

Dengan perlahan, dua daun pintu terdorong ke arah dalam. Remangnya ruangan menyambut sang wanita saat melangkahkan kakinya masuk. Walau pun matahari telah berada di titik tertinggi, sang pemilik kamar masih membiarkan gorden setinggi tiga meter itu tertutup menghalangi radiasi sang surya.

Di sana, diatas ranjang dengan tirai menjutai, bergelung satu tubuh yang masih terlihat pulas. Tidak terganggu sedikit pun akan suara-suara yang berasal dari luar kamarnya.

Wanita itu seketika kesal bukan main saat melihat bokong berbalut bokser iron man-karna selimut yang di kenakan telah terangkat sampai bagian punggung- itu menungging seraya memeluk bantal gulingnya nyaman.

Emosi yang memuncak membuat si wanita tergesa dan segera mendaratkan telapak tangannya dengan keras di atas bongkahan kenyal milik target incaran.

PLAKKK

"SHIT!! AWW!!"

Mata milik lelaki itu terbuka paksa saat merasakan sengatan nyeri secara mendadak diatas bagian pribadinya. Tubuhnya dengan cepat berbalik menghadap si pelaku pemukulan.

"What the fuck Jess!!" dan segera melontarkan umpatan kekesalan padanya.

"Berani kau mengumpatiku?" suaranya terdengar merdu tapi yakinlah, sorot mata miliknya menyiratkan ancaman yang luar biasa.

"Ck!" decakan malas keluar dari belah tipis miliknya. "Keluarlah, aku masing mengantuk~" renggeknya kesal.

"Kau mau ku pukul lagi? Sudah jadi masokis ya sekarang?"

"Fuck you!" pekikan nyaring sarat kekesalan di hadiahkan pada si wanita. "Apa mau mu Jess?!"

"Anak ini! Panggil aku Noona! Tidak sopan sekali!" mata milik Jessica-nama si wanita- melotot kesal.

Lelaki yang di pelototi mengerucutkan bibir nya diiringin aksi menedang selimut, sebagai bentuk protes pada lawan bicaranya.

"Tapi kan kita tidak berada di Korea~"

"Di Korea atau pun tidak, aku tetap lebih tua darimu. Jadi kau tetap harus memanggilku Noona. Kau mengerti Park Baekhyun?"

"Siapa yang Park? Aku seorang Byun lagi sekarang!" dengusnya protes.

Jessica memutar matanya malas. "Kau masih seorang Park jika kau lupa." jari dengan cat kuku mengetuk pelipisnya dua kali.

"Aku sudah menceraikannya kok!" Baekhyun tidak mau kalah.

"Bila berkas perceraian kalian belum di sah kan pengadilan, tentu saja kalian masih resmi dalam satu ikatan pernikahan." wanita itu menyeringai menyebalkan. "Sebegitu inginnya ya menjadi duda?" di lanjutkan tertawa yang lebih menyebalkan.

"Ish! Keluar sana! Aku mau tidur lagi!"

Dengan cepat Jessica menarik selimut milik Baekhyun, menjatuhkannya ke lantai dan menekan remote untuk membuka gorden di kamar remang milik si mungil.

Baekhyun hanya bisa melongo melihat kelakuan Jessica yang berhasil menganggu kenyamanannya.
"Kau dan adikmu sama saja! Sama-sama gila!" sebelum berteriak kesal.

"Bangun sekarang dan bersiap. Kau harus terbang ke Korea tiga jam lagi." sengaja dia mengacuhkan Baekhyun.

Wanita cantik itu tersenyum manis di hadapannya.  Baekhyun hanya merespon dengan rengutan lucu. Dia keberatan akan perkataan Jessica tadi.

"Aku tidak mau pulang. Aku masih lelah akibat ulah adikmu itu."

"Kau harus pulang. Pekerjaan kantor milikmu menunggu untuk di kerjakan."

"Tapi kan sudah ada Changmin Hyung di sana. Lagi pula aku masih lelah sekali akibat pemotretan."

Jessica yang sedari tadi berdiri anggun di hadapan Baekhyun, mendudukan dirinya di hadapan si kecil yang masih merajuk.

"Dengar ya Baekhyun sepupuku yang sebentar lagi menjadi duda~" ucapnya manis dengan nada mengejek. "Aku mengirimkan Changmin kesana untuk membantu menggurus perusahaan pada saat kau sibuk menjadi model untuk majalahku dan brand milik Krystal, bukan untuk menjadi pemilik dari perusahaan tersebut. Banyak berkas yang harus kau setujui dan perlu pengesahan dari mu."

"Tapi aku sudah betah di Paris Noona."

"Tidak tuan Park. Kau punya tanggung jawab. Siapa yang akan mengurus bisnis peninggalan ayahmu jika kau malas-malasan begini, hm?" usapan lembut Jessica hadiahkan di kepala si kecil. Walau pun sudah sebesar ini, Baekhyun tetap menjadi sepupu yang paling ia manjakan.

"Chang-"

"Tidak boleh." Jessica mendelik ke arahnya. "Kalau memang tidak mau mengurus perusahaan lagi, sebaiknya kau bilang pada Ayahmu."

"Aku tidak bisa Noona, Ayah pasti kecewa."

Binar mata milik si kecil meredup. Baekhyun itu sangat sensitif jika menyangkut orang tuanya. Dia tidak mau membuat orang yang sangat berarti di hidupnya terbebani.

"Pulanglah. Kau punya tanggung jawab di sana. Aku akan bilang pada Changmin untuk menemanimu menggurus perusahaan. Setidaknya sampai otakmu tidak idiot lagi."

Suasana yang tadinya serius dan haru hancur berantakan saat ejekan dan suara tawa milik Jessica di sambut pekikan jengkel sarat akan  kekesalanl milik Baekhyun.

Wanita cantik itu menggacak surai kusut milik sang sepupu gemas, dan memberikan kecupan manis di bibir Baekhyun.

"Berhenti mencium bibirku nenek lampir!!"

Wajar kan kalau dia jengkel setengah mati pada sepupunya ini?! Dasar tidak sopan! Memangnya Baekhyun lelaki  murahan apa!

"Kenapa? Itu hanya sekedar sapaan puppy kecilku~ kita bahkan pernah mandi bersama."

Jujur saja, Jessica sangat senang menggoda Baekhyun. Karena anak itu akan menampilkan ekspresi lucu yang selama sepuluh tahun ini hilang darinya.

Saat mendengar kabar tentang sang sepupu yang akan berkunjung, muncul perasaan senang menggebu-gebu saat dia dan adiknya menyambut Baekhyun dua minggu yang lalu. Sepupu lelakinya itu datang dengan tingkah laku polos dan kekanakan yang sudah lama hilang darinya.

Tapi kesedihan mendominasi ketika Baekhyun bercerita masalah rumah tangganya yang telah kandas. Dari situlah mereka menyadari jika ia sedang mencari pelarian dari pesakitan yang di rasakannya.

".... Jess! Hei! Jessica! Kau melamun?"

Seakan tersedot kembali ke dunia nyata, Jessica mendapati raut binggung dan menggemaskan milik Baekhyun di depan wajahnya. Anak itu menggoyangkan lengan kurus milik Jessica pelan.

"Kau tidak memanggilku Noona lagi." sengaja Jessica menyentil dahi Baekhyun sebagai tanda hukuman.

"Sakit~" renggeknya manja. Tangan berjari lentik itu menggusap dahinya sayang. "Jangan bahas masalah kita pernah mandi bersama. Kita ini sudah dewasa. Aku malu."

"Kenapa? Aku dan Krystal saja tidak malu pernah mandi bersama denganmu."

"Itukan saat kita masih kecil! Pokoknya jangan bahas itu lagi. Kalau tidak aku marah padamu!"

Kekehan milik Jessica mengalun lembut. Lagi-lagi dia mengelus sayang kepala milik si kecil.

"Baiklah-baiklah. Ini akan jadi konsumsi pribadi mulai dari sekarang." wanita itu berdiri dari duduknya. "Ayo bersiap, setelah ini aku dan Krystal akan mengantarmu ke bandara."

"Tap-"

"Nope!" telunjuk milik Jessica bergoyang kanan kiri. "Tidak ada protes Park!"

"Byun!! Ish!"

Dengan kesal Baekhyun turun dari ranjang dan sengaja menghentakan kakinya kesal ke arah kamar mandi.

Jessica hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan sepupunya.

.

.

.

"We'll miss you, Bacon."

Cuppp

Kecupan dalam Baekhyun dapatkan di bibirnya. Kali ini adalah Krystal adik dari Jessica yang sedang mengecup dalam bibirnya di depan gate keberangkatan luar negeri.

Baekhyun memutar bola matanya malas. Dia hanya diam saat lehernya di tarik mesra dan mendapatkan hadiah kecupan cuma-cama dari Krystal. Baekhyun tidak cukup gila untuk berteriak seperti tadi pagi seperti dia meneriaki Jessica.

"Hati-hati di jalan."

Kali ini Jessica yang mencium pipinya sebagai ucapan perpisahan.

"Oke."

"Ingat, kau masih ada kontrak terakhir untuk menjadi model ku." peringat Krystal.

Baekhyun mengangguk mengiyakan. Tubuh berbalut kemeja hitam itu berbalik arah dan masuk ke dalam terminal keberangkatan setelah mengucap salam perpisahan singkat yang terasa berat.

"Sepertinya dia malas sekali pulang ke Korea."

"Memang benar Krys. Aku hampir mati jengkel menghadapi sifat manjanya itu."

Kedua wanita cantik itu terkekeh. Mereka lanjut mengobrol random dan terlihat sangat akrab.

Tanpa mereka sadari seorang laki-laki menyeringai saat melihat hasil jepretan yang ada di dalam kameranya.

.

.

.

BRAKK

Chanyeol menggebrak mejanya kesal. Baru saja dia menonton berita yang lagi-lagi mengabarkan kabar kencannya Baekhyun dengan seorang wanita. Kali ini di lengkapi bukti foto keduanya sedang berciuman di depan terminal keberangkatan luar negeri bandara Paris, Perancis.

Kepalanya sakit bukan kepalang, wajahnya memerah menahan emosi yang seakan ingin meledak. Tangan miliknya terkepal erat. Jika Chanyeol adalah karakter di dalam kartun, sudah di pastikan akan muncul asap dari telinga dan lubang hidung miliknya.

Chanyeol meminum air mineral yang sudah tersuguh di dalam gelas. Di teguknya rakus, berharap dapat meredakan kobaran api di dada yang sedang membakar jantungnya.

"Ada apa denganku?"

Sebenarnya, Chanyeol binggung dengan kondisinya sekarang. Harusnya, dia bahagia sudah terlepas dari jeratan keegoisan Baekhyun. Harusnya, dia sudah mencari kesenangannya sendiri. Dan harusnya, Chanyeol sudah menanda tangani berkas perceraian mereka agar bisa langsung di proses.

Apa yang terjadi sekarang bertolak belakang dengan keinginan Chanyeol selama ini. Dirinya merasa hal yang dia dapatkan sangat tidak adil. Kenapa ada perasaan menyesal saat mereka telah selangkah lagi untuk berpisah? Bukankah Baekhyun sudah berbaik hati mengabulkan permintaannya?

Tapi yang Chanyeol rasakan sekarang adalah perasaan tersiksa. Apakah ini hadiah terindah dari Baekhyun yang di kemas dalam bentuk karma?

.

.

.

Chanyeol memutuskan pulang ke rumah orang tuanya yang ada di desa terpencil pinggiran Seoul. Sejak tanggung jawab Tuan Park telah berpindah tangan ke Chanyeol, Ayah dan Ibunya memutuskan untuk membeli beberapa petak perkebunan dan rumah untuk mereka tinggali.

Selain karena ingin menikmati masa tua bersama dengan tenang tanpa hiruk pikuk perkotaan, Tuan Park menginginkan suasana yang baru, setidaknya dapat meringankan beban pikiran dan sakit jantung yang ia derita.

Chanyeol tiba sore hari. Dirinya di sambut pelukan hangat sang Ibu yang saat itu sedang duduk di halaman depan rumah asri tersebut. Tak lama Ayahnya yang terlihat lebih bugar belakangan ini datang dan ikut memeluk sang putra kebanggaan.

Nyonya Park terlihat celingukan mencari sesuatu yang hilang. Sesuatu itu adalah menantu kesayangannya. Baru kali ini dia tidak melihat Baekhyun, biasanya lelaki cantik itu selalu berdiri di belakang Chanyeol dan menyambutnya dengan senyuman hangat.

"Di mana Baekhyun?" lotaran kalimat Nyonya Park membuat Chanyeol terkesiap.

"Itu-"

"Biarkan anakmu masuk dulu. Kau tega sekali mengintrogasinya di depan pintu rumah."

"Ya ampun. Maafkan Ibu ya Chan." raut menyesal terlihat di wajah Nonya Park. "Ayo kita masuk."

Keluarga kecil itu masuk ke dalam rumah yang tidak begitu besar, tetapi sangat nyaman dan hangat.

Terlihat dua orang asisten rumah tangga yang sedang menyiapkan makan malam di area dapur keluarga Park. Satu orang pekerja kebun yang sedang memangkas dahan layu di halaman belakang rumah. Sebenarnya masih ada satu orang  lagi yang bekerja di rumah orang tua Chanyeol, yaitu bodyguard merangkap supir pribadi.

"Dimana Jokwon Hyung?" tanya Chanyeol saat mereka sudah duduk bersantai di teras belakang rumah.

"Ah~ Jokwon sedang Ayah suruh memetik strawberry di kebun, Chan. Kalau Baekhyun ikut kesini, pasti dia senang sekali."

"Benar sayang~" Nyonya Park menuangkan teh yang baru saja di antar asisten rumah tangganya. "Kenapa Baekhyunnie tidak ikut? Padahal Ibu sangat merindukannya." raut sedih terlihat di wajahnya.

"Baekhyun sedang dalam perjalanan bisnis Bu." kepala milik Chanyeol tertunduk lesu. Terlihat jelas wajah murung penuh beban milik Chanyeol.

"Sayang ada apa?" tangan Nyonya Park mengelus bahu lebar anaknya. "Kalian sedang bertengkar?"

"Pertengkaran karna perbedaan pendapat itu hal yang wajar nak. Kau adalah kepala keluarga, Ayah yakin kalian bisa menghadapinya." Tuan Park menepuk bahu Chanyeol memberi semangat.

"Iya sayang. Ibu mengerti bagaimana sifat istrimu. Walau Baekhyun tampak dingin, tapi dia sangat perhatian dan berhati baik. Istrimu itu selalu memikirkan orang lain terlebih dahulu dari pada dirinya. Ibu berharap kalian bisa segera berbaikan."

"Tapi ini rumit Bu. Aku tidak mengerti akan perasaanku sekarang."

Chanyeol mencoba sedikit membagi keresahannya selama ini.

"Apa yang kau rasakan nak?"

"Aku merasa marah dan kesal saat ini. Terlebih saat melihat berita yang akhir-akhir ini sering muncul di tv tentang hubungan Baekhyun dan wanita lain."

Chanyeol tertunduk lesu saat menceritakan salah satu kelu kesah yang menganjal hati. Tentu saja menghilangan bagian dia dan Baekhyun yang sedang dalam tahap menuju perceraian. Chanyeol tidak cukup gila membuat Ayahnya terkena serangan jantung mendadak.

"Nak, kau adalah kepala keluarga di rumah tanggamu. Kau punya hak untuk mengatur Baekhyun. Ayah sangat yakin anak manis itu akan menurut. Dia sangat mencintaimu nak."

Itu dulu Ayah. Sekarang, sepertinya tidak ada lagi Baekhyun yang mencintaiku.

Chanyeol meringgis saat menginggat perilaku jahatnya pada si kecil tempo hari lalu. Beginilah yang Baekhyun rasakan saat melihatnya dengan wanita lain.

"Ibu dan Ayah percaya padamu Chan. Ibu harap apa pun yang terjadi adalah yang terbaik untuk hubungan kalian berdua. Malam ini tidurlah di sini. Jernihkan pikiranmu. Besok saat pulang ajak lah menantu Ibu bicara, Ibu yakin dia akan mengerti. Apalagi jika kau menyogoknya dengan buah masam kesukaannya."

Nyonya Park tersenyum manis seraya mengangkat sekeranjang buah merah berbintik yang baru saja di panen oleh Jokwon.

Chanyeol berusaha membalas senyum orang tuanya. Sedikit perasaan sesaknya berkurang, walau belum bisa meringangankan bebannya tentang perceraian.

"Kalau saja kalian mengumumkan perihal pernikahan kalian, Ayah pastikan tidak ada satu pun orang yang berani menganggu menantu manis Ayah itu."

"Benar sekali sayang. Pasti berat bagi Baekhyunnie untuk menolak bentuk skinship di saat dia tidak punya alasan yang jelas. Kau juga harus mengerti nak siapa saja rekan bisnis pasanganmu. Bagi mereka yang berasal dari barat itu hal yang biasa. Makanya kau sebagai pasangan Baekhyun harus bisa menjaganya. Ibu percaya pada menantu manis Ibu."

.

.

.

Chanyeol mengendarai mobilnya menuju Seoul. Tidak ada waktu banyak untuk Chanyeol lari dari pekerjaan yang menantinya di kota. Satu hari sudah cukup bagi lelaki jangkung itu melepas rindu dengan orang tuanya.

Setelah percakapan tentang hubungannya dan Baekhyun, orang tua Chanyeol sengaja mengalihkan pembicaraan, membahas tentang  perusahaan yang sedang Chanyeol pimpin. Mereka berusaha sebagaimana mungkin untuk tidak menyinggung masalah rumah tangga anaknya.
Tidak bisa di pungkiri raut wajah keruh Chanyeol saat nama pasangannya di sebut. Sebagai orang tua dan pasangan yang telah menelan asam manis kehidupan berumah tangga, mereka mengerti jika anak kesayangannya butuh waktu untuk berpikir.

Mobil yang di kendarainya kini melewati garis tepi  pantai. Aroma khas air laut dan deburan ombak menyapa indera yang Chanyeol miliki. Dengan sengaja dirinya menepikan mobil dan memasuki kawasan pantai yang terlihat sepi.

Sejauh mata memandang, dirinya hanya mendapati birunya air laut dan hamparan pasir putih yang terlihat lembut. Ombak bergulung menerjang batas pasang yang di lewati sebelumnya. Sore hari membuat permukaan air laut naik.

Bias keorenan dari sang surya yang mulai terbenam menambah kesan cantik keadaan pantai di hadapannya. Chanyeol masih tersenyum manis sebelum bola matanya melebar saat menangkap siluet seseorang sedang berdiri di tengah-tengah pasangnya air laut.

Dengan segera Chanyeol berlari tergesa menuju orang itu. Walau pun Chanyeol bukan manusia yang taat beribadah, tapi dirinya tidak akan membiarkan orang lain bunuh diri tanpa berusaha mencegahnya.

"Hei! Menjauh! kembali ke tepi!"

Chanyeol berteriak tetapi di hiraukan oleh lelaki bersurai legam di hadapannya. Lelaki itu malah merentangkan kedua tangan, seolah menyerahkan diri pada lautan.

Air laut sudah sebatas pinggang Chanyeol saat ini. Dirinya mengeram kesal karena teriakannya di abaikan lagi oleh lelaki yang ternyata pendek itu-karena air hampir mencapai batas dada. Sedikit kasar saat Chanyeol menarik tubuh di hadapan membawanya dalam dekapan kuat. Bola mata Chanyeol melebar saat tau siapa yang sedang melakukan aksi gila sekarang.

"BAEKHYUN!" teriakan Chanyeol memekakan telinga lelaki kecil yang ada di dekapannya.

"Chan...yeol Hyung?" mata puppy nya membola, tidak menyangka akan hadirnya lelaki itu. "Apa yan-"

BYURR

Gelombang air laut membuat tubuh keduanya merapat lebih erat. Kedua lengan Chanyeol memeluk bahu kecil Baekhyun kuat, takut kehilangan, lalu menyeretnya ke tepi pantai. Tubuh keduanya basah kuyup karena hempasan air laut tadi.

Si kecil hanya menurut saja saat tubuh kecilnya dalam dekapan erat lelaki jangkung itu di tarik paksa keluar dari kesenangan yang baru saja dia dapat. Tangannya berpegangan pada pinggang Chanyeol, takut terlepas saat melawan beratnya air di bagian bawah tubuh.

Chanyeol menguraikan pelukan, memegang erat kedua bahu ringkih lelaki di hadapannya. Sorot marah sarat akan emosi dan khawatir terlihat dengan jelas. Baekhyun hanya meringis, bahunya pasti merah akibat remasan keras Chanyeol.

"Kau gila? Sudah bosan hidup?" desis Chanyeol di antara giginya yang mengatup rapat.

Baekhyun hanya menatap takut ke arah Chanyeol, tanpa dia sadari jari-jari lentik miliknya beradu satu sama lain, refleks yang terjadi ketika di landa kegugupan.

"Ti-tidak hyung."

"Tidak? Lalu harus aku sebut apa kejadian yang barusan?"

Baekhyun sangat-sangat sadar bila lelaki di hadapannya kini tengah marah. Tapi baru kali ini dirinya melihat sorot cemas yang sangat kentara di mata Chanyeol. Biasanya mata itu hanya menatapnya dengan sorot marah, benci, muak dan jijik. Tapi ada raut cemas dan khawatir di sana. Hati Baekhyun berdesir hangat.

"Baekhyun?!"

"Eoh!" Baekhyun gelagapan saat tertangkap basah sedang melamun di situasi genting. "Tadi itu aku hanya mengukur seberapa dalam air laut kalau sedang pasang. Tidak ada niatan lain. Sungguh!”

Chanyeol berdecak kesal, sebelum menatap tajam si mungil. "Eksperimen bodoh! Kau bisa mati jika tubuh kecilmu ini terseret ombak."

"Maaf Chanyeol Hyung."

Baekhyun menunduk, merasa bersalah karena membuat lelaki tinggi di hadapannya gusar.

"Jangan ulangi lagi. Mengerti."

Seakan tersadar akan sikapnya barusan, Chanyeol melepas rematan tangannya di bahu Baekhyun. Berdeham pelan, berusaha mengembalikan kesadarannya yang sempat hilang karena panik. Dirinya tadi tidak seperti Chanyeol yang biasanya. Dan sepertinya ada yang salah dengan kerja jantungnya.

"Oke."

Keadaan hening yang menyebalkan menemani dua anak adam yang sedang berhadapan satu sama lain. Baekhyun rasanya ingin menangis sekarang. Anak manis itu sama sekali tidak betah berada di dekat Chanyeol tanpa sesuatu yang di debatkan. Otak kecilnya memutar topik yang bisa di bahas bersama Chanyeol.

"Tentang berkas perce-"

"Jangan bicara masalah itu." potong Chanyeol dengan nada dingin. "Aku menghilangkannya." alasan yang klasik sekali.

"Kenapa bisa hilang?"

Jengkel setengah mati Chanyeol rasakan saat ini. Bisa tidak sih lelaki kecil yang sedang memelototinya itu tidak bertanya hal yang membuatnya pusing? Chanyeol sekarang hanya ingin menikmati aroma laut dan ketenangan saat berada di sebelah sosok yang diam-diam dia rindukan.

Chanyeol mendudukan dirinya di pasir pantai. Tidak peduli bajunya yang basah akan tertempel pasir. Sudah terlanjur. Aksinya di ikuti si kecil yang menyamankan diri di sebelahnya. Duduk menghadap matahari yany mulai terbenam. Angin sore menyapa keduanya, tapi tidak membuat salah satu dari mereka bergeming.

"Mungkin terselip di berkas kantor." sambung yang lebih besar setelah lama terdiam.

Anggukan pelan Baekhyun berikan pada Chanyeol. "Kalau sudah ketemu langsung berikan ke pengacara Choi saja."

"Hmm." dehaman tanpa minat keluar dari mulut Chanyeol. "Apa yang kau lakukan di sini?" berusaha membuka obrolan, tidak apa-apa kan?

"Main. Aku bosan menghadapi pekerjaan kantor." Baekhyun nyengir lucu. Anak itu terlihat lepas, tanpa beban tidak seperti hari-hari lalu saat bersamanya.

Jantung Chanyeol berdebar kencang. Seolah benda penopang hidup itu ingin keluar dari tempatnya sekarang. Darahnya berdesir menyenangkan, ribuan kupu-kupu terasa menggelitik perut yang lebih besar. Sepertinya Chanyeol terjangkit panyakit aneh saat sedang bersama Baekhyun.

"Bukankah kau baru pulang dari Paris? Berita tentang kau dengan kekasihmu menjadi hot gossip sekarang. " Rasa penasaran akan berita belakangan ini membuat Chanyeol melontarkan kalimat itu.

"Kekasih?" kening Baekhyun berkerut.

Jujur saja, sampai hari ini, yang ada di otak dan hatinya masih nama lelaki jangkung itu. Park Chanyeol. Walau bibirnya kekeuh mengucapkan ingin perceraian, tapi hati dan otaknya tidak bisa di bohongi.

"Ya. Foto kau berciuman di depan gate keberangkatan tersebar luas." intonasi suara tidak suka terdengar jelas.

Baekhyun memijat kepalanya. Pusing saat mengetahui masalah baru tercipta karena ulah sang sepupu. "Namanya Krystal. Dia sepupuku. Wanita itu benar-benar terkontaminasi budaya barat asal kau tahu."

Chanyeol terkejut. Krystal? Kalau tidak salah, wanita itu adalah sepupu yang sangat dekat dengan Baekhyun. Kenapa dia bisa lupa?

"Dulu dia datang ke acara pernikahan kita." sambung Baekhyun masam. "Tentu saja kau tidak ingat Hyung. Kau kan tidak pernah peduli."

Skakmat.

Lelaki jangkung itu hanya diam. Dirinya merasa tersindir. Tapi dia tidak punya hak untuk memarahi Baekhyun seperti biasa. Karna itu adalah fakta. Kalau dulu, dia bisa bangga saat membuat si kecil sakit hati, tapi tidak dengan kini.

"Lalu kenapa kau bisa ada di sini Hyung?"

"Aku dari rumah Ibu."

"Benarkah?" kepala kecil itu memiring lucu. "Aku rindu sekali dengan Paman dan Bibi Park."

NYUT

Seakan ada sebilah pisau yang menyayat jantung saat mendengar Baekhyun menyebut orang tuanya.

"Apa mereka sehat?"

"Ya."

"Syukurlah. Lain waktu aku akan menyempatkan diri melihat mereka berdua. Tidak apa-apa kan Hyung?" nada penuh harap terdengar jelas.

"Tentu saja. Mereka akan senang jika melihatmu Baek." Chanyeol tertengun saat melihat senyum manis Baekhyun. "Ah iya. Mereka menitipkan sekeranjang buah strawberry di dalam mobil."

Senyuman Baekhyun kian melebar. Matanya berbinar-binar ketika nama buah kesukaannya di sebut. Anak itu dengan semangat berdiri dari duduknya dan mengajak Chanyeol segera mengambil buah merah berbintik itu.

Mereka berjalan berdampingan dengan senandung gembira milik Baekhyun. Dua anak adam dengan tubuh kuyup, telah sampai di depan mobil Chanyeol. Segera si jangkung membungkuk mengambil keranjang dan menyerahkannya pada yang lebih kecil.

"Terima kasih Hyung!" anak itu melonjak senang.

Baekhyun hendak mengambil satu buah strawberry, sebelum tangan Chanyeol mencegah. Membuat si kecil merenggut tidak suka.

"Tangan mu berpasir Baek." lagi-lagi Chanyeol membungkuk dan kali ini mengambil sebotol air mineral, membukanya dan membersihkan tangan Baekhyun. "Sudah selesai. Kau bisa makan buahmu."

Baekhyun mengangguk senang. Anak itu bersemangat sekali memakan buah merah berbintik kesukaannya.

"Aku senang sekali hari ini. Tidak ku sangka kita akan bertemu kembali." ujar Baekhyun seraya menatap Chanyeol. "Kau sepertinya sudah bisa menerima kehadiranku. Benar apa yang di katakan Luhan waktu itu."

"Apa yang Luhan katakan?" secercah harapan tumbuh di hati Chanyeol.

"Rahasia! Intinya aku tidak menyesal berpisah denganmu! Dan sepertinya kita lebih cocok menjadi kakak adik saja mulai sekarang."

KRAAK

Harapan yang tadi muncul hancur berkeping-keping saat kalimat kakak adik keluar dari bibir mungil Baekhyun.

"Baekhyun-ah!"

Tampak sosok jangkung lainnya sedang berlari tergesa. Lelaki dewasa itu terlihat membuka jas miliknya dan menyampirkan ke bahu Baekhyun yang hanya mengenakan kemeja denim kebesaran yang telah basah.

"Kenapa malah basah kuyup begini, hm?" kedua tangan lelaki itu tanpa permisi membersihkan sisa air di wajah Baekhyun, sisa tetesan dari surai si mungil.

"Changmin Hyung, lihat!"

Baekhyun mengangkat sekeranjang buah strawberry yang dia dapatkan, bermaksud untuk pamer.

"Strawberry!!!" pekiknya riang. Kedua mata itu menyipit membentuk bulan sabit, tidak bisa menahan senyum lebar si pemilik.

Changmin hanya membalas dengan gelengan kepala maklum dengan tingkah kekanakan Baekhyun sebelum mengomelinya karna basah kuyup.

Interaksi keduanya yang terlihat akrab terekam jelas oleh Chanyeol yang keberadaannya mulai terabaikan. Disana dia melihat lelaki yang masih menjadi suaminya merenggek manja saat di omeli oleh yang lebih tinggi.

Keduanya berbalik arah menuju mobil yang ada di seberang. Sebelumnya, Baekhyun sempat pamit dan di lanjutkan dengan menggandeng lengan di sebelahnya.

Bukan hanya harapan Chanyeol yang hancur saat ini. Tapi kondisi hatinya yang remuk redam. Lelaki jangkung itu menyentuh dada nya yang sakit bukan main.

Cara Baekhyun memberikan karmanya sangat indah dan menyakitkan.

.

.

.

TBC

Gimana?

Kira-kira bisa gak ya sampe 300 vote? Ayo dong yg blm pernah vote sempetin buat chap ini!!

Продолжить чтение

Вам также понравится

333K 27.7K 39
"I think ... I like you." - Kathrina. "You make me hate you the most." - Gita. Pernahkah kalian membayangkan kehidupan kalian yang mulanya sederhana...
245K 36.8K 67
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
After Graduation M

Фанфик

79.5K 7.7K 21
Romance story🤍 Ada moment ada cerita GxG
38.7K 5K 43
[DISCLAIMER!! FULL FIKSI DAN BERISI TENTANG IMAJINASI AUTHOR. SEBAGIAN SCENE DIAMBIL DARI STREAM ANGGOTA TNF] "apapun yang kita hadapi, ayo terus ber...