DIMENSI (Completed)

By prlstuvwxyz

594K 69.8K 13.3K

[FOLLOW SEBELUM MEMBACA♡] Dulu, ketika dompetku kecopetan, aku berdoa supaya uang bergambar monyet di dalamny... More

Prolog
1. Dimensi Setelah Kepergianmu
2. Dimensi Baru
3. Dimensi Permulaan
4. Dimensi Tikungan
5. Dimensi Kecipratan
6. Dimensi Ultraman
7. Dimensi Durian
8. Dimensi Nyi Pelet
9. Dimensi Gaplek
10. Dimensi Dora
11. Dimensi Obat Nyamuk
12. Dimensi Gelang Punk
13. Dimensi Berhutang
14. Dimensi Geregetan
15. Dimensi Nyamuk
16. Dimensi Nenek PMS
17. Dimensi Sales Rokok
18. Dimensi Perdebatan
19. Dimensi Ultraman Seribu Bayangan
20. Dimensi Tinta Cumi-cumi
21. Dimensi Kejeblos
22. Dimensi Ikan Lohan
24. Dimensi Engsel Pintu
25. Dimensi Betis Berotot
26. Dimensi Siloka dan Salaka I
27. Dimensi Siloka dan Salaka 2
28. Dimensi Siloka dan Salaka 3
29. Dimensi Tawon
30. Dimensi Gedung Kosong
31. Dimensi Cuci Piring
32. Dimensi Kurang Micin
33. Dimensi Angkot
34. Dimensi Putih Abu-Abu
35. Dimensi Class Meeting
36. Dimensi Putih-putih
37. Dimensi Chatingan
38. Dimensi Sor
39. Dimensi Kuliah
40. Dimensi Rumah Pak Joko
41. Dimensi Kepuasan
42. Dimensi Kampung Durian Runtuh
43. Dimensi Ilmu Kebal
44. Dimensi UGD
45. Dimensi Air Kobokan
46. Dimensi Akhir
47. Dimensi Tobot
48. Dimensi Jomlo
49. Dimensi Tutorial
50. Dimensi Aman
51. Dimensi Pemanasan
52. Dimensi Menguap
53. Dimensi Buaya
54. Dimensi Rapopo
55. Dimensi Panas
56. Dimensi Ghibah
57. Dimensi Pendiam
58. Dimensi Bersama Bapak
59. Dimensi Kamar Mayat
60. Dimensi Merbabu

23. Dimensi Melepuh Bersama Aspal

9.5K 1.1K 134
By prlstuvwxyz

Setelah berusaha keras mengejar Ansel yang melajukan sepedanya cukup kencang, Kuvvi berhasil menyusul. "An, jangan lupa kamu bawa hewan. Kasian ntar mabok. Jangan cepet-cepet." Ansel memang sempat melupakan hal itu. Setelah diperingati Kuvvi, ia pun memelankan kayuhan sepedanya.

Kini, mereka berdua mengayuh sepeda dengan santai. Ansel di sebelah kiri, sementara cewek itu di sebelah kanan agak berdekatan. Sembari menelusuri jalanan yang cukup sepi, cewek yang kakinya masih berlumur becekan pasar mengajak Ansel mengobrol santai. Meski hanya direspon seadanya, ia tetap tidak berhenti mengoceh.

"An, besok sekolah gak?"

"Hm."

"Besok ada matpel olahraga? Kita praktek olahraga lari berapa putaran?"

"Satu."

"Sekali putaran, setengah putaran, bersihkan sel kulit mati dan kotoran. Tar-putar di wajah, bilas. Multivitamin." Kuvvi menyanyikan jargon iklan salah satu produk skin care. Ansel yang sibuk memperhatikan jalanan di depan, hanya diam saja karena tidak mengerti apa yang dinyanyikan cewek itu. Kalau jargon iklan sosis so nice, tinggal lep, Ansel tahu, atau Oreo, diputar, dijilat, dicelupin, karena ia menyukai semua makanan itu.

Kuvvi yang merasa tidak direspon sontak berceletuk. "Nggak tahu ya, An, iklannya? Oh iya, itu kan iklan skincare. Yaudah. Aku punya tebak-tebakan. Kalo kamu diem, berarti kamu gak tahu jawabannya. Yang artinya kamu gak hebat," ujar Kuvvi bercanda.

"Kalo tukang becak jadi presiden, tukang gali kubur jadi presiden, terus tukang bubur jadi presiden, presiden jadi apa?" Kuvvi memulai tebak-tebakannya.

Sungguh, Ansel benar-benar tahu jawabannya. Hanya saja, ia malas menjawab. Mungkin hampir seluruh umat manusia tahu jawabannya. "Gak tahu, ya, An?" Kuvvi menunggu beberapa detik. "Jadi banyak dong. Kalo semua jadi presiden, ya presiden jadi banyak. Ah, gak hebat Ansel Garabaldi."

Kuvvi melanjutkan tebak-tebakannya. "An, coba tebak! Kenapa sih jalan kereta pake batu kerikil?"

Melihat Ansel nampak berpikir, Kuvvi langsung menjawab. "Ya, karena kalo pake kacang sukro, pasti habis diambil anak-anak." Ansel hampir mengumpat ketika mendengar jawaban Kuvvi. Sementara Kuvvi terlihat puas sekali.

"Lagi, lagi! Band, band apa yang buru-buru? Tergeisha-geisha." Kuvvi kembali melemparkan tebakan, namun langsung ia jawab sendiri tanpa menunggu jawaban Ansel.

"An, kamu suka Coldplay?" tanya Kuvvi setelah meredakan tawanya karena menertawakan tebak-tebakannya yang garing.

"Iya."

"Sama, aku juga. Kamu tahu nggak, nama band pesaing Coldplay? ... Hotpause." Sudut bibir Ansel hampir saja tertarik, mendengar tebak-tebakan Kuvvi. Secara logika sih, masuk akal.

"An, prank, prank apa yang kurang enak didengar? ... Cem-prank! Kayak suara aku hehe."

"Pasti di dalem hati kamu jawab, 'nah itu lo tahu!', iya, kan?" sambung Kuvvi.

"Kamu tahu nggak apa penyebab utama banjir di jalanan perumahan? ... Polisi tidur yang ileran. Kue, kue apa yang selalu salah tapi nggak mau ngaku? LEMPER batu sembunyi tangan. An, kucing jualan kuetiaw namanya apa? Kuemiau," lanjut Kuvvi tanpa memberi kesempatan cowok di sebelahnya menjawab.


"Kamu tahu Harry Potter? Itu lhoo yang punya lawan---jualan groceries: voldemart." Ansel sempat mengoreksi kata-kata Kuvvi, Voldemort. "Nah, kenapa tanda petir di jidat Harry Potter warnanya hitam? ... Karena kalo merah namanya Harry Libur dong." Kuvvi tertawa, sementara Ansel nyaris mengikuti.

"Coba ini! Artis, artis apa yang paling kuat? ... Ayu ting-ting. Kenapa? Karena dia ke sana ke mari membawa alfamart." Kuvvi sekalian menyanyikan lagu pedangdut itu.

"Garing ya? Biarinlah. Sekarang kita ke soal matematika! Satu tambah satu berapa?"

"Dua."

"Salah! Yang bener segalanya. Kalo satu dikurang satu berapa?"

"Nol."

"Salah! Satu dikurang satu sama dengan hampa." Ansel menyesal mengapa mau-maunya ia menjawab.

"Udah ah, jangan main tebak-tebakan, sudah bukan lagi kamusku untuk menerka sesuatu yg membisu," ucap Kuvvi dengan nada sedikit dibuat-buat. Yang mengajak main tebak-tebakan siapa? Yang sok lelah siapa.

Hampir separuh perjalanan telah mereka tempuh. Kayuhan sepeda mereka sangat lambat karena takut hewan yang mereka bawa ketakutan atau pun stres. Namun, bukan Kuvvi namanya jika bisa diam. Ia kembali memulai percakapannya dengan Ansel.

"An, pernah gak sih kamu mengamati sesuatu yang ada di sekitar kamu sendiri? Terkadang, kita terlalu sibuk dengan dunia kita sendiri sehingga kita lupa kalau di dekat kita ada banyak hal yang bisa kita ambil maknanya. Maksudnya, banyak hal di dunia ini yang mempunyai makna kehidupan." Sepertinya pembicaraan Kuvvi kali ini agak serius, dan Ansel mulai agak tertarik dengan lanjutan ucapan Kuvvi.

"Kamu lihat pohon-pohon di samping kita." Kuvvi menunjuk pephonan yang memagari jalanan. "Di pinggiran jalanan ini." Ansel pun mengikuti arah telunjuk Kuvvi.

"Coba deh kamu perhatiin tuh pohon. Mereka hidup tanpa bisa memilih mau ditempatin di mana. Ada yang di pinggir jalan, hutan, atau di tempat yang tandus. Mereka cuma bisa diam, berharap hujan turun atau ada seseorang yang mau menyirami mereka. Di saat nggak ada yang peduli dengan mereka, mereka gak ngeluh 'ah capek deh gue jadi pohon, pengen jadi umbi-umbian aja'." Ansel menyetujui pendapat Kuvvi. Karena memang banyak dari kita suka mengeluh ketika keinginan tidak terwujud. Bahkan, terkadang kita malah marah sama Allah, kenapa sih kita diciptakan dengan segala kekurangan yang ada.

"An, aku mau kok jadi bijak tiap hari asal kamu dengerin kayak tadi. Kamu kayak serius banget. Oh iya, btw, kata-kata bijak itu aku nemu di google, terus aku hafalin biar kelihatan pinter," ucap Kuvvi berbohong. Entah mengapa, setelah mengucapkan kata-kata itu, Ansel tersenyum tipis. Untungnya Kuvvi tidak lihat, karena kalau lihat, ia bisa melepuh bersama aspal saking senangnya.

Udah lama banget updatenya, dikit pula! Ayo marahin alipe :v

Sampai ketemu lagi yaa. Selamat lebaran. Maaf kalo banyak salah. Semoga kalian selalu bahagia🖤

Nih, dapet salam dari Ansel Garabaldi 😎

Continue Reading

You'll Also Like

1.5M 73.7K 61
LO PLAGIAT GUE SANTET 🚫 "Kita emang nggak pernah kenal, tapi kehidupan yang Lo kasih ke gue sangat berarti neyra Gea denandra ' ~zea~ _____________...
1.5M 61.6K 18
(Reading list cerita pilihan bulan Februari 2022 @wattpadromanceid) Sebagai penata rias di salah satu rumah produksi besar, Zanna sangat mengetahui k...
72.2K 12.6K 24
Flower Series by Karos Publisher Kampus Series Jilid II by Oktyas Tujuan Shanin berkuliah di Universitas Tunas Nusantara selain menuntut ilmu adalah...
653K 74.1K 33
Satya, single parent yang bercerai 9 tahun yang lalu ketika anaknya baru berusia 9 tahun. Ini cerita tentang hiruk pikuknya sebagai seorang ayah yang...