EGO

By karlpark

161K 12.8K 2.6K

Baekhyun yang egois bisa mendapatkan Chanyeol, mengikatnya dengan pernikahan, tetapi yang dia dapatkan hanya... More

1
2
4
5
6
7
8
9
10
11
12

3

7.3K 786 85
By karlpark

"Ini pesanan anda Tuan. Terimakasih." Suara miliknya mengalun merdu diiringi lengkungan mata bulat yang indah. Bibir berbentuk hatinya merekah saat tersenyum.

"Terimakasih." Balas seseorang yang baru saja memesan satu cup Latte di Coffee Shop tempat lelaki itu bekerja.

"Ne~ Hati-hati di jalan~" jawabnya riang diiringi lambaian tangan.

"Yah! Jangan terlalu berlebihan." Tangan yang sedang melambai ditepis halus oleh si penyanggah. "Nanti dia bisa salah paham padamu."

"Minseokie hyung~" lelaki yang dipanggil dengan nama Minseok hanya memutar matanya malas saat melihat tingkah menggemaskannya.

"Aigoo~"

Namanya Kyungsoo. Do Kyungsoo. Seorang anak berusia 19 tahun yang baru saja mencoba mengadu nasib di Ibu kota. Selama hidupnya, seorang Do Kyungsoo hanya berada di daerah pinggiran Daegu dan dirinya berinisiatif untuk mengubah nasib. Seoul adalah pilihan pertamanya.

Pergi dengan di bekali uang milik orang tuanya yang pas-pasan, Kyungsoo memiliki keinginan besar untuk mencukupi kebutuhan hidupnya dengan berbagai pekerjaan. Pekerjaan apapun yang penting di dapatkan dengan cara yang benar. Bersyukurlah dia saat bertemu dengan seorang Kim Minseok, pemilik kedai kopi tempat dia bekerja sekarang.

Klining~

Lonceng yang sengaja di pasang Minseok di depan pintu berbunyi. Terlihat dua orang lelaki masuk dengan lelaki yang lebih pendek berjalan terlebih dahulu. Lelaki yang lebih pendek langsung duduk di kursi yang sudah di sediakan sedangkan yang tinggi dan berkulit sedikit kecoklatan menuju Kyungsoo, hendak memesan.

"Selamat siang Tuan. Ada yang bisa saya bantu." Lagi-lagi senyum Kyungsoo merekah sempurna.

"Satu Americano." Jawab lelaki itu datar.
Mata bulat Kyungsoo semakin membulat saat melihat lelaki tan yang sedang berdiri di hadapannya kini. Entah kenapa jantung yang biasanya berdetak dengan normal, sekarang terasa akan keluar. Detakan jantung itu tidak menyakitkan, semua terasa menyenangkan apalagi saat raut datar itu menatap ke arahnya. Tanpa sadar senyum itu semakin lebar dengan mata yang berbinar-binar.

Apa ini cinta pada pandangan pertama?

"Hanya satu?" ulang Kyungsoo memastikan. Tanpa bisa di cegah, pipi gembil itu merona merah.

"Ya. Bisa tolong sed-"

"Ditambah satu cappucino ice blend dengan banyak krim diatasnya." Sahut lelaki yang lebih pendek yang telah berdiri di depan lelaki berkulit tan.

Wajah bersinar Kyungsoo meredup seketika saat melihat tatapan lelaki berkulit tan itu pada yang lebih pendek. Dia memang belum pernah jatuh cinta, tapi dia tahu tatapan milik lelaki itu sama dengan milik ayahnya saat menatap sang Ibu. Tidak terlihat jelas, tetapi entah kenapa Kyungsoo merasakan getarannya.

"Bisa tolong cepat." Lelaki berkulit tan itu kembali bersuara dan memecah lamunan Kyungsoo.

"B-baik Tuan."

Dan cinta pertama seorang Do Kyungsoo kandas hanya dalam hitungan detik.

.

.

.

"Kau terlambat Byun Baekhyun!" lengkingan suara itu masuk kedalam gendang telinga Baekhyun tanpa permisi. Dihadapannya kini berdiri seorang lelaki cantik yang masih mengenakan piyama hello kittynya.

"Maaf Xi ah bukan Oh Luhan." Baekhyun mengangkat tangannya. Memperlihatkan dua cup kopi dengan rasa yang bertolak belakang. "Pesananmu."

"Aku mencintaimu Baekie~"

"Aku mencintai Chanyeol~"

"Ish!" Luhan merengut lucu. "Kemarikan!" tangannya merebut kopi yang ada di tangan Baekhyun. "Kau memesan dengan benarkan?" tatapan menyelidik itu muncul di raut cantik si rusa.

"Tentu saja."

"Bagus! Sekarang, ayo masuk ke dalam." Dengan semangatnya Luhan menarik tubuh yang tidak jauh lebih kecil darinya itu masuk ke dalam apartemen yang sudah dia tinggali selama enam bulan belakangan.

"Tunggu di sini aku akan mengambil cake untuk kita." Tubuh kecil itu meloncat-loncat riang menuju arah kulkas.

"Jangan meloncat-loncat, Lu! Kau akan membuat bayimu terguncang!" pekik Baekhyun saat melihat tingkah kekanakan sahabatnya.

Luhan datang dengan membawa dua buah piring kue beserta cake yang dia maksud dengan wajah menekuk. "Tidak kau tidak Sehun, sama saja." Anak itu sedikit menggerutui kelakuan orang-orang yang selalu megkhawatirkannya. "Aku tidak akan apa-apa. Tenang saja." Tangan miliknya menyodorkan satu. "Untukmu!"

Baekhyun menerima cake yang di sodorkan Luhan dengan senang hati. Itu adalah cake kesukaannya. "Kau tahu seleraku." Tangan berjari lentiknya menyuapkan sepotong cake ke dalam mulut. Mengunyahkan sebentar dan menelannya. "Jadi, bagaimana rasanya?" mata puppy miliknya berkilat penasaran.

"Apa?" lelaki yang di tanyai masih sibuk akan cake yang ada di hadapannya.

"Bagaimana rasanya memiliki sesuatu yang hidup dalam dirimu?"

"Rahasia!"

"Kenapa?"

"Aku masih marah padamu!" Luhan merenggut lucu. Baekhyun yang merasa tidak mengerti menaikkan satu alisnya. "Kau bahkan tidak datang dan hanya menelepon saat tahu aku hamil 2 minggu pada saat itu! dan kau datang saat usia kandunganku sudah hampir 2 bulan!"

Memang benar apa yang dikatakan orang-orang tentang emosi Ibu hamil yang sering naik turun. Baekhyun sendiri sudah membuktikannya sekarang.

"Aku sibuk Lu."

"Kau memang selalu sibuk Baek! kau bahkan tidak memikirkan kondisi tubuhmu sendiri!" Luhan berdiri dan duduk di sebelah sofa yang diduduki Baekhyun. "Lihat! Kau semakin kurus! Kantung mata ini juga!" tangan lelaki rusa itu mencubit dan memainkan wajah Baekhyun. "Kau harus cuti dari pekerjaanmu Baekhyun."

"Aku tidak ada waktu Lu. Semua urusan perusahaan perlu di tangani sedini mungkin untuk menjaga kualitas dan pamor milik perusahaan. Dan aku sama sekali tidak ada wakktu untuk libur." Jelas Baekhyun panjang lebar.

"Apa tidak ada cara lain? kau bisa andalkan Kai."

"Tidak dengan memberinya tanggung jawab milikku yang sangat berat."

Luhan mendengus lucu dan mengerucutkan bibirnya. "Aku memang selalu kalah saat berdebat denganmu CEO Byun."

Baekhyun hanya terkekeh geli melihat raut wajah menggemaskan milik sahabatnya. Sebernanya, dia memang sangat ingin menghabiskan waktu berdua bersama Chanyeol jika mereka memiliki waktu untuk libur. Hanya saja, tanggung jawab yang keduanya emban sangat tidak bisa di tinggalkan. Lagi pula, belum tentu kan Chanyeol mau menghabiskan waktu dengannya?

"Baek! bagaimana kalau hari ini kau menginap di sini?" Luhan memasang wajah memelas. "Anakku ingin bermain bersama paman cantiknya seharian!" renggek Luhan manja. "Sehun tidak akan pulang malam ini. Kau temani aku ya?"

"Memangnya suami mesummu itu kemana?"

"Jangan sebut Sehun mesum! Dia itu tampan tahu~!" bibir itu mengerucut lucu. "Sehun harus menyelesaikan pekerjaannya~"

"Hmm..." Baekhyun terlihat berpikir. Mempertimbangkan permintaan Luhan.

"Ayolah Baekie~ ah! Aku akan memasak hari ini, bagaimana?"

Mata Baekhyun yang terlihat ragu tadi pun menjadi berbinar.

"Serius? Walau itu artinya dapurmu akan menjadi seperti kapal pecah?" seru Baekhyun meyakinkan.

"Tentu! Aku akan mengajarimu memasak dan membuat Chanyeol betah di rumah karena masakanmu!"

"Oke kalau begitu!" balasnya semangat.

.

.

.

Kyungsoo melangkahkan kaki-kaki pendeknya menuju flat yang dia tinggali. Bukan flat mahal dan keren seperti yang kebanyakan orang tempati di perkotaan Seoul. Dirinya hanya mampu menyewa sebuah flat yang kecil dan tidak begitu kumuh, setidaknya bisa menjadi tempat berteduh dan beristirahat dari pekerjaannya. Tidak ada yang spesial untuk malam ini, hanya saja udara mulai terasa dingin di saat waktu mulai beranjak larut.

Sesekali terdengar nyanyian halus yang keluar dari bibir tebal milik Kyungsoo. Suaranya tidak kentara terdengar bagus memang, tapi siapapun yang mendengar warna vokalnya pasti tahu anak itu bisa menjadi bintang di industri musik Korea. Tidak terkecuali Park Chanyeol. Lelaki tinggi yang saat ini sedang mengabiskan waktu berjalan-jalan di trotoar di depan agensinya.

Lelaki bertelinga peri itu terlihat sangat tertarik akan suara yang di miliki seorang bocah pendek yang dia temui ketika hendak menyebrang, dan anak itu berdiri tepat di sampingnya. Chanyeol merasa terpaku ketika mendengar suara emas milik bocah pendek bermata bulat yang saat ini sedang berjalan jauh meninggalkannya. Sadar akan dirinya yang merespon dengan lamat, Chanyeol dengan segera melangkahkan kaki panjangnya mengikuti anak itu.

Kyungsoo terlihat gelisah saat instingnya mengatakan bahwa dia sedang diikuti oleh seseorang. Anak itu secara cepat berbalik dan mendapati seorang lelaki tinggi yang terlihat sedang berjalan cepat kearahnya. Tanpa pikir panjang, Kyungsoo langsung saja berlari. Dirinya tentu saja ketakutan diikuti seperti itu. Kaki-kaki pendeknya dia pacu cepat menuju flat yang sudah hampir terlihat. Menyadari bahwa lelaki yang dia curigai bisa menangkapnya, Kyungsoo dengan cepat bersembunyi di balik dinding sebuah toko.

"Hah... hah... kenapa kaki-kaki milik orang itu panjang sekali?" Kyungsoo membungkuk kelelahan. Pria bermata bulat itu mengintip dari balik tembok untuk melihat lelaki yang mengikutinya. "Sialan itu! akan aku beri pelajaran!"

Chanyeol yang terlihat kebingungan kembali tersenyum geli saat mendapati bayangan orang yang sedang di kejarnya. Dengan kepercayaan diri yang tinggi Chanyeol melangkah menuju arah bayangan tersebut.

"Akh!" pekiknya kesakitan saat mendapati serangan membabi buta dari seorang anak yang sedang memukulinya dengan sebuah botol air plastik.

"Rasakan ini!" Kyungsoo dengan sekuat tenaga berusaha melumpuhkan lelaki gila itu dengan botol plastik yang dia dapati di tempat dia besembunyi. "kau mau menculikku kan! mau menjual organ tubuhku!"

"Tidak tidak!" Chanyeol sedikit panik saat orang-orang mulai menatap aneh dirinya. "Hei! Kau bisa tenang dulu!" Chanyeol dengan gerakan cepat menahan gerakan tangan anak di depannya.

"Hiks! Jangan jual aku ajusshi! Aku masih harus mendapatkan pekerjaan yang bagus! Aku juga masih sangat muda! Aku belum menikah! Bahkan patah hatiku belum sembuh!" renggek bocah manis itu.

"Hei anak cenggeng! Aku tidak akan menyakitimu!" Chanyeol melepaskan cengkraman tangannya di lengan Kyungsoo. "Dan aku juga bukan ajusshi-ajusshi yang kau maksud!"

"Akh?!" Kyungsoo memegang dahinya yang baru saja di sentil oleh Chanyeol. Anak itu refleks memajukan bibirnya dan memasang muka masam. "Jadi apa maumu Tuan?" katanya sedikit dengan nada tidak suka.

"Siapa namamu?"

"Untuk apa kau tahu namaku? Kau mau menghipnotisku ya?" mata bulat itu memicing curiga.

"Ck, kau benar-benar terlalu berburuk sangka dengan orang lain lelaki kecil!" Chanyeol terkekeh geli. "Aku punya penawaran yang menarik untukmu!"

"Apa?" ketus anak itu.

"Tapi kupikir kita tidak bisa membahasnya sekarang." Chanyeol mengulurkan tangannya ke hadapan Kyungsoo. "Park Chanyeol."

"Do Kyungsoo." Dengan sedikit ragu-ragu anak itu menjabat tangan Park Chanyeol. Chanyeol mengeratkan genggaman tangan keduanya sebelum melepasnya.

"Jadi Do Kyungsoo, besok dimana aku bisa nememuimu?"

"Kau janjikan tidak akan macam-macam?" delik anak itu curiga.

"Tentu saja. Aku bukan seseorang yang berniat mencelakai hidup orang lain." jelas Chanyeol.

"Min Coffee pukul 11 siang."

"Oke! Aku akan menemui besok!" Chanyeol langsung saja memutar tubuhnya dan berjalan meninggalkan Kyungsoo.

"Dasar ajusshi aneh." Lirih yang lebih kecil sebelum berbalik dan berjalan ke arah flatnya. Tidak menyadari suara lelaki yang saat ini sedang berjalan berlawanan arah dengannya.

"Sangat menarik." Seringai Chanyeol diantara kalimatnya.

.

.

.

Seperti janji mereka kemarin malam. Chanyeol dan Kyungsoo bertemu pukul sebelas siang di coffe shop tempat Kyungsoo bekerja. Saat ini, dua manusia dengan tinggi badan yang mencolok itu terlihat duduk berhadapan dengan Kyungsoo yang sedang membuka mulutnya lebar. Terlalu terkejut saat di depannya saat ini adalah seorang produser musik yang sangat tertarik dengan jenis suaranya.

Chanyeol terkekeh geli melihat respon yang bisa dikategorikan aneh milik Kyungsoo. Setelah melakukan perkenalan diri ulang kepada lelaki kecil di hadapannya-tentunya dengan niat dan tawaran menggiurkan yang dia katakan- Chanyeol mendapatkan tatapan takjub dari yang lebih kecil.

"Hei, jadi kau mau menerima tawaranku?" suara beratnya mengalun menyapa gendang telinga Kyungsoo.

"Ha-hah?" gugupnya saat secara terang-terangan ketahuan sedang menatap lelaki dihadapannya. "Ten-tentu! Tentu! Siapa yang bisa menolak tawaran dari produser keren sepertimu. Ha-ha-ha" anak itu sama sekali tidak merencanakan tawa canggung yang baru saja keluar dari mulutnya.

"Bagus!" lelaki yang lebih tinggi lagi-lagi terkekeh. "Tidak perlu bersikap canggung begitu Kyungsoo-sshi."

"Ya? Oh, baiklah Tuan Park."

"Tidak-tidak. Aku belum terlalu tua untuk di panggil tuan." Sangkal Chanyeol. "Kita harus lebih akrab lagi Kyungsoo."

"Jadi?"

"Kau bisa panggil aku hyung. Bahkan jika kau mau, kau bisa memanggil Chanyeol saja." Chanyeol mengambil segelas americano yang ada di hadapannya.

"Tidak sopan jika aku hanya memanggil namamu." Tangan mungil milik Kyungsoo menggetuk-ngetuk dagunya lucu. "Kalau begitu mohon kerja samanya Chanyeol hyung!" mata bulat itu menyipit indah.

Entah mengapa hati Chanyeol berdesir aneh saat mendengar kata-kata yang diucapkan Kyungsoo. Refleks, lelaki itu membalas senyuman manis Kyungsoo dengan senyumana menawan miliknya.

"Hyung benar-benar tampan!" tanpa malu yang lebih kecil memujinya.

"Dan kau mengira orang tampan sepertiku sindikat perdagangan organ tubuh manusia." Balas Chanyeol, sengaja mengungkit masalah kemarin malam.

"Aish hyung! Aku mencoba menghilangkan rasa canggung ini tapi kau malah mengungkit hal itu." rutuk Kyungsoo. "Baiklah! Aku minta maaf hyung!" anak itu sekarang berdiri dan membungkuk 90 derajat di hadapan Chanyeol.

Chanyeol lagi-lagi terkekeh saat mendapati sikap polos Kyungsoo. Lelaki di hadapannya ini sangat menyenangkan dan enak di ajak bicara. Walaupun mereka baru bertemu dua kali, Chanyeol sudah merasakan dirinya cocok dengan Kyungsoo.

"Oke Kyungsoo. Walaupun aku adalah produser musiknya, tapi kau juga harus tetap belatih dan ikut seleksi satu bulan lagi. Agensi tidak bisa langsung menerima seseorang hanya karena rekomendasiku. Kau juga harus tetap berjuang dan membuktikan kau layak menjadi trainee dan debut dalam waktu singkat."

"Ya hyung! Aku tidak akan mengecewakan hyung!" semangat Kyungsoo dengan mata berapi-api.

"Bagus. Aku juga akan membantumu berlatih. Berikan aku nomor ponselmu."

Tanpa Chanyeol sadari, saat itu, tanpa rencana apapun dirinya telah memulai sebuah permainan yang akan menjungkir balikkan kehidupannya bahkan orang yang ada di sekitarnya.

.

.

.

Baekhyun dan Luhan terlihat berjalan di sebuah supermarket dengan sebuah trolli yang sedang di dorong oleh Baekhyun. Tentu saja, Baekhyun sama sekali tidak pernah mengizinkan Luhan untuk melakukan pekerjaan yang akan membuatnya lelah dan membahayakan kondisi bayinya.

Luhan terlihat tertawa dengan riang, sesekali rusa imut itu terlihat berpose lucu, meladeni para fans yang mengajaknya untuk berfoto. Baekhyun yang ada di sebelahnya hanya menunduk menahan malu saat beberapa pasang mata menatap penasaran ke arahanya.

Baekhyun merasa risih dengan para fans Luhan yang mengerubunginya. Dirinya memang tidak asing dengan suasana seperti ini, Baekhyun juga terkenal di kalangannya. Kalangan pembisnis tentunya. Dan ini adalah pertama kalinya dirinya menghadapi fans dari manta aktor Xi Luhan yang terlihat masih mengidolakan rusa betina itu.

"Luhan-sshi apa di sebelahmu itu adalah hobaemu di agensi?"

"Siapa namanya Luhan-sshi? Kenapa lucu sekali?"

"Apa dia masih sekolah?"

"Jangan bilang dia adalah anggota boy group yang akan debut?"

"Luhan-sshi..."

"Luhan-sshi..."

"Luhan-sshi..."

Dan pertanyaan random yang memusingkan Baekhyun terus saja keluar dari mulut para penggemar Luhan. Baekhyun tidak marah. Tidak sama sekali. tetapi dirinya sedikit kesal saat mereka menganggapnya yang sudah mau 25 ini anak sekolahan.

"Semuanyaa~ jangan membuat Baekie takut~" suara merdu milik Luhan secara ajaib dapat memadamkan rasa penasaran yang meledak-ledak dalam diri fansnya. "Baekie tidak bisa di berikan pertanyaan random seperti ini~ "

Jika Baekhyun tidak sayang pada Luhan, sudah dipastikan Luhan akan mendapatkan tendangan di bokongnya yang selalu di puja oleh makhluk albino itu.

"Untuk hari ini cukup sampai di sini, okay? Aku harus mengantar Baekie pulang."

Luhan menarik tangan Baekhyun seenaknya, membawa langkah mereka kekasir untuk pembayaran dan langsung melesat ke dalam mobil mewah milik Luhan.

"Aku tidak mau pergi berdua hanya denganmu lagi." Baekhyun yang dari tadi terdiam membuka suaranya.

"Kenapa?" lelaki yang sedang memegang kendali mobil terlihat tidak suka.

"Mereka menyebalkan!"

"Fansku?"

"Tentu saja! Bagaimana mungkin mereka bilang aku masih sekolah! Aku ini sudah dewasa Lu!" protes Baekhyun.

Luhan terkekeh geli. Tanpa Baekhyun sadari, dia telah mengeluarkan sifat aslinya. Sifat yang selama ini hilang semenjak dia menjadikan Chanyeol sebagai obsesi. "Kau kan memang lucu, imut dan-"

"Diam." Potong Baekhyun dengan dingin.

"Kau tahu Baek. Masih banyak perempuan maupun lelaki yang mengharapkan dirimu. Chan-"

"Luhan please. Jangan membahas yang tidak penting."

"Ini hal penting Baek! kau tidak bisa selamanya begini! Aku tidak suka kau menjadi seseorang yang mengemis cinta pada bajingan seperti Chanyeol!" jujur saja, Luhan sangat marah saat mendapati Baekhyun yang selalu di sakiti oleh Chanyeol.

"Hanya dia laki-laki yang aku cintai Lu." Wajah manis itu mengguratkan kesedihan, dengan tatapan mata redup dan kosong.

"Jika begitu kau bisa mendapatkan seorang perempuan!"

"Luhan!"

"Kau masih punya kesempatan Baek!" Luhan melihat kearah Baekhyun tajam. "Belum ada tanda-tanda kau memiliki rahim sepertiku. Kau masih bisa mendapatkan anak dari seorang wanita."

Baekhyun memejamkan matanya gusar. Tentu saja dirinya mengakui jika tanda-tanda itu belum ada pada dirinya. Dan dia juga sangat ingin mempunyai seorang anak. Tapi dia tidak bisa melepaskan Chanyeol begitu saja.

"Jangan bahas ini sekarang Lu, kau tahu kan aku masih berusaha mendapatkan Chanyeol. Dan aku yakin Chanyeol akan membalas perasaanku."

" Semoga kau benar Baek.."

.

.

.

Jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam saat Chanyeol memarkirkan mobilnya di garasi. Lelaki itu terlihat sangat senang saat ini. wajahnya terlihat berseri-seri dan senyum bahagia tidak lepas dari bibirnya. Dengan ringan langkah kaki membawanya memasuki rumah.

Baekhyun yang saat itu sedang menghidangkan beberapa masakan yang sudah di buat, teralihkan perhatianya saat mendengar langkah familiar milik sang suami. Dengan semangat dan tekat yang dia miliki, Baekhyun melangkah menghampiri Chanyeol yang masih saja tersenyum.

Senyum manis milik suaminya itu lenyap seketika dan tergantikan dengan raut wajah malas dan muak. Hati Baekhyun berdenyut sakit saat melihat respon yang di berikan oleh Chanyeol. Tapi Baekhyun tidak gampang menyerah. Dengan senyum manis dia menyambut suaminya.

"Kau pulang lebih cepat Chan, aku baru saja selesai memasak untuk makan malam kita." Baekhyun memeluk sepihak tubuh Chanyeol yang masih diam mematung. Enggan memberikan balasan.

Baekhyun lagi-lagi tersenyum perih. Tapi hanya sesaat, saat dirinya melepaskan pelukan itu dan sedikit berjinjit untuk memberikan ciuman selamat datang pada suaminya, senyum manis kembali terukir di wajahnya. "Kau belum makan malam kan? ayo kita ma-"

"Aku sudah makan." Chanyeol menjawab dingin dengan sorot mata benci yang tak terelakkan.

"Kau bohong, kau pasti belum makan Chanyeol. Aku sengaja memasak untukmu." Anak itu terus bersikeras.

"Kau tidak mengerti bahasa manusia? Aku sudah makan! Dan aku tidak akan mau makan masakan menjijikanmu itu!" bentak Chanyeol. "Lepaskan!" dengan kasar Chanyeol mendorong tubuh Baekhyun menjauh darinya. Chanyeol hendak membalik tubuhnya tapi terhenti saat Baekhyun memeluknya dari belakang.

"Tidak Chan! Kau harus memperhatikan kesehatanmu! Aku sengaja memasak makanan kesukaan-"

"Aku tidak peduli! Sekarang lepaskan aku jalang!" tangan besarnya berupaya memisahkan tautan tangan Baekhyun di perutnya. Sesaat matanya melihat dan dapat merasakan beberapa plester yang membalut jari lentik pasangannya itu. Hanya ada pandangan dingin dan muak pada sorot matanya.

"Chanyeol, bisakah kau setidaknya menemani aku makan malam? Aku sangat merindukanmu." Bisik Baekhyun di balik punggungnya dengan nada pelan dan lirih.

"Kau pikir kau berhak mendapatkannya Byun Baekhyun-sshi?" Chanyeol memutar tubuhnya menghadap Baekhyun dan dengan tiba-tiba mengcengkram dengan kasar pipi Baekhyun. "Kau tidak berhak sama sekali. Kau tahu, kau hanya boneka porselen yang menguntungkan buatku. Hanya itu." dengan kasar Chanyeol melepas cengkramannya.

Chanyeol melangkahkan kakinya menaiki tangga menuju kamarnya.

"Kenapa?" langkah itu kembali terhenti saat mendengar suara Baekhyun. "Bukankah seharusnya kau senang dan memanfaatkan boneka poselen itu sebaik mungkin Chanyeol?" Baekhyun menegakkan tubuhnya dan menatap Chanyeol dengan mata sendu. "Bahkan tanpa kau mintapun, aku akan tetap bersedia untuk menjadi bonekamu."

"Benarkah?" Chanyeol melangkahkan kakinya turun dan berdiri pada dua anak tangga terakhir tepat di hadapan Baekhyun. Lelaki itu menyeringai kejam. "Aku sudah melakukannya sekarang. tidakkah kau rasakan?" tubuh itu membungkuk. "Aku memperlakukanmu seperti boneka Baekhyun. Berbuat semauku dan tidak mementingkanmu." Chanyeol kembali menegakkan tubuhnya. "Karena sebuah boneka hanya bisa diam dan menerima semuanya. Boneka itu benda mati dan tidak punya perasaan. Dan ketika aku bosan aku akan mencari boneka yang baru. Bahkan aku bisa menyimpan dua boneka sekaligus. Bukan begitu."

Tanpa Baekhyun sadari, air mata itu mengalir indah dari kedua matanya. Rasamya sangat menyakitkan saat orang yang kau cintai berkata seperti itu. Baekhyun langsung saja menundukkan kepalanya, mencoba menghindari tatapan Chanyeol. Dia tidak mau memperlihatkan kelemahannya pada lelaki itu.

"Bahkan hanya berada di sekitarmu saja sudah membuatku merasa muak." Desis Chanyeol sebelum melanjutkan langkahnya menuju kamar.

Baekhyun membalikkan badannya. Berjalan menuju ruang makan seorang diri dengan air mata yang masik mengalir di matanya. Di dudukannya tubuh kurus miliknya menghadap mangkuk sup yang sudah dia buat. Tangan miliknya menyuapkan sesendok sup yang sudah di buatnya dengan susah payah.

"Asin sekali hiks!" isaknya saat merasakan betapa asin sup buatannya. "Untung saja hiks Chanyeol menolaknya."

Baekhyun terus saja terisak-isak seorang diri. Lelaki kecil itu sama sekali tidak memakan masakan yang dia buat. Semua nafsu makan miliknya hilang begitu saja. Chanyeol berhasil membuat suasana hati si kecil itu kembali porak poranda.

Dengan langkah sedikit terseok, Baekhyun menuju kamarnya. Sesekali lelaki kecil itu meringgis. Tangan berjari lentiknya memegangi perutnya yang terasa kram dan perih di saat bersamaan. Baekhyun sering mangalami hal ini jika dirinya sedang stress, maagh yang di deritanya akan kambuh. Dengan perlahan Baekhyun menelan obat yang sudah di konsumsinya selama ini.

"Kenapa sakitnya terasa berbeda?" lirihnya sebelum membaringan tubuhnya keranjang dingin yang selama ini dihuninya sendiri.

.

.

.

TBC

Ada yg tau apa itu wattys awards? Mohon pencerahannya 😅

Continue Reading

You'll Also Like

48.3K 6.4K 39
Cerita tentang perjodohan konyol antara christian dan chika. mereka saling mengenal tapi tidak akrab, bahkan mereka tidak saling sapa, jangankan sali...
48.8K 3.5K 50
"Jika ada yang harus berkorban dalam cinta ini, maka itu cintaku yang bertepuk sebelah tangan" - Dziya Idzes "Sekat-sekat ruang yang tertutup layakn...
313K 23.8K 108
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...
52.3K 10.5K 13
[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] 21+ ‼️ Apa jadinya jika si berandal Jasper Ryker yang dijuluki sebagai raja jalanan, tiap malam selalu ugal-ugalan dan babak...