You, Again.

By JazzAtta1

10.7K 1.1K 124

Seperti inilah, jika seorang putri jatuh cinta. More

Hiding
Talk
You.
Mine
Election
Drunk
Protective
The Past
Choices
Late?
Both of Us (Final)

Closer

897 100 15
By JazzAtta1

"Yah.That's cheesy."Balas Tiffany yang akhirnya tertawa pada perkataan Taeyeon. Diam-diam dia tidak menyangka bahwa Taeyeon bisa mengatakan hal seperti itu padanya.

Gadis itu ikut terkekeh sembari kembali menghapus air mata Tiffany.

"Aku merasa bersalah, kau bahkan menangis.."

"It's okay. Aku memang orang yang cengeng."

Taeyeon tersenyum, "Mulai sekarang, aku akan menaruh perhatian padamu lebih."

Tiffany menunjukan senyum sumringahnya, "Really?" "Yes."

"Kalau begitu, bisakah kau menungguku latihan, sore ini? Dan pulang bersama?"

Kali ini, Taeyeon terdiam. Dia sempat berfikir untuk jawaban yang akan di berikannya. Bukannya dia tidak mau, dia hanya belum siap untuk orang-orang tau mengenai kedekatam dirinya dengan Tiffany. Dia adalah salah satu gadis paling populer di sekolah. Apa yang akan di katakan teman-temannya, dan orang lain. Jika mengetahui tentang mereka? Dia berfikir, ini semua terlalu cepat. Dia hanya tidak mau orang lain berfikiran yang tidak-tidak. Apalagi dirinya sebentar lagi akan mengikuti kampanye pemilihan ketua osis baru.

"Itu.. Agak..."

"Tiffany. Apa kau yakin? Aku hanya tidak mau orang lain mengatakan hal-hal aneh,"

"Memangnya, apa yang akan mereka katakan?"

"You tell me. Aku hanya tidak mau orang-orang mengetahuinya dengan cepat."

Tiffany merengut, "Jadi kau tidak mau orang-orang tau, bahwa kau sedang dekat denganku?"

"It's not like that.."

Tiffany menggeleng "I understand. Siswi teladan yang pintar sepertimu, memang tidak akan pernah cocok jika di sandingkan denganku. Yang mempunyai citra buruk."

"Hey, Don't say that. Aku mengatakannya demi kebaikanmu, Aku hanya tidak ingin orang lain mengatakan hal-hal yang buruk tentangmu."

Tiffany kali ini menatapnya lamat-lamat, lalu meraih kedua tangan Taeyeon untuk di genggamnya. "Aku tidak peduli dengan apa yang orang lain katakan. Yang aku tau, aku bahagia bisa mengenalmu, Taeyeon."


**

"Yah. Tiff, aku dan yang lainnya akan ke pesta Tyler setelah latihan. Join us?"Tanya Sooyoung pada Tiffany yang kini sedikit kelelahan karena latihan mereka sejak tadi.

"Uhm, i can't"Balasnya singkat, Jessica ikut menoleh ke arah sahabatnya. "Why?"

"I just can't"

Gadis itu semakin terheran mendengar jawaban Tiffany. Dia tidak biasanya seperti ini. Ketika semua orang membicarakan tentang pesta, Tiffany akan mejadi salah satu yang paling semangat mengenai itu. "That is so not you."Kini giliran Yuri yang angkat berbicara.

"Oh, Tiff. Aku lupa menyampaikanmu sesuatu."Sambar Jessica lagi, lalu duduk di samping gadis itu."What...?"Katanya penuh tanya

"AKu tidak sengaja mendengar percakapan antara Siwon dan teman-temannya. Dia memberitahu mereka, bahwa sebenarnya dia sama sekali tidak tertarik pada pemilihan itu. Dia hanya di tunjuk oleh komite sekolah karena dia adalah anak dari salah satu donatur terbesar di sekolah ini."

"Benarkah? Kalau begitu, seharusnya dia mundur saja. Bikin repot Taeyeonku, saja."

Bukan hanya teman-temannya yang kini menatapnya. Namun, Tiffany tidak menyadari, junior-junior yang ada di dalam ruang ganti yang sama sedang menyimak pembicaraan mereka, sembari melakukan kegiatan mereka masing-masing.

"Maka dari itu, kurasa kau bisa bertanya lebih jelas padanya. Dia kan mantanmu. Eh jangan, aku tidak mau kau berbicara lagi dengannya."Kini Jessica memberikan saran pada sahabatnya.

"Berhenti mengatakan itu, Jess."

"Kau sebegitu, ingin memenangkan Taeyeon, huh?"Sambar Sooyoung mengikuti arus pembicaraan mereka.

"Yah. Aku hanya ingin yang terbaik untuknya."Jawab Tiffany singkat lalu pergi melenggang keluar dari ruang ganti. Meninggalkan teman-temannya yang terdiam heran,

Namun tidak, dengan Jessica. Dia mengerti betul bagaimana Tiffany telah jatuh untuk sosok itu dengan dalam. Dia tau, bahwa gadis itu kini tengah berada dalam fasenya untuk menyukai orang lain. Jujur saja, dia merasa sedikit lega jika Tiffany mungkin sudah benar-benar melupakan Minho. Jessica mulai bisa melihat perubahan yang signifikan pada temannya. Dia diam-diam bersyukur atas kehadiran Taeyeon di kehidupan Tiffany.

Karena Taeyeon, sedikit banyak telah mempengarahui bagaimana Tiffany akan bersikap akhir-akhir ini.

**

Benar saja, seluruh team cheerleaders tak terkecuali para junior memang cukup di buat terkejut, ketika ketua mereka berlari kecil ke tepi lapangan untuk menghampiri seseorang disana. Sosok gadis berambut hitam yang mempunyai paras yang mempesona. Yang kini di calonkan sebagai ketua osis, sedang tersenyum simpul sembari menunggu gadis yang tengah berlari kearahnya.

Tidak cukup membuat semua oran ternganga, yang selanjutnya mampu mambuat mereka kembali terdiam membisu sembari membelalakan mata. Gadis berambut hitam itu kini tengah menyeka pelan keringat yang ada di paparan wajah Tiffany dengan tissue yang di bawanya. Lalu mereka terlihat berbincang sebentar dengan gadis itu yang lalu menyisihkan sisa rambut ke belakang daun telinga Tiffany.

Pemandangan yang tak pernah terbayangkan itu kini ada disana. Dimana seorang gadis kalem, yang terkenal pintar dan pendiam, sedang bersenda mesra dengan ketua team cheerledears paling populer di sekolah.

"Kau harus kembali latihan, aku harus mengurus sesuatu. lalu aku akan kembali."Kata Taeyeon pelan, "Geurae."Tiffany hanya bisa tersenyum malu. Dia sangat menyukai bagaimana Taeyeon akan menepati janjinya untuk menaruh perhatian padanya lebih.

Walaupun, mereka belum berada di dalam ikatan hubungan, Tiffany bisa merasakan kupu-kupu itu terus terbang.

**

Hari demi hari, tidak mungkin di lewatkan tanpa momen kebersamaan mereka walau hanya sebentar. Walaupun keduanya sama-sama sibuk, Taeyeon dan Tiffany akan menyempatkan diri mereka untuk bertukar pesan dan makan siang bersama di sekolah. Seluruh penjuru sekolah kini tau, jika Tiffany memang sedang sekat dengan calon ketua osis itu. Sebagian dari mereka benar-benar tak menyangka, karna Tiffany tak pernah terlihat akan berdampingan dengan seorang gadis sebelumnya. Apalagi, semua mantannya di sekolah ini kebanyakan adalah pria. Banyak juga yang menyesalinya, karena mereka kebanyakan ingin merebut hati wanita itu yang kini tampaknya telah di ambil oleh Taeyeon lebih dulu. Namun, tak sedikit juga yang mendukung kedekatan mereka. Banyak yang berpikir, bahwa mereka akan menjadi pasangan yang lucu di sekolah ini.

Tak bisa di pungkiri, bagaimana Taeyeon tidak dapat menghindari tatapan iri dan kesal dari banyak siswa ketika dia menembus angin dingin lorong sekolah. Namun juga, dia mendapatkan perlakuan yang sangat baik dari para junior cheerleaders. Mereka bahkan tak segan-segan membantu promosi Taeyeon untuk memenangkan kompetisi. Seperti menyebar selebaran, menempelkan poster dimana-mana. Mereka kini terbiasa untuk selalu membelikan gadis itu minuman dan makanan-makanan. Membantunya membawakan barang-barang, membersihkan ruangannya dan teamnya.

Itu semua jelas sekali di dapatkannya karena dia seperti calon kekasih ketua mereka. Tiffany Hwang. Gadis itu memang memerintahkan adik-adik cheersnya untuk memperlakukan Taeyeon dengan baik. Mereka memang tak sungkan untuk melakukan itu. Lagipula, Tiffany sudah menjadi ketua yang baik selama ini. Jadi mereka hanya tak mau mengecewakannya dan akan terus mendukung Tiffany di setiap langkah yang di ambilnya,

Sedangkan untuk teman-teman terdekat Tiffany, mereka sudah beberapa kali meminta gadis itu untuk mempertemukan langsung dengan Taeyeon. Namun gadis itu selalu menjawab seperti lain kali, atau ketika dia ada waktu. Padahal, mereka hanya ingi tau lebih lanjut mengenai gadis berambur hitam itu. Itu semua di lakukan mereka karna hanya ingin menilai Taeyeon. Walaupun mereka tau, dia dalah gadis y ang baik, Jessica dkk hanya ingin memastikan bahwa gadis itu tak akan menyakiti sahabat mereka, yang sudah berkali-kali di campakkannya.

Seperti yang di lakukan Siwon dulu. Minho memang bukan satu-satunya mantan kekasih Tiffany yang meninggalkannya untuk orang lain. Dia juga berselingkuh di belakang gadis itu. Padahal, kala itu Tiffany benar-benar mencintainya sampai mati. Namun apa daya, ketika penglihatannya menangkap pria itu berada di atas ranjang bersama gadis lain di apartementnya. Itu benar-benar membuat remuk hatinya, dia hanya tidak bisa menahan rasa sakit yang begitu besar. Tiffany sempat mengurung dirinya selama beberapa minggu karena sangat terpukul. Lalu, ketika dia di tunjuk untuk menjadi ketua cheerleaders selanjutnya, sikapnya sangat berubah. DIa menjadi lebih dingin dan cuek. Bahkan dia melakukan bully untuk beberapa siswa yang dirinya tak suka. Orang-orang mulai menyadari perubahannya, tak terkecuali Jessica dkk. Mereka tau, semua ini memang si sebabkan oleh pria brengsek itu. Namun, mereka juga tidak bisa melakukan apa-apa selain selalu berada di sisi gadis itu. Untuk memastikan kejadian itu tak akan terulang lagi.

Melihat sisi Tiffany yang benar-benar rapuh, membuat mereka sangat marah dan merasa tak adil. Namun, mereka tau, bahwa cepat atau lambat, Tiffany akan kembali seperti dulu. Bedanya, kali ini mereka akan menjaganya lebih baik lagi. Seperti yang Tiffany lakukan untuk mereka. Dia selalu menjadi energi dan vitamin yang membahagiakan.

**

[Taeyeon – 11:03 pm] What...

[Tiffany – 11:04pm] Yah. Kenapa kau menjawabku begitu!

[Taeyeon – 11:04pm] Lalu, seperti apa?

[Taeyeon –11:04pm] Okay then. what is up?

[Taeyeon – 11:05pm] Okay. How you doin, baby? it's late..

[Taeyeon – 116:0pm] Why... Aku masih mengerjakan tugas kimiaku. Besok juga ada kuis, aku harus belajar lebih

[Tiffany – 11:06pm] I don't know. I just can't. Maybe because i miss you? :p yah. jangan tidur terlalu malam. Kau dalam bahaya jika aku melihatmu kelelahan besok. Arra?

[Taeyeon – 11:07pm] That is cheesy, Hwang. Kita bertemu hampir setiap hari. Dan aku pastikan aku dalam bahayamu. Karena kantung mataku sudah memburuk :p

[Tiffany– 11:007pm] Setiap hari.. Tapi hanya sekitar satu jam kita bertemu! Kau benar-benar sibuk. Aku hanya ingin kau cepat-cepat memenangkan itu, dan menjabat. Bebas dari semua promosi yang ada. Itu benar-benar menyita waktumu, terutama untukku.

[Taeyeon – 11:07pm] Aku akan memastikan waktuku tersisa untukmu juga, Tiffany. Don't worry..

[Tiffany– 11:08pm] Sebaiknya begitu. Hey. Aku penasaran, bagaimana wajahmu ketika ingin tidur..

[Taeyeon –11:09pm] Uh.. kau serius memintaku untuk selca di tengah malam?

[Taeyeon – 11:09pm] Sigh... Okay.

[Taeyeon –11:09pm]

[Tiffany–11:10pm] SHIT. THAT IS ILLEGAL, KIM. YOU ARE UNDER ARREST FOR MAKING MYHEART BEATING SO FUCKING FAST.

[Tiffany–11:11pm] TAEYEON. JUST HOW LONG DO I HAVE TO WAIT, BABY.. CAN YOU JUST BE MINE. GOD.

[Tiffany–11:10pm] JIKA AKU BISA MASUK KEDALAM LAYAR. AKU HANYA INGIN TIDUR DI ATAS RANJANGMU, KIM. :/ 

[Taeyeon –11:12pm] Tiffany :/ Kau berlebihan. Just sleep, okay? Oh. Aku kira aku sudah menjadi milkmu :p 

[Tiffany–11:14pm] Okay, I'll sleep. You too, okay? and yes. You're mine, Kim. MINE. AKU AKAN MENCINCANG SIAPAPUN YANG MENGEKLAIM MU, OKAY? BYE. ❤ 

[Tiffany–11:14pm] And, Goodluck for the quiz tomorrow, baby! ❤ [

Taeyeon –11:15pm] Thankyou, good night ❤

**

@TiffanyHwang : [Posted picture of Taeyeon]

@TiffanyHwang : Mine ❤ Sleep tight, there... ❤

**

"Taeyeon Sunbae-nim!"Para junior cheer itu kini menghampirinya yang sedang berjalan bersama Ji Eun. Tzuyu, salah satu dari mereka lalu memberikan satu box minuman dingin padanya.

"Untukmu."Tambahnya di sertai cengiran lebar, di ikuti sapaan dari teman-temannya yang menyapa hanya Taeyeon. Dan tidak mau memandang Ji Eun yang ada di sebelahnya, walaupun dia juga merupakan senior.

"Ah, Terimakasih. Tapi kalian tidak perlu melakukan ini setiap hari, really."Balas Taeyeon yang merasa tak enak pada Ji Eun.

"Ah, itu memang kemauan kami. Tenang saja, sunbae-nim,"Sambar Jennie.

"Kami lihat. total suara Sunbae-nim sudah berbeda tipis dengan Siwon Sunbae. Kami akan berusaha lebih keras!"Tukas Lisa dengan senyum mengembangnya,

"Ah Ya.. terimakasih untuk kerja keras kalian. Aku sangat menghargainya,"

"Tentu. Pasti Tiffany sunbae akan sangat bangga padamu. Termasuk kami."

"Ah.. Terimakasih.."

"Ini Ji Eun, wakilku."Kata Taeyeon memperkenalkan gadis di sebelahnya, Ji Eun membungkuk pelan lalu tersenyum "Selamat pagi."Sapa gadis itu pelan,

Namun justru di balas hanya anggukan oleh gadis-gadis itu. Seperti, tidak ingin melihatnya. Merema memang sedari tadi menganggapnya tak ada,

"Yah. Aku benar-benar kesal pada si Ji Eun itu."Tukas Tiffany langsung di tengah waktu istirahat mereka. Membuat para junirnya menoleh,

"Ada apa, Sunba-nim?"

"Dia bahkan merangkul Taeyeon, memegang tangannya, selalu menempel dengannya seperti perangko. Aku bahkan mendengarnya bercanda, bahwa Taeyeon adalah miliknya. Bukankah itu menyebalkan? Padahal dia tau, seluruh siswa tau, bahwa dia sedang dekat denganku,"

"Benarkah? bagaimana bisa dia seperti itu? Kita harus membuatnya mengerti, dimana dia berdiri. Dia harus tau, siapa pemilik Taeyeon-Sunbae sebenarnya."

"Maka dari itu, kita harus memberi sedikit pelajaran untuknya. Bukankah begitu?"

"Kalau begitu, kita permisi Taeyeon-sunbaenim"

"Ah baiklah..."

Lalu kumpulan gadis cheerleaders itu meninggalkan Taeyeon yang kini menangkap wajah Ji Eun yang merengut. "Yah. Memangnya aku salah apa pada mereka? Mereka benar-benar tak sopan."

"Kau seperti tidak tau bagaimana mereka saja, Ji Eun-ah."

"Yah. Setidaknya mereka harus menyapaku juga sebagai senior. Dimana letak tatakrama nya?"

"Sudahlah... Ayolah, kita harus mengurus hal yang lebih penting."

**

"Yah. Sebaiknya kau cepat pertemukan kita dengan Taeyeon. Got that?"Kata Yuri pada sahabatnya yang kini tengah bersiap untuk pergi menghampiri calon ketua osis itu.

Tiffany memang berencana untuk ke ruangan organisasi tertinggi sekolahnya itu, dia sangat yakin, bahwa Taeyeon sekarang berada disana. Hari sudah semakin sore, dan Taeyeon berjanji untuk pulang bersamanya. Dan dia berpikir, mungkin sudah waktunya giliran dia yang menghampiri gadis itu.

"Cerewet sekali kalian ini.. aku pergi."Balas Tiffany lalu pergi begitu saja, meninggalkan teman temannya yang hanya bisa saling menatap.

Tiffany bisa merasakan asap amarahnya itu sekarang. Bagaimana tidak, dirinya baru saja melihat Taeyeon-nya sedang bersama si Ji Eun itu sembari gadis itu menyenderkan kepalanya di bahu Taeyeon. Ia tau bahwa dirinya harus menahan ini sebisa mungkin. Bagaimanapun, dia sudah berjanji pada Taeyeon untuk mengurangi sedikit rasa kecemburuannya. Tetap saja, Tiffany tetaplah Tiffany.

Baginya, apa yang telah menjadi miliknya. Akan tetap miliknya. Tanpa orang lain bisa melewati garis batas teritorialnya.

"Omo. Bukankah itu Tiffany Hwang?"Saut salah satu siswa yang ada di ruangan sembari terdiam ketika menangkap sosok ketua cheerleaders itu kini berdiri di ambang pintu.

Taeyeon segera menoleh heran, sedangkan Ji Eun mengikuti arah pandangannya. Dia bisa menangkap tatapan seribu kematian yang di tujukan Tiffany untuknya. Sialan. Mati aku.

"Oh, Tiffany. Ada apa?"Kata Taeyeon seraya bangkit dari duduknya meninggalkan Ji Eun.

"Maaf mengganggu,"balas Tiffany terlebih dahulu, lalu berjalan pelan menghampiri Taeyeon. Dia bisa meliha banyak tatapan tak percaya dari siswa-siswa disini. Mungkin, memang hampir sebuah kemustahilan bahwa dirinya akan memasuki ruangan membosankan seperti ini.

Dia memaksakan senyumnya untuk Taeyeon, "Kau lupa? kita sudah seharusnya pulang bersama, Bukan?"

Taeyeon memejamkan matanya sebentar, dia benar-benar lupa.

"Ah iya, aku lupa. Maafkan aku, tapi aku masih harus mengikuti rapat ini sebentar. Bisakah kau menunggu?"

Tiffany tetap Tiffany. Dia akan merasakan dirinya yang selalu lemah akan permintaan Taeyeon. Tidak, untuk segala hal yang ada pada diri Taeyeon. Taeyeon merupakan titik lengahnya. Hanya dia.

"Tentu. Tapi, bisakah aku.. duduk disampingmu?"Tanyanya, agak mengeraskan suaranya berharap seisi ruangan mendengar perkataanya. Termasuk Ji Eun. Gadis itu hanya terdiam memperhatikan keduanya.

"Tentu! tentu! kau bisa duduk dimana saja, Tiffany-ssi!"Sambar salah satu siswa yang kini sedang mempresentasikan projeknya di depan.

Awalnya Taeyeon agak ragu untuk itu, namun melihat reaksi teman-teman teamnya, dia hanya bisa menurut.

Sebagian dari mereka, memang kurang peduli degan topik yang sedang di bicarakan ri sesi rapat ini. Mereka kini sibuk memperhatikan gadis tercantik dan terpopuler di sekolah sedang duduk berdampingan dengan calon ketua mereka. Tiffany bahkan dengan sengaja menggenggam satu tangan Taeyeon di meja. Sedangan gadis berambut hitam itu hanya fokus pada rapat ini, dia juga merasa sedikit tidak nyaman karna berada di antara Ji Eun dan Tiffany. Apalagi, bukannya dia tidak menyukai sisi Tiffany yang clingy. Dia justru melihatnya lucu, namun ia tau, bahwa gadis itu kini tengah cemburu.

Banyak dari para team ini, bisa melihat jelas bagaimana Tiffany selalu memperhatikan Taeyeon dengan seksama. Awalnya, mereka tak pernah mempercayai rumor itu. Namun, melihat langsung, mereka kini bisa yakin bahwa keduanya memang sedang dekat. Apalagi, tak pernah terlintas di benak mereka, Taeyeon yang pendiam dan misterius. Justru bisa menjadi gebetan dari seorang gadis yang bernotabene ratu lapisan sosial di sekolah.

Hingga rapat selesai, Tiffany enggan untuk melepaskan genggamanya pada gadis itu. Ketika yang lainnya kini tengah sibuk bersiap-siap untuk pulang, Tiffany justru menarik Taeyeon untuk cepat berdiri dan meninggalkan ruangan.

"Wait. Aku harus pamit pada team ku sebentar."Katanya pada Tiffany yang kini masih menggenggam erat tangannya,

"Baiklah teman-teman. Terima kasih atas kerja kerasnya hari ini!"Tukas gadis itu pada teamnya yang kini membalas pamitannya.

"Yah. Taeyeon-ah! kau harus sering-sering membuat Tiffany main kesini."Kata Taemin di ikuti tawa dari semuanya terkecuali Ji Eun.

Taeyeon hanya bisa menaham semburat malu di wajahnya, "Aish, apa yang kalian bicarakan..."

"Yah. TaeTae, apa kau tidak menyukai aku disini?"Kata Tiffany sembari memautkan bibirnya,

"Bukan begitu, Fany-ah.."

"Nah. Kalau begitu, aku akan sering-sering mampir kesini."Lalu perkataan itu di sambut meriah oleh seisi ruangan.

"Dan untuk memastikan, seseorang tidak melewati batas-batas yang ada."Tambah Tifany pelan sembari menatap Ji Eun penuh kesal.

"Baiklah! Terimakasih semuanya, mohon jaga Taeyeon dengan baik!"Katanya terakhir sembari membungkukan badannya dan menarik Taeyeon pergi.

**

"Kau tidak tau, seberapa besar keinginanku untuk mencincang gadis centil itu tadi!"Kata Tiffany pada Taeyeon yang kini sedang sibuk mengendarai mobilnya.

Tiffany memang selalu menggunakan mobil pribadinya, tidak seperti Taeyeon yang selalu menggunakan kendaraan umum ke sekolah.

"Sudahlah, Fany-ah.. Ji Eun memang seperti itu."

"Lagipula, kau tau jika kita hanya berteman. Aku sedang bersamamu, Fany.. Aku tidak mungkin melihat orang lain."

Mendengar itu, Tiffany bisa merasakan rongga dadanya yang menyempit menjadi sedikit longgar. Perkataan Taeyeon memang selalu bisa setidaknya menenangkan hatinya. Dia percaya, bahwa Taeyeon pasti akan menepati semua janjinya.

"Malam ini, ibuku ingin makan malam denganmu."

CRIIIIIIT

Dengan itu, Taeyeon tiba-tiba mengehentikan mobil mereka yang melaju cepat.

"Yah. Kenapa kau baru mengatakannya sekarang? Aku tidak ada persiapan!"

Mendengar itu, Tiffany terkekeh pelan, selain karena ekspresi taeyeon yang lucu. Dia juga menyadari, bagaimana gadis ini peduli terhadap hal-hal yang menyangkut hubungan mereka sekarang.

"Taeyeon-ah, ini hanya makan malam biasa, kau tidak perlu khawatir. Kau beruntung, Ayahku sedang berada di luar kota."

"Tetap saja, Tiffany.. Apa yang harus ku katakan di depan ibumu?

"Well.. Well..."Balas Tiffany tersenyum jahil, diam-diam dia menyukai bagaimana Taeyeon menaruh perhatian pada hal-hal seperti ini.

**

"Mom! i'm homee!"Kata Tiffany setelah berhasil melewati pintu utamanya, sembari menarik Taeyeon yang sedari tadi hanya bisa menutup mulutnya rapat-rapat. Dia benar-benar tidak mengharapkan ini. Tetapi, sedari tadi dia hanya bisa meyakinkan dirinya. Bahwa ini adalah hal yang memang cepat atau lambar harus di lakukannya.

Lalu dari tangga yang sangat besar, berbunyi suara sepatu hak yang di kenakan oleh seorang wanita paruh baya yang masih terlingat sangat cantik. Persis seperti putrinya.

"Oh, Hello to you my lovely daughter. And... your girlfriend.. I guess?"

Masih terdengar sangat kental bagaimana aksen inggrisnya di ucapkan. Persis seperti Tiffany. Fikir Taeyeon.

Aku rasa, memang bukan suatu hal yang aneh jika Tiffany begitu cantik. Nyonya Hwang terlihat awet muda, dan sama mempesonanya dengan Tiffany. Senyumnya benar-benar mirip.

"Mom. Soon. Okay? Soon."Balas Tiffany lalu menarik Taeyeon untuk menghampiri ibundanya,

"This is Taeyeon."Ibundanya tersenyum hangat, ketika memperhatikan gadis itu dengan seksama.

"Selamat malam, Nyonya Hwang."Kata Taeyeon cepat lalu membungkuk untuk menyapa wanita paruh baya yang fisiknya masih terlihat sangat muda.

"A... Selamat malam untukmu juga, Teeyeon. Bersikaplah dengan nyaman, anggap saja rumah sendiri."Balas Nyonya Hwang terkekeh pelan melihat gadis yang ada di depannya terlihat sangat gugup. Bahkan keringat dingin. Ia mengerti betul bagaimana perasaan gadis itu sekarang.

"Haruskan kita mulai, makan malamnya? Aku sudah membuat beberapa menu kesukaan Tiffany. Aku harap kau juga bisa menyukainya."

"Ah, with my pleasure, Mam."

**

"Nah, Bagaimana menurutmu, Taeyeon? Karna yang ku dengar, kau juga handal dalam memasak."Kata Nyonya Hwang sembari melirik putrinya, Tiffany hanya terkekeh pelan.

"Ah, ini benar-benar lezat Nyonya Hwang. Terima kasih untuk makan malamnya."Taeyeon lagi-lagi membungkukan tubuhnya. Membuat Wanita itu diamdiam tersenyum simpul, memyukai sifat gadis ini yang begitu sopan.

"Bagaimana jika lain kali, kau juga memasakkanku Kimchi Bokumbap, seperti yang kau buatkan untuk anakku."Katanya tertawa pelan,

"Ah tentu! tentu! Dengan senang hati."Balas Taeyeon cepat, tak bisa menahan semburat merah wajahnya karena itu. Sementara Tiffany hanya bisa merasa bersyukur dalam diamnya.

Ia ingat bagaimana ekspresi wajah ibundanya ketika dia mengatakan, bahwa dia tengah dekat dengan seorang gadis di sekolahnya. Awalnya, memang ada keraguan dari ibunya. Namun setelah dia menceritakan bagaimana kepribadian Taeyeon. Keadaan keluarganya. Prestasi dan sifaf-sifatnya. Ibundanya mau memberi kesempatan pada gadis itu, merupakan salah satu keajaiban yang mendatanginya di siang bolong.

"Jadi, Taeyeon. Apa yang membuatmu tertarik pada Tiffany? Bukankah dia sangat cerewet dan pemarah?"Tanya Nyonya Hwang mampu membuat Taeyeon lagi-lagi tak bisa menahan senyum malunya sembari melihat Tiffany yang tertawa di sampingnya.

"Aku tidak seburuk itu,"Sambar Tiffany tidak setuju dengan perkaataan ibundanya.

"Aku.. Ehm. Tiffany mungkin terlihat sangat pemarah di depan. Dia cuek dan dingin terhadap orang-orang. Pertemuanku dengannya bahkan sama sekali tidak menyenangkan. Namun, orang-orang perlu mengenalnya lebih baik. Agar bisa melihat sosok Tiffany yang hangat dan penuh dengan cerita."Jelas Taeyeon lancar walaupun kini hatinya sedang mengadakan konser karena perkataanya.

"Dia mungkin sedikit rumit dan kadang terlihat sangat sulit. Dia agak berantakan, namun mempesona di waktu yang bersamaan. Dia menakjubkan dan penuh perhatian. Dia adalah dia yang apa adanya. Dan Tiffany adalah sebuah keajaiban."Tambah Taeyeon yang tidak hanya mampu melelehkan satu hati gadis di sampingnya.

Namun dinding keraguan yang sempat ada di fikiran Nyonya Hwang. Kini telah roboh sepenuhnya, dia kini tak bisa mengelak, bagaimana perkataan anaknya tentang gadis ini adalah tepat.

"Wow. That was sweet."Puji Nyonya Hwang gembira,

"You're lucky, Tiffany."Tambahnya pada anak semata wayangnya yang kini hanya bisa menahan semburat merah di kedua pipinya. Dia benar-benar tak menyangka kata-kata itu keluar dari Taeyeon sendiri.

"Thankyou, mam."Balas Taeyeon,

"Well, aku dengar kau di calonkan sebagai ketua osis. Bagaimana?"

"Saat-saat ini adalah yang tersulit. Sainganku merupakan siswa dari banyak bidang yang mempunyai pendukung yang banyak. Sedangkan aku, hanya pendatang baru. Tetapi aku sedang mengusahakannya, aku tidak mau mengecewakan orang-orang yang menaruh kepercayaan mereka padaku, Nyonya Hwang."

Wanita itu lagi-lagi di buat kagum akan pemikiran positif yang ada pada diri Taeyeon. Gadis ini benar-benar mempunyai kepribadian yang baik.

"Sebagian memang di lahirkan dengan penuh keberuntungan. Dan sebagiannya lagi, lahir untuk menjadi pejuang. Tidak terkecuali aku,"Tambah Taeyeon, tak bosan-bosannya membuat wanita paruh baya itu semakin memantapkan kepercayaannya.

"Itu benar, Taeyeon."

"Kau mengingatkan ku pada suamiku. Dia juga pekerja keras sama seperti mu. Tenang saja, semua hal yang baik pasti akan segera menghampirimu. Kerja kerasmu akan terbayar. kau juga akan tumbuh dewasa. menentukan masa depan dan karirmu. Menemukan seseorang yang juga mencintaimu. Kau mempunyai waktu seumur hidup, semuanya membutuhkan waktu. "

"Sekarang, aku mau kau berjanji suatu hal padaku."Kata Nyonya Hwang tiba-tiba membuat jantung gadis itu seperti kembali copot.

"Jika kau mencintai seseorang, katakanlah padanya.Bahkan jika kau merasakan takut jika itu adalah hal yang tidak benar. Bahkan jika kau takut jika itu akan mendatangkan banyak masalah. Bahkan jika itu akan membakar hidupmu sampa akhir. Kau harus mengatakannya. Dengan keras, lalu memulai sesuatu yang indah bersama. Dari titik itu.."

"Aku mengerti, Nyonya Hwang."

**

Taeyeon menghembuskan nafasnya lega setelah mereka berdua berhasil memasuki kamar Tiffany. Makan malam bersama Ibu Tiffany adalah hal yang menyenangkan namun menegangkan di waktu yang bersamaan. Dia sempat kehabisan kata-kata, tetapi dengan kehadiran Tiffany di sampingnya. Semuanya terasa begitu mudah dan mengalir begitu saja.

Tiffany hanya bisa terkekeh pelan, dia memeluk gadis itu dari belakang. Membuat Taeyeon sedikit tersentak, sebelum tangannya ikut mendekat lengan Tiffany.

"Terimakasih untuk yang tadi,"Bisik Tiffany pelan, Taeyeon mengangguk. "Itu bukan apa-apa, Fany-ah."

"Kau hanya tidak mengerti, bagaimana aku sangat ingin bersamamu, Taeyeon-ah."

Taeyeon menggeleng, "Aku mengerti. Kita akan sampai disana. Bersabarlah sedikit lagi, okay?"Tiffany hanya bisa memejamkan matanya. Dia mengeratkan pelukannya pada gadis ini.

Aku hanya takut bahwa ini hanyalah mimpi untuk selamanya, Taeyeon-ah. Tetapi, setiap aku membuka mataku. Kau selalu ada disana. Kau meyakinkan bahwa ini semua nyata.

"Okay.."Jawab Tiffany hampir tak bersuara. Dia tidak bisa melakukan apa-apa, selain mempercayai perkataan Taeyeon sepenuhnya.

"Baiklah, aku harus segera kembali. Ini sudah larut.."Kata Taeyeon perlahan melepaskan sesi mereka dan menghadap pada gadis itu yang kini terlihat memautkan bibirnya.

"Tidak bisakah kau bermalam disini?"

Taeyeon menggeleng pelan, "Aku harus kembali, Tiffany. Ayahku, pasti dia sedang menunggu."

"Alright. Tunggu sebentar, aku akan membasuh wajahku dan mengantarmu ke bawah."

Taeyeon mengangguk lalu gadis itu mulai berjalan menuju kamar mandi yang ada di kamarnya.

Taeyeon mengedarkan pandangannya pada ruangan kamar yang begitu luas itu. Dia mulai mengitari sekeliling untuk melihat-lihat. Kebanyakan interior yang ada memang berwarna pink. Ini benar-benar tipikal Tiffany, pikirnya. Kamar yang sangat nyaman.

Sampai pandangannya jatuh pada foto-foto yang terpampang di dinding. Mulai dari Tiffany bersama team cheersnya. Tiffany bersama sahabat-sahabatnya, Tiffany bersama kedua orang tuanya. dan banyak lagi.

Namun, satu yang mampu membuat darah Taeyeon berdesir cepat.

Dia menyentuh foto yang berbingkai itu. Disana, Tiffany dengan seorang pria yang familiar dengannya.

Mereka terlihat sangat bahagia. Ada foto dimana Tiffany mengecup pipinya, memeluknya dari belakang, saling menyuapkan ice cream. Bermain di taman dengan pencahayaan yang indah. Dan sosok itu yang terlihat mendekap Tiffany dalam pelukannya. Seperti menjaganya dengan keutuhan sebuah hubungan.

Siwon.

Jadi... mereka adalah sepasang kekasih dahulu? Kenapa kau tidak mengatakan apapun, Fany-ah...

Kalian terlihat sangat bahagia.. apa yang terjadi?

Taeyeon bisa merasakan luka kecil itu di hatinya mulai merangkak keluar. Dia memejamkan matanya, tidak percaya dengan apa yang baru saja di lihatnya. Fakta bahwa dia tidak mengetahui apa-apa tentang Tiffany. Dia tidak menyukai ini.

**

Twitter : jazzatta1

ig : jazzatta


Continue Reading

You'll Also Like

29.1M 921K 49
[BOOK ONE] [Completed] [Voted #1 Best Action Story in the 2019 Fiction Awards] Liam Luciano is one of the most feared men in all the world. At the yo...
11.7M 301K 23
Alexander Vintalli is one of the most ruthless mafias of America. His name is feared all over America. The way people fear him and the way he has his...
10.1M 506K 199
In the future, everyone who's bitten by a zombie turns into one... until Diane doesn't. Seven days later, she's facing consequences she never imagine...
4.1M 198K 101
โœ… "We always long for the forbidden things." ๐๐ฒ๐ฌ๐ญ๐จ๐ฉ๐ข๐š๐ง ๐ง๐จ๐ฏ๐ž๐ฅ โ†ฏ โš”๏ธŽ ส™แดแดแด‹ แดษดแด‡ แด€ษดแด… แด›แดกแด แด„แดแดส™ษชษดแด‡แด… โš”๏ธŽ ...