Fathiya x Labuhan Hati Antara...

By Shireishou

673K 26.1K 6.6K

[18+] Bijaklah Memilih Bacaan. Fathiya merasa, kekecewaan bertahun yang lalu telah merenggut semua tawa. Rasa... More

Prakata + Prolog
Bab 1 - Kunci Hati
Bab 3 - Menjahit Kenangan
Bab 4 - Sahabat Setia
Bab 5 - Kepedihan Masa Lalu
Bab 6 - Masa Lalu Bahagia
Bab 7 - Pernyataan Gila
Bab 8 - Lupa Ganti Judul Bab
Bab 9 - Sayap Tak Mengepak
Bab 10 - Bahagia yang Pura-Pura
Bab 11 - Dua Keluarga
Bab 12 - Penantian Fathiiya
Bab 13 - Mahar Istimewa
Bab 14 - Lelaki yang Kembali Hadir
Fathiya - 15 - Debar di Dada
Fathiya - 16 - Kebencian yang Mulai Hadir
Fathiya - 17 - Planet Bekasi
Fathiya - 18 - Perhatian Keduanya

Bab 2 - Hati yang Terikat

54.6K 1.2K 218
By Shireishou

Dapat 100 vote up besok. Kalau enggak, sampai jumpa Jumat

[vote awal 1,2k jadi 1,3k]

Kenangan pahit kadang seperti candu. Ia terus bergulir, padahal hanya kepedihan yang bisa diberikan.

Di tengah kepanikan, Fathiya menemukan oase dari Raka yang begitu peduli padanya.

Kalimat Raka masuk akal. Fathiya rasanya memang menyimpan kunci cadangan dalam koper bersama surat-surat berharga. Namun, tetap saja kehilangan satu kunci akan menambah risiko jika kelak wanita itu melakukan kecerobohan seperti ini lagi.

"Kalau ketemu, kamu tunggu saja di rumah. Biar aku yang balik sambil manggil sopirku untuk datang ke kampus naik taksi. Nanti, aku akan bawa mobilmu ke rumah sambil diikuti sopirku. Setelah mobilmu aman, aku bisa langsung pulang bareng sopir. Bagaimana?"

Fathiya terdiam sejenak. Raka selalu bertanya padanya sebelum memutuskan sesuatu. Memberi ide, tapi nyaris tidak pernah memutuskan apa pun. Gadis itu memang tak ingin sampai merepotkan. Namun, ia tak punya pilihan. Usulan Raka adalah cara paling efisien yang bisa terpikirkan. Semoga saja semua akan segera beres.

"Mohon bantuannya, Kak." Fathiya mengangguk pelan. "Jazakallah khairan katsiiraa (semoga Allah membalasmu dengan kebaikan yang banyak)."

"Yuk!" Raka mengangsurkan tangan, berharap Fathiya akan menggandengnya. Namun, tentu saja Fathiya menolak. "Ah, maaf, aku selalu lupa." Pria itu masih belum terbiasa bahwa Fathiya sangat menghindari bersentuhan dengan yang bukan mahramnya. "Namun, nanti kalau sudah menikah, boleh 'kan?"

Langkah Fathiya terhenti dan lagi-lagi dia mendongak melihat binar mata Raka yang penuh kesungguhan. Senyum yang seolah tanpa dosa menghias kuat. Semburat merah tercipta di pipi Fathiya, membuatnya terlihat semakin manis. Wanita itu pun hanya bisa mengangguk malu.

Mereka berdua pun kembali mencari perlahan-lahan. Fathiya sudah menjelaskan tentang ciri-ciri kuncinya yang hilang. Jika wanita itu sibuk mencari di celah bebatuan, Raka mengangkat beberapa sampah kering yang tergeletak di jalan dan memasukkannya ke tempat sampah terdekat.

Lagi-lagi Fathiya harus menerima kenyataan bahwa kekaguman semakin merayapi hatinya. Pria itu tidak takut kotor. Yah, meskipun memang sampah di lingkungan kampus hanyalah botol minuman dan sampah kering biasa. Petugas kebersihan selalu melakukan sweeping setiap jam sehingga nyaris tidak ada sampah. Apa mungkin kuncinya ikut tersapu saat dibersihkan?

"Inikah kuncimu? Ketutupan sampah snack."

Fathiya mendongak dan melihat kunci yang sejak tadi dicarinya terayun ringan di ujung telunjuk kanan Raka. Bibirnya langsung terbuka lebar penuh keceriaan. "MasyaAllah ... Alhamdulillah! Makasih banyak, Kak! Ya, Allah! Jazakallah khairan katsiiraa!"

"Nih, tangkap! Tanganku kotor." Raka bersiap melempar pelan kunci itu ke arah Fathiya. Lagi-lagi senyum pria itu mampu menjungkirbalikkan perasaan Fathiya.

Tiba-tiba Fathiya gagal menangkap kunci yang dilemparkan sehingga terjatuh dan mengenai kakinya.

"Aduh!" Fathiya terkejut kala sendok teh yang sejak tadi digenggamnya jatuh menimpa kaki. Wanita itu tersadar dari lamunan panjangnya. Sekali lagi ia menarik napas, berusaha mengenyahkan segala gundah.

Lagi-lagi kenangan nyaris empat tahun lalu itu mengusik ketenangannya. Semua ingatan tentang Raka kembali berputar dalam benak dan sering muncul tanpa diundang.

Kenangan yang seharusnya sudah dia tenggelamkan dan kunci rapat-rapat di dalam relung batinnya. Agar rasa sakit itu tak lagi menyeruak, membekukan, sekaligus menyisakan rasa penyesalan yang tak berkesudahan.

"Kok bengong, sih?" Suara perempuan makin menyadarkan Fathiya dari bayangan masa silam yang tak kunjung menyingkir.

Fathiya melihat wanita melongokkan wajah manisnya di pintu dapur. Koridor dapur kos putri itu memang sempit. Hanya ada jalan selebar satu meter yang memisah counter dengan dinding. Namun, apa mau dikata, hanya inilah kos yang terjangkau oleh Fathiya. Dia tak ingin bergantung pada uang orangtuanya lagi.

"Enggak apa-apa." Fathiya berusaha tersenyum, meski hanya lengkung tipis tanpa makna yang tercipta. Ia memungut sendok dan menaruhnya di atas wastafel. Dibatalkan niatnya untuk menyeduh kopi hangat dari dapur kos.

"Kamu enggak baik-baik aja. Ini soal Raka?"

Fathiya menelan liurnya mendengar pertanyaan yang menusuk itu.

"Udah lama kita berteman, Fath. Udah lama juga aku sadar kalau tatapan kosong, wajah sendu itu pasti soal Raka," bisik Davira. "Kamu masih belum bisa lupain dia?"

Fathiya tak menjawab dan memilih bergeser menjauh dari Davina.

"Kenapa sih kamu selalu mikirin dia? Padahal kan baru dapat promosi? Fokus ke itu aja. Aku benar-benar khawatirin kamu." Wanita berambut pendek itu menyenggol lengan Fathiya dengan akrab.

Lagi-lagi Fathiya hanya bisa menggeleng. "Makasih. Aku beneran nggak apa-apa." Wanita itu kini lebih senang mengenakan warna gelap yang mungkin cocok mencerminkan perasaannya.

"Eh, kamu nggak bikin traktiran kenaikan jabatan?" Davina berusaha mengalihkan perhatian.

"Apa? Ada traktiran?" Tiba-tiba satu wanita dengan rambut digulung memakai daster bermotif bunga muncul dari balik pintu dapur.

Fathiya tersenyum tipis. Makan bersama adalah waktu bagi mereka untuk bicara dan saling berbagi. Kadang diselingi canda, juga waktu yang paling sering membuat Fathiya terlihat cukup bahagia kala menjadi pendengar semua ocehan ceria.

Wanita itu tahu, maksud teman-teman kantornya baik. Mereka adalah teman satu kos yang sebenarnya baik. Hanya saja, dia lebih nyaman dalam kesendirian. Bukan berarti Fathiya mengabaikan ukhuwah, hanya saja ia meminimalisir bercerita apa pun tentang kehidupan pribadinya.

Itu sama seperti mengorek luka yang tak juga mengering.

"Boleh." Fathiya akhirnya menyetujui. Anggap saja sebagai ucapan terima kasih karena teman-temannya selalu berbaik hati mengajaknya bicara meski tak selalu mendapatkan banyak jawaban darinya.

"Ke mana? Pizza Hut? McD? Sushi Tei?" Si wanita berdaster berbinar-binar.

Fathiya hanya berkata lirih, "Terserah saja."

"Hadeuh jangan yang gitu. Mainstream!" Davina berujar sembari mengibaskan tangan. "Aku ada tempat bagus dan unik. Mau?"

"Aku ikut aja." Fathiya mengangguk.

"Aku ajak yang lain juga, ya?!" Davina tampak bersemangat. Dia ingin membuat Fathiya melupakan semua dukanya. Membuat keriuhan agar Fathiya tidak tertunduk dan terikat masa lalu.

Fathiya kembali tersenyum samar sebagai tanda setuju.

Sama seperti hari-hari sebelumnya, empat orang dari rumah kos Bu Giran selalu tampak sabar membuka topik pembicaraan dengan Fathiya. Wanita itu seperti patung dan enggan memulai topik jika tidak dipancing. Namun, mereka tahu jika Fathiya tidak sombong. Terbukti dia tidak pernah pelit memberi bantuan.

Sepulang kantor, mereka berlima berangkat bersama. Ketika akhirnya tiga motor terparkir di salah satu tempat makan yang dituju, azan Magrib berkumandang.

Fathiya melihat plang tanda "Rehat 20 menit untuk salat" baru saja dipasang salah satu pegawai di meja kasir.

"Yah, terlambat!" keluh salah satu temannya.

"Nggak apa-apa. Sekalian kita salat dulu."

Rumah makan yang mereka tuju ternyata kedai mi ayam yang sangat terkenal di Depok. Kedai bernuansa hijau itu tampak bersih dan luas. Kursi-kursi kayu panjang menemani meja yang tak kalah panjang berbungkus wallpaper dinding dengan motif gradasi hijau tosca. Fathiya kagum pada kekreatifan memilih wallpaper dinding antiair yang cantik sebagai taplak. Selain cantik, pasti akan mudah dibersihkan dari noda mi yang tumpah.

Hal menakjubkan lainnya adalah, tidak ada satu pun pegawai yang berjaga saat istirahat. Para tamu dibiarkan menunggu sembari duduk di kursi yang disediakan atau ikut salat di musala sebelah kedai. Yah, meskipun Fathiya memang melihat beberapa kamera pengawas terpasang di langit-langit.

Fathiya berusaha salat dengan khusyuk. Suara imam yang memimpin salat mengingatkannya pada seseorang. Masa di mana Raka masih sering memimpin salat di rumahnya ketika mampir. Suara mengalun yang selalu membuat hatinya berdebar tak keruan.

Ah, sudahlah ... bahkan ketika salat pun ia masih tak mampu melupakannya. Ini buruk sekali! Harusnya ia fokus mengingat Allah dan bukan berkali-kali mengenang sesuatu yang tak akan kembali.

Wanita itu kembali menenggelamkan diri mendengar lantunan surat Al Zalzalah.

Ketika takdir mulai bergerak perlahan ke arah yang berbeda.

Indah banget mie ayamnya.

Btw, ada apa dengan Al Zalzalah yang didengar Fathiya?

Teman-teman suka yamin apa yang kuah banyak or yang kuah kental?

Oh iya, karena ini REPOST, Shirei nimpa postingan lama. Demi menjaga kenangan, AUTHOR NOTE LAMA TIDAK DIHAPUS.

Ga usah dibaca, nanti spoiler. Ahahahah

Bertahanlah membaca Fathiya di bulan puasa. Ahahahah

================================

OLD POST ⬇️⬇️ 2020

================================

Maaf kecelakaan terjadi. Pas mau pencet View as Reader, kesenggol tangan Yuusha yang lagi demam. Jadinya ke-unpub

Mulai sekarang, akan di repub 1-2 bab per hari pas Sahur dan berbuka. Nggak akan ada revisi, karena revisian belom dibuat (nambah 1 karakter cewek). Masih belum sempat.

Terimalah aku apa adanya. Wkakaka

1 Mei 2020

================

OLD POST ⬇️⬇️

================

If you are reading this story on any other platform OTHER THAN WATTPAD, you are very likely to be at risk of a MALWARE attack.

If you wish to read this story in it's original, safe, form, PLEASE GO TO : https://my.w.tt/aj8FBk8oKY

Thank you.
@Shireishou

---------------

Cover created by PhiliaFate

Ya Allah aku sangking sibuknya dan lagi banyak masalah, sampe LUPA BIKIN TRAILER CERITA INI!!! wakkakaka

Makasih buat Mbak Rosi yang udah mementori cerita ini dengan sabar sampe ceritanya berubah drastis dari rencana awal. Wakakakka

Juga teman-teman di NPC, Wattpad, IG, dan FB yang tidak bisa disebut satu-satu atas segala support-nya. Love you all.

Trailer MUNGKIN nyusul, yha. Namun, nggak janji karena nggak ada ide.

FATHIYA
- Labuhan Hati Antara Kau dan Dia -


Continue Reading

You'll Also Like

2.4K 956 44
Dalam proses revisi Seorang anak SD bernama Erika Hatcraft ditemukan meninggal dengan luka memar di kepala. Alice Redheart ditetapkan sebagai pelaku...
28.3K 2.9K 11
Cerita ini sudah tamat di KBM app Tersedia e-booknya di playstore ---- Dibilang gemuk, dan mandul bukan berarti menjadikanku alasan untuk suamiku me...
8.6K 2.1K 21
Mona dihadapkan pada sebuah dilema. Memilih Bastian si bapak biologis anaknya, ataukah Enggar yang merelakan masa depan demi dirinya.