The Secrets of Prince Silas (...

By vkeybooks

1.4M 79.7K 12.1K

PROSES REVISI! (Sinopsis lengkap terdapat di dalam) WARN: Latar tempat, unsur sejarah serta budaya merupakan... More

Blurb
Prolog
BAB 1
BAB 2
BAB 3
BAB 4
BAB 5
BAB 6
BAB 7
BAB 8
BAB 9
BAB 10
BAB 11
BAB 12
BAB 13
BAB 14
BAB 15
BAB 16
BAB 17
BAB 18
BAB 19
BAB 20
BAB 21
BAB 22
BAB 23
BAB 24
BAB 25
INFO
BAB 26
BAB 27
Q n A (PENTING! JANGAN DIPASS!)
BAB 28
BAB 29
BAB 30
BAB 31
BAB 32
BAB 33
BAB 34
BAB 35
BAB 36
BAB 37
BAB 38
BAB 39
BAB 40
BAB 41
BAB 42
Bab 43
BAB 45
BAB 46
BAB 47
BAB 48
BAB 49
BAB 50
BAB 51 A
BAB 51 B
BAB 52 A
BAB 52 B
BAB 53 A
Flashback 1
BAB 53 B
BAB 54 A
BAB 54 B
BAB 55 A
BAB 55 B
BAB 56 A
BAB 56 B
BAB 57 A
BAB 57 B
BAB 58 A
BAB 58 B
BAB 59 A
BAB 59 B
Epilog
Sekuel
Flashback 2

BAB 44

10.3K 699 60
By vkeybooks

Yeay! Bab 44! Almost 50 dan artinya. . . Sebentar lagi kita harus say gbye sama The Secrets of Prince Silas. Btw, Bab 43 sudah update, tapi katanya nggak masuk notif, jadi tolong dicek di profil Key, ya! Btw, Key gak sabar banget kalian baca bab ini, karena menurut Key ini bab yang paling paling seru 🤣🤣🤣

Genks, Key tetap menunggu dukungan dari semuanya, nih. Key tunggu tanda bintang dan kolom komentarnya, ya. Cekidot!

(Pangeran Silas)

(Putri Harmony)

"Jadi, cantik, menu apa yang kau inginkan pagi ini?" Pangeran Silas bertanya santai sambil membuka kulkas yang letaknya di dalam bar. Pangeran itu kembali menjadi cair menjadikan atmosfer ruangan lebih hangat. Tubuhnya sedikit membungkuk untuk melihat isi kulkas yang jauh lebih pendek dibandingkan dirinya. "Well, kita punya apel, pisang, telur, salmon, bayam dan kale. Apa yang kau ingin aku buatkan, Hm?" tanyanya lagi, berdiri tegak untuk menatap Putri Harmony yang duduk di kursi tinggi bar.

Sang Putri sedikit terkejut sebab dirinya sempat melamun memikirkan pernyataan Pangeran Silas sebelumnya. "Eh, aku tidak ingin yang berat untuk sarapan. Buah apel saja cukup untukku."

Pangeran Silas mengangkat satu alisnya. Ia jelas tidak setuju dengan permintaan itu. "Oke, aku akan mengecek apakah ada roti tawar. Aku akan membuat sandwich salmon dengan bayam dan telur. Kau membutuhkan vitamin lebih dari sekedar buah apel."

Putri Harmony tidak ingin berdebat sehingga ia hanya diam saja, memperhatikan Sang Pangeran mengecek isi lemari makanan, mengeluarkan sebungkus roti tawar gandum dari sana.

"Time for cook." Pangeran Silas mengedipkan sebelah matanya pada Putri Harmony sembari membuka jas dan menggulung kemejanya hingga siku.

Putri Harmony menopang dagu, menonton Pangeran Silas yang sangat lincah di dapur. Gerakannya menyiapkan bahan-bahan, memotong sayuran, memanggang salmon. . . Ya ampun, semuanya terlihat luwes. Ia sendiri tidak yakin bisa melakukannya.

"Silas," tegur Putri Harmony setelah menikmati pemandangan.

Pangeran Silas mengangkat kepalanya dari aktivitas memanggang salmon. "Ehem?"

"Apa kau punya makanan favorit? Maksudku, aku hampir tidak pernah memasak untukmu. Kau tidak pernah ikut makan di istana. Aku hanya tahu kau menyukai coconut black rice dari Bibi Latifa di Beverly Hills waktu itu," jelas Putri Harmony.

Pangeran Silas tertawa rendah. Matanya mengerling nakal pada Putri Harmony. "Jadi, sekarang tentangku, Hm? Kau sedang mencoba mengenalku?"

"Aku menyukai makanan berempah tinggi-makanan Asia." Pangeran Silas mengulurkan sepiring sandwich salmon lengkap dengan telur dan bayam. "Aku suka nasi briyani, kebab, samosa dan semacamnya. Apa kau tahu menu itu? Apa kau pernah memakannya?" Jelas nada Pangeran Silas adalah nada mencela. Pria itu berdiri sambil melipat kedua tangan.

Putri Harmony mengerutkan dahi. Dia menyesal tidak mengetahui menu itu, bahkan mendengarnya.

"Itu makanan khas darimana ibuku berasal. Hanya ibuku yang bisa membuatkannya dengan rasa yang sangat lezat," lanjut Pangeran Silas.

"Aku akan mencoba mencari tahu, Silas. Jika aku bisa, aku akan mencoba membuatkannya untukmu juga," kata Putri Harmony.

Pangeran Silas tersenyum miring. "Selamat mencoba kalau begitu." Lalu berbalik untuk sibuk merebus air dan membuat susu khusus ibu hamil.

"Silas, apa kau pernah jatuh cinta sebelumnya?" tanya Putri Harmony ketika Pangeran Silas meletakkan susu ibu hamil di hadapannya. Ia lebih tertarik untuk mencoba mengorek lebih dalam informasi tentang Pangeran Silas dibandingkan menikmati sandwich salmonnya.

Pangeran Silas mengangkat satu alisnya. "Pertanyaan sialan macam apa itu? Apa yang sedang kau coba lakukan sebenarnya, Harmony?"

"Aku hanya sedang mencoba mengenalmu. Aku hampir tidak mengetahui dirimu, Silas. Apakah tidak boleh?"

Pangeran Silas mengangguk mengerti. Dirinya kemudian duduk di samping Putri Harmony. Tangannya menyentuh sejumput rambut Sang Putri, menyelipkannya ke belakang telinga dan bergumam, "Boleh, sayang. Biar aku kenalkan siapa ayah dari bayimu."

"Aku tidak pernah jatuh cinta, Harmony. Aku tidak pernah menjalin hubungan sejenis itu. Bukankah aku pernah mengatakannya padamu?" Pangeran Silas mengelus-elus lembut pipi istrinya yang mulai berisi. "Well, aku pernah punya mantan dan berkencan. Tapi mereka punya kriteria khusus." Ada nada terselip di balik suara Pangeran Silas dan kedua mata cokelat pangeran itu berbinar penuh arti.

"Satu, Emily, super model pakaian dalam. Dua, Miranda, pelayan toko pakaian. Dan terakhir, Brianna, putri kecantikan di tahun 2015." Mata Pangeran Silas berkilat ketika mengucapkan kalimat akhirnya. "Seharusnya tidak sulit menemukan fotoku dan mereka di mesin pencari. Aku pernah mengklaim mereka di publik dan membawa mereka ke beberapa acara untuk menemaniku."

"Brianna?" gumam Putri Harmony pelan. Namanya tentu tidak asing di telinganya.

"Ya, mantan Magnus," sergap Pangeran Silas cepat.

"Harmony, Brianna adalah putri kecantikan yang cerdas. Aku mengakui kecantikannya dan kelihaiannya di ranjang. Dia punya seks yang hebat. Aku selalu puas tidur dengannya, sayangnya, dia murahan." Pangeran Silas menyebut kata terakhirnya dengan nada pedas.

"Silas, aku tidak bertanya apapun soal itu. Aku pikir sandwich-nya mulai dingin." Rasanya mual mendengarkan Pangeran Silas mendeskripsikan Brianna dan bayangan akan salmon membuat Putri Harmony lebih ingin muntah.

Senyum miring muncul di bibir Pangeran Silas melihat Putri Harmony menusuk-nusuk salmon dengan enggan. "Setidaknya, kau perlu mengetahui kebenaran sebelum menganggapku pengkhianat."

"Aku pikir aku tidak bisa makan salmonnya," ucap Putri Harmony, menyingkirkan salmon dari sandwich-nya.

"Aku menyelamatkan Magnus dari pernikahan dengan perempuan murahan. Setidaknya, dia bisa mencari perempuan yang benar-benar murni untuk menjadi ratu masa depan."

Narasi Pangeran Silas jelas membuat Putri Harmony tidak nyaman. Ia bergerak gelisah di kursinya, berusaha untuk menyantap sandwich dan menelannya susah payah. Dia tidak ingin melihat pancaran bola mata Pangeran Silas.

"Lucu memang. Aku diklaim sebagai perusak hubungan kakakku sendiri. Faktanya, aku adalah penyelamat. Magnus tidak tahu kalau Brianna hanya ingin kekuasaan. Perempuan itu gila pengakuan. Bukan hanya wartawan yang berhasil mengambil gambar Brianna masih menemui mantan kekasihnya di apartemen mereka, aku yang memergokinya sendiri dengan mata kepalaku. Brianna menemui mantannya di pub. Kakakku yang bodoh itu hanya termakan cinta, perasaan omong kosong sampai dia tidak mau percaya pada media, well, oke. . . Katakan media suka bergosip dan melebih-lebihkan, tapi si bodoh itu bahkan tidak percaya padaku, adiknya sendiri." Pangeran Silas kali ini serius mengatakan kebodohan Pangeran Magnus. Kecerdasan akademis dan politik pewaris utama tahkta Kerajaan Wealthbridge itu ternyata tidak secerdas kecerdasannya soal perempuan.

Keluarga kerajaan menganggap Pangeran Silas rendahan, memalukan dan bodoh mengencani seorang pelayan toko. Faktanya dia punya selera tinggi. Miranda bisa memuaskannya di mana pun, kapan pun, bagaimana pun. Dan Pangeran Silas sangat cerdas karena hanya ingin kepuasan bukan komitmen.

Diam-diam, Putri Harmony tertarik mendengar kisah Brianna.

"Aku memakai diriku sendiri sebagai umpan. Aku bertemu Brianna pertama kali di pub yang sama tempat dia menemui mantan kekasihnya. Dan pertemuan itu semakin menguatkan siapa Brianna. Dia tahu aku adalah adik Magnus. Kami mengobrol ringan seputar hal-hal omong kosong. Aku berani yakin dia tidak mabuk anggur sama sekali saat kita mengakhiri malam itu dengan seks."

"Well, Brianna sangat panas, jadi aku pikir tidak ada salahnya menawarkan hubungan padanya. Dia mengatakan padaku tidak bisa meninggalkan Magnus, aku membiarkannya, sampai pada akhirnya Magnus menangkap kami menghabiskan malam di apartemen Brianna dan yah. . ." Pangeran Silas terlihat terlalu santai. "I am in trouble. Brianna membela diri, mengatakan aku yang memaksanya. Kemudian, foto-foto kami di pub malam itu tersebar. Brianna membelinya dari pemilik pub dan menjual foto itu pada media. Beritanya kemudian adalah. . . Silas yang meniduri kekasih kakaknya yang mabuk. Lucu bukan?" Pangeran Silas tersenyum mencemooh sambil geleng-geleng kepala jika mengingat masa-masa itu.

"Label cassanova-ku makin kuat di tahun itu. Media mengincarku. Beritanya mulai tidak-tidak, aku menyelingkuhi Miranda, merebut kekasih kakakku. Persetan dengan itu. Mereka pikir aku peduli. Aku hampir tidak peduli sama sekali. Daripada aku pusing dengan gunjingan media dan cemooh keluarga kerajaan, aku memilih menghabiskan waktuku di Asia Selatan. At least, Brianna tidak jadi menikah dengan Magnus dan kakakkku yang bodoh itu terbebas dari tipu daya perempuan semacam Brianna." Pangeran Silas mengelus-elus dagunya. "Bayangkan, sayang, bukankah lebih baik Magnus menangkap Brianna tidur denganku sebelum pernikahan mereka terlaksana dibandingkan dia menangkap Brianna dengan mantan kekasihnya setelah mereka menikah?"

"Labelku sejak dulu sudah trouble maker. Magnus bersih. Kalau dia menikahi Brianna, lalu menemukan pelacur itu tidur dengan mantan kekasihnya, lalu mereka bercerai. Whoa. . . selain Magnus perlu membayar biaya perceraian, pembagian aset, namanya sebagai pangeran juga akan kotor. Bukankah aku sangat baik hati, Harmony?"

Putri Harmony menelan ludahnya susah payah. Sandwich-nya sudah dingin dan ia hanya menyentuhnya sebanyak dua potong. Pertanyaan berdasarkan akal sehatnya pun meluncur lirih, "Apakah kau menikahiku juga untuk menyelamatkan Magnus?"

Hening sejenak. Pertanyaan Putri Harmony jelas di luar dugaan Pangeran Silas.

"Tidak." Pangeran Silas menjawab sungguh-sungguh. Tatapannya tajam ke arah Putri Harmony. "Aku menikahimu untuk menyelamatkan keluargaku, keluargamu dan dirimu."

"Harmony." Pangeran Silas berdiri dari duduknya. Ia menjulang tinggi di hadapan Putri Harmony. Satu tangannya mengambil dagu Sang Putri. "Aku mengakui kebodohan Magnus meninggalkan berlian seperti dirimu. Kau sempurna, Harmony. Kau cantik, murni dan sangat polos. Dan yang terpenting adalah. . ." Mata Pangeran Silas berkilat sensual. "Kau bisa memuaskanku di ranjang."

"Tidakkah kau merasakan, Harmony, betapa aku bisa kehilangan kontrol saat denganmu?" Pangeran Silas memberikan tatapan yang bisa membuat semua perempuan mengemis untuk disentuh olehnya. "Kau membuatku tidak bisa lepas. Aku selalu memikirkanmu. . . ." Pangeran Silas mendekatkan wajahnya, menyentuhkan hidungnya pada hidung Putri Harmony. ". . .dirimu dan sentuhanmu," bisiknya menggoda.

"Aku selalu ingin menyentuhmu. . . ." Pangeran Silas berbisik sensual di atas bibir Putri Harmony, ". . . lebih banyak, lebih dalam."

"Jika kau sedang tidak hamil, aku akan membantingmu ke atas meja bar, menyetubuhimu dari belakang, keras dan dalam sampai kau berteriak nikmat." Pangeran Silas menguapkan napas dari mulutnya. "Oh, sayang, kau hanya tidak tahu betapa nyeri tubuhku."

"Apa. . . Apakah hanya tubuhku?" tanya Putri Harmony lirih. Dirinya nyaris kehilangan akal sehat dengan hawa panas yang menguar dari tubuh Pangeran Silas di hadapannya.

Senyum miring muncul di bibir Pangeran Silas dan matanya menunjukkan kebekuan. Ia justru balik memberikan sederet pertanyaan tanpa henti. "Jika aku meminta lebih, apa kau akan memberikannya, Hm?"

"Jika aku meminta seluruh hidupmu, apakah kau akan memberikannya padaku, Harmony?"

"Jika kau bisa menjawab pertanyaanku, maka aku akan menjawab pertanyaanmu," kata Pangeran Silas, melepas pagutan tangannya pada dagu Putri Harmony.

"Habiskan sarapanmu," perintah Pangeran Silas, berjalan memutari bar, menuangkan anggur ke dalam gelas.

"Silas, apakah semalam belum jelas?" Entah keberanian darimana, Putri Harmony berani mengungkapkan isi kepalanya.

Pangeran Silas menghentikan gerakannya yang akan menegak anggur.

"Jawabannya ya. Aku mau hidup denganmu selamanya. Alasan apa yang bisa membuatku pergi? Aku tidak bisa lari, Silas. Di sini. . . ." Putri Harmony menyentuh perutnya. ". . .bayimu."

"Ini." Putri Harmony mengangkat tangannya, menunjukkan cincin yang diberikan Pangeran Silas padanya. "Aku tidak akan melepaskan cincin Magnus jika aku tidak berkomitmen untuk hidup denganmu."

"Silas, ketika aku mengatakan Magnus perlu menyesali keputusannya, aku tidak sedang terbuai olehmu. Aku sadar dengan apa yang kukatakan. Yang aku tahu adalah aku takut kehilanganmu, takut kau pergi meninggalkanku seperti Magnus. Aku tidak bisa membayangkan kau menyendiri, sedih dan terluka. Aku nyaman saat kau ada di sisiku. Aku. . . ." Putri Harmony mengigit bibir bawahnya gugup. Menghela napas panjang, tiga kata keluar dari bibirnya, "Aku mencintaimu, Silas."

Aku mencintaimu, Silas.

Kalimat itu seperti terputar berulang-ulang di sekitar ruangan. Pangeran Silas membeku. Matanya menatap tajam Putri Harmony. Oke. . . Ini bukan pertama kalinya seorang perempuan mengungkapkan perasaan padanya. Akan tetapi, satu ini di luar dugaannya, di luar akal sehatnya. Biasanya ia selalu punya ekspetasi terlebih dahulu sebelum seorang perempuan mengungkapkan perasaan padanya sehingga ia bisa mempersiapkan kalimat penolakkan yang paling mematikan.

Tapi ini Putri Harmony. . .

Yang dia tahu Putri Harmony mencintai Magnus. Hatinya untuk Magnus. Namun sekarang. . .

Jika dia bisa mengatakan ini mimpi, faktanya bukan mimpi. Pangeran Silas tahu ini nyata dan baru semenit yang lalu Putri Harmony mengatakan mencintainya, di hadapannya.

Dalam gerakan cepat, Pangeran Silas berdiri menjulang di hadapan Putri Harmony. Kedua tangannya mencengkram erat kedua pipi Putri Harmony dan bibirnya tanpa waktu mencium bibir Putri Harmony, melumatnya dalam, mengigit dan apapun yang bisa dilakukannya untuk menyalurkan emosinya.

Putri Harmony sampai bersandar pada meja bar , nyaris oleng, tak mampu mengimbangi ciuman Pangeran Silas yang tergesa-gesa.

"Harmony." Pangeran Silas mendesis setelah menyudahi ciuman mereka. Tangannya memagut kuat dagu Putri Harmony. "Tidak seharusnya kau mengucapkan perasaanmu sebelum aku menyampaikan beritaku."

"Tatap mataku, Harmony. Tatap mataku. Lihat aku," suruh Pangeran Silas tegas.

Putri Harmony mengangkat matanya untuk menatap ke dalam mata Pangeran Silas. Astaga. . . Apakah Pangeran Silas marah?

"Katakan padaku, apa benar kau mencintaiku?" tanya Pangeran Silas tajam.

Putru Harmony hanya sanggup menganggukkan kepala.

"Aku menghendakki mulutmu. Kau punya mulut," desis Pangeran Silas.

Putri Harmony memejamkan matanya. Tidak tahukah Pangeran Silas rasanya sulit untuk mengungkapkan sebuah perasaan?

"Ya." Putri Harmony menjawab di tengah helaan napasnya. "Aku mencintaimu, Silas. Maafkan aku kalau kau tidak menyukainya. Aku tidak memaksamu untuk membalas perasaanku. Aku tahu aku naif, aku. . ."

Tawa keluar dari bibir Pangeran Silas. Tawa ironi.

"Tuhan sedang berpihak padaku sepertinya," gumam Pangeran Silas membuat dahi Putri Harmony berkerut.

"Apa aku masih perlu menyampaikan berita bahagia ini, sayang? Apa kau masih ingin mendengar berita bahagia dariku?" Pangeran Silas menyindir sinis. "Lima menit yang lalu kau mengatakan mencintaiku. Satu menit kemudian kau akan meragukan perasaanmu. Percaya padaku."

"Apa?" Putri Harmony tak mampu memahami kata-kata Pangeran Silas.

"Dengarkan aku baik-baik, Harmony. Aku tidak akan mengulanginya." Pangeran Silas menipiskan bibirnya membentuk garis keras. Tatapan matanya dingin saat menatap Putri Harmony. "Magnus kembali. Kekasih sejatimu itu sudah pulang ke istana dan dalam hitungan delapan jam dia akan datang ke sini untuk menjemputmu."

Dan kini Putri Harmony yang membeku.

Magnus kembali.

Magnus pulang ke istana.

Magnus akan menjemputmu.

Mimpi itu. Mimpi Pangeran Magnus kembali.

"Jadi, Harmony, apa kau masih mencintaiku?"

"Kau yakin ingin pergi sendiri? Kau tidak ingin ditemani olehku? Mungkin beberapa pengawal bisa mengawalmu?" Phill Ronan bertanya ketika Pangeran Magnus sedang mengancingkan kancing teratas kemeja putihnya sambil memastikan penampilannya sudah rapi. Beberapa menit yang lalu, anak buahnya memberikan informasi yang tentunya membuat hatinya tak menentu. Mereka berhasil mengikuti mobil Pangeran Silas, mengetahui keberadaan pangeran itu dan di mana adiknya itu menyembunyikan Putri Harmony.

"Aku yakin, Phill. Tidak apa-apa. Silas tidak mungkin melakukan sesuatu yang buruk padaku," kata Pangeran Magnus, meyakinkan Phill Ronan yang jelas-jelas tidak percaya semudah itu anak buah Pangeran Magnus membuntuti Pangeran Silas.

Bertahun-tahun dipakai Raja Maranello untuk melacak keberadaan Pangeran Silas, butuh otak yang cerdik, gerakan yang lincah serta waktu yang lama untuk menemukan tempat pangeran yang entah berapa banyak properti miliknya. Terakhir kali dia bahkan harus merelakan tangannya patah hanya karena membuntuti Pangeran Silas dan Putri Harmony, lalu sekarang anak buah Pangeran Magnus. . .

Phill Ronan yakin Pangeran Silas memiliki rencana sehingga pangeran itu datang ke istana seolah tak bersalah, kembali ke tempat persembunyiannya seolah dirinya tak bersembunyi dan memudahkan anak buah Pangeran Magnus mengetahui keberadaannya. Orang seperti Pangeran Silas tidak mungkin tidak berpikir jika Pangeran Magnus bisa menyuruh mata-mata untuk membuntutinya, kan? Satu lagi, Pangeran Silas yang cerdik tidak mungkin tidak menyadari ketika dirinya diikuti.

"Bagaimana bisa kau berkata begitu? Dia sudah jelas mengagalkan pernikahanmu, menyembunyikanmu, melukaimu dan kau masih bisa mengatakan dia tidak akan melakukan sesuatu yang buruk padamu?" Inspektur Phill geleng-geleng kepala tak percaya. "Magnus, kau terlalu baik hati. Hatimu terlalu suci."

"Tidak, Phill. Aku tahu seperti apa adikku. Aku tahu adikku tidak mungkin membuatku terluka sampai pada titik nol," ucap Pangeran Magnus.

"Terserahmu saja." Phill Ronan lelah mendengar kelunakan hati Pangeran Magnus pada Pangeran Silas. Sejak dulu. Inspektur itu memilih untuk membanting bokongnya di atas sofa di dalam ruangan kerja Pangeran Magnus. "Sebagai kepala tim keamananmu, aku akan tetap menyuruh anak buahku mengawalmu. Tidak peduli kau mau atau tidak. Kau tidak boleh menolak," ucap Inspektur Phill.

Pangeran Magnus tertawa. "Jadi sekarang kau berani mengeluarkan ultimatum untuk pangeran?" godanya iseng.

Inspektur Phill memutar kedua bola matanya. "Demi keselamatan raja masa depanku, katakan saja ya."

"Well, oke, karena inspekturku memaksa, aku akan menurut," kata Pangeran Magnus. Dirinya kemudian memandangi sekali lagi cermin di hadapannya. "Phill, aku benar-benar gugup. Rasanya berdebar. Kau tahu, aku sangat merindukan Harmony. Harmonyku." Pangeran Magnus memejamkan matanya, membayangkan wajah Putri Harmony. Kecemberutan Harmony. Senyum Harmony. Tawa Harmony. Dia ingin mendapatkan semuanya itu kembali. Untuknya. Hanya untuknya.

"Apa benar Magnus kembali?"

Pada akhirnya, Putri Harmony bisa menemukan suaranya. Perempuan itu bertanya lirih, masih berusaha menenangkan perasaannya yang berantakan, pun pikirannya yang kacau.

Pangeran Silas tersenyum miring. "Ya. Dia kembali. Mau menjemputmu. Kau senang mendengarnya?"

"Apa kau sudah menemuinya?" tanya Putri Harmony pelan.

"Tentu." Pangeran Silas menjawab ringan. Matanya berkobar ketika mengucapkan kalimat selanjutnya,
"Dia adalah pelaku yang memblokir seluruh akses penerbangan atas namaku. Dia yang membatalkan penerbanganku untuk membawamu ke Maldives. Tapi kurasa, itu tidak jadi masalah untukmu, bukankah kau senang sebentar lagi kau bisa kembali ke pelukan pangeran yang sudah kau impikan sejak lama?"

Pangeran Silas terus-menerus mengeluarkan kalimat yang justru semakin membuat jantung Putri Harmony berdebar keras.

"Apa. . . Apa dia tahu hubungan kita?"

Pertanyaan yang jelas membuat Pangeran Silas semakin menguarkan hawa dingin tak tersentuh.

"Tentu, sayang." Pangeran Silas tersenyum sinis. "Sorry, sayang, kau sepertinya tidak akan suka mendengar kenyataannya. Aku rasa ini adalah berita buruk untukmu. Tapi faktanya, Magnus tahu aku sudah menikahimu. Magnus tahu kau sedang hamil. . . mengandung anakku."

Putri Harmony mengigit bibir bawahnya gelisah. Hatinya dipenuhi kekhawatiran, ketakutan, entah perasaan tidak tenang apa yang merasukkinya.

"Kenapa. . . Kenapa kau bicara begitu, Silas?" bisik Putri Harmony lirih.

"Oh, maaf." Pangeran Silas tersenyum enteng "Ada bagian kalimatku yang salah?"

"Silas, kumohon berhenti main-main."

"Well, oke, Yang Mulia Putri. Jadi. . ." Pangeran Silas sengaja melirik arloji di pergelangan tangannya. "Kau masih punya delapan jam sampai Magnus datang kemari menjemputmu. Delapan jam adalah waktu yang lumayan."

"Mau menghabiskan waktu selama delapan jam bersamaku? Aku mungkin bisa membantumu mengenali perasaanmu," tawar Pangeran Silas. Tawarannya jelas bukan tawaran yang terdengar romantis. Pangeran itu justru tampak dingin, keras dan tak tersentuh.

"Pilihanmu. Kamar atau dapur?" sambung Pangeran Silas lagi.

Putri Harmony tidak mampu menemukan suaranya untuk menjawab Pangeran Silas.

COPYRIGHT 2019 by V.K.
All Right Reserved.

Continue Reading

You'll Also Like

8.4K 716 13
A sexy single dad and nanny romance by Zara S. Jenkins Start: Sunday, 19 February 2023 | 1:19 AM End: -
5.6K 549 10
00'dream-aespa high school oneshot collection - 🐰⭐, πŸ¦ŠπŸ¦‹, 🐢❀, πŸ»πŸŒ™
991K 146K 49
Awalnya Cherry tidak berniat demikian. Tapi akhirnya, dia melakukannya. Menjebak Darren Alfa Angkasa, yang semula hanya Cherry niat untuk menolong sa...
37.2K 4.1K 17
[AFTER LIE WITH ME] Antonieta Damiano adalah seorang diva yang cantik, cerdas, dan memiliki suara merdu yang membuatnya digandrungi para pria. Namun...