Haunted Spirit [Selesai]✓

Bởi cndyllia

65.5K 8.9K 4.6K

[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Indigo, satu kata yang membuat hidup Kinan terasa menyiksa. Kelebihan yang dimilikin... Xem Thêm

Prolog
01. Pertemuan
02. Tolong Aku
03. Teman Baru
04. Perjanjian
05. Suara Itu...
06. Firasat
CAST
TRAILER
07. Gadis Itu...
08. Surat Misteri
09. Ada Apa?
10. Arga atau Moura
11. Merasa Bersalah
12. Curiga
13. Memastikan Kecurigaan
14. Faktor Internal
15. Sebuah Ide
16. Rumah Arga
17. Rumah Sakit
18. Ke 17
19. Perasaan
20. Apa benar, Alex?
22. Keterlibatan Andra
23. Andra Terancam
24. Perasaan David
25. Pelaku Tertangkap
26. Di Antara Arga dan Andra
27. Tetaplah Bersamaku
28. Andra Berubah
29. Apa ini Akhir?
30. Merelakan
Epilog
Author Bertanya
Order yuk!

21. Pertolongan Nyawa

1.1K 150 8
Bởi cndyllia

Luka bertemu luka, tangis bertemu tangis, dan benci bertemu benci. Ini semua seperti sebuah drama yang disengaja, dan kamu adalah awal dari semua drama ini.~Kinandita.

Pa kabar pembacanya Haunted Spirit? Semoga sehat ya.

Vote, komen dan share.

*******

Andra memandangi pintu ruangan operasi di depannya dengan tatapan cemas. Kejadian di mana Kinan tertembak dengan darah segar mengalir deras di punggung gadis itu terekam jelas di benak Andra. Tubuh gadis itu yang terlihat tak berdaya juga membekas di benaknya. Rasa khawatir serta rasa takut menggerogoti tubuh Andra. Apakah Kinan baik-baik saja? Andra terus saja memikirkan hal itu.

David mendekat ke arah Andra yang duduk di bangku panjang depan ruang operasi. Reyya yang berdiri di samping David ingin bertanya kenapa David pergi ke tempat Andra, tapi, ia batalkan, Reyya tak mau memperburuk keadaan, tapi sebagai gantinya Reyya hanya bisa mengikuti David.

"Pasti lo yang lakuin semua ini, kan?!" David bertanya dengan suara tajam.

Andra mendogak. Ia lalu membuang muka. Sedang tak ingin berdebat.

"Denger ya, lo harus bertanggung jawab atas apa yang menimpa Kinan!" David menarik kerah seragam Andra. Reyya tak hanya diam, ia segera menahan gerakan David.

"Udah Dav, sabar. Kita juga nggak tahu pasti siapa pelakunya."

David memandang Reyya yang menahan tangannya. Melihat wajah tulus gadis itu, amarah David seolah menghilang. Reyya menggenggam tangan David dan membawanya ke sebuah kursi panjang yang sedikit jauh dari Andra.

Andra menatap kepergian dua orang itu dengan tatapan kosong. Sekarang otaknya benar-benar tak bisa diajak berpikir. Itulah kenapa ia tidak melawan ketika David menyerangnya.

Beberapa menit lalu Andra mengirim pesan ke id Reyya, bahwa Kinan kecelakaan, tapi, Reyya malah mengajak David, orang yang paling ia benci itu.

Reyya menghampiri Bibi Ima yang berdiri di depan pintu ruang operasi. David mengikuti di belakang. Ketika melewati Andra yang duduk di depan ruang operasi tak sengaja matanya bertemu dengan mata Andra. Emosi langsung membara di ubun-ubun kepala David. Ia serasa ingin mencakar Andra yang menatapnya dengan tatapan aneh itu.

Sebenarnya mau tu orang apa sih? Nggak cukup dia udah mencelakai Kinan? David yang tak tahu apa-apa menggeram dalam hati.

Reyya mengelus pundak Bibi Ima. "Bi, yang sabar ya! Kinan pasti kuat."

Bibi Ima memandang Reyya, Bibi Ima meraih tangan Reyya yang mengelus pundaknya, dengan tangan bergetar, Bibi Ima menggenggam tangan Reyya. "Kinan itu nggak sekuat tampilannya. Dia aja kalau pusing tubuhnya langsung down. Bibi nggak tega lihat dia dalam kondisi seperti ini, Neng Reyya."

Reyya balas menggenggam tangan keriput Bibi Ima. "Yang terpenting kita udah berusaha menolongnya dengan doa, Bi."

Mata Bibi Ima mulai berkaca-kaca. Segera ia menghapusnya. "Kemarin malam, Non Kinan bahagia banget bisa pergi lomba paduan suara di sekolahnya, sekarang kebahagian di wajahnya itu sirna. Kinan justru harus berjuang antara hidup dan mati di dalam sana."

Reyya ikut sedih mendengar ucapan Bibi Ima. Kinan memang sangat bahagia bisa pergi lomba vokal minggu depan, tapi, sekarang semuanya seolah sirna karena Kinan harus melewati masa kritisnya.

"Nggak Bi, Kinan pasti kuat, Kinan pasti bisa melewati badai ini." Suara Reyya tercekat karena menahan tangis.

Kecemasan yang melanda Reyya dan Bibi Ima terasa begitu mendalam saat operasi itu belum juga selesai. Kecemasan Bibi Ima bertambah saat orang tua Kinan yang dikabarinya sedari tadi belum juga datang.

Satu jam berlalu, pintu ruangan operasi itu akhirnya terbuka. Seorang laki-laki paruh baya yang lengkap menggunakan pakaian bedah ke luar dengan peluh di dahi.

"Kondisi anak saya gimana, Dok?" Bibi Ima bertanya dengan nada mendesak.

Andra yang duduk langsung berdiri dan mendekat ke tempat di mana Bibi Ima berdiri.

Dokter bernama Anwar itu membuka maskernya. Ia mengembuskan napas pelan. "Anak Ibu sudah melewati masa kritisnya, tapi kondisi tubuhnya terlalu lemah, dia juga kekurangan banyak darah, butuh waktu lama untuk pulih. Sekarang dia mengalami koma. Dan untungnya anak bermana Andra ini membawa Kinan secepatnya ke rumah sakit. Telat sedikit saja mungkin bisa sangat fatal akibatnya."

Seketika semua pandangan tertuju pada Andra. David dan Reyya setengah tak percaya kalau Andra lah yang menolong Kinan.

Bibi Ima terdiam sesaat. Sebelum ia berani bertanya lagi. "Berapa lama dia koma, Dok? Apa dia bisa sadar?"

"Tergantung tubuhnya."

"Kalau begitu boleh saya lihat keadaannya, Dok?"

Anwar mengangguk. "Silakan, tapi para suster akan memindahkannya ke ruangan biasa dulu."

Tepat setelah ucapan Anwar Si Dokter itu selesai, beberapa suster ke luar dari ruangan operasi dan membawa brankar kinan ke ruangan lain yang tak jauh dari sana.

Bibi Ima segera mengikuti. David menarik tangan Reyya untuk segera mengikuti Bibi Ima. Andra entah kenapa tak mampu untuk bergerak, ia mematung di tempat. Melihat Kinan penuh infus, membuat Andra merasa kasihan. Belum lagi sakit yang ditanggung gadis itu. Andra lantas menggeleng, menyadarkan dirinya.

Lo kenapa sih Ndra? Seharusnya lo bersikap biasa aja sama keadaan Si Indigo. Bukan cemas nggak berkesudahan kayak gini. Andra berusaha meyakinkan dirinya agar tak cemas berlebihan dengan keadaan Kinan.

Dugh.

"Maaf, Nak."

Andra memegang tangannya yang tersenggol seorang wanita paruh baya yang kini berlari mengikuti para suster yang membawa brankar Kinan. Andra lalu ikut berlari menghampiri.

Para suster meletakkan brankar Kinan di sudut ruangan yang disekelilingnya terdapat kursi.

Wanita paruh baya yang bermana Rosa itu memeluk Kinan yang terbaring lemah. Air matanya mengalir deras. Sudah lama sekali ia tidak melihat Kinan anak satu-satunya itu. Saat melihat kondisi Kinan seperti ini. Rosa merasa bersalah, ia serasa jahat karena selama ini ia lebih mementingkan pekerjaannya ketimbang menjaga Kinan.

Bibi Ima yang awalnya ingin memeluk Kinan, membatalkan niatnya karena Rosa sudah lebih dulu memeluk Kinan.

"Sayang, kamu kenapa bisa begini? Siapa yang buat kamu begini, Nak?" Rosa mengelus puncak kepala Kinan.

"Udah Ros, Kinan bisa tersiksa mendengar suaramu." Orang yang sedang koma terkadang memang tidak sadarkan diri, tapi sesungguhnya ia bisa mendengar suara di sekitarnya.

Rosa menggeleng. "Nggak Bi, pasti ada yang bikin Kinan seperti ini."

Bibi Ima mengambil oksigen sebanyak-banyaknya. Ia tak sanggup berkata-kata lagi.

"Yang sabar ya, Tan." Reyya berusaha mencairkan suasana.

David tanpa sadar menggenggam tangan Reyya. Reyya menoleh, senyum terukir di bibirnya.

"Gue sedih lihat Kinan terluka kayak gini," ucap David yang diangguki Reyya.

"Arga tahu semua ini nggak?" bisik Reyya di telinga David. David menggeleng. Reyya mengembuskan napas berat.

Semoga Arga ada di sini. Kinan pasti membutuhkan Arga hantu yang dicintainya itu untuk menemaninya, batin Reyya.

******

Arga memandangi Kinan yang terbaring penuh infus. Ia ingin sekali memeluk gadis itu, tapi nyatanya Arga hanya membeku diam dan tak mampu berkata-kata, sudah jelas semua ini salahnya. Iya, sejak tadi Arga menyalahkan dirinya sendiri atas apa yang menimpa Kinan. Jika saja ia tidak pernah meminta bantuan Kinan, Kinan pasti tidak akan terluka seperti sekarang.

Kinan, aku nggak sanggup lihat kamu kayak gini. Lagi-lagi aku cuma bisa menyusahkan kamu. Arga berusaha untuk membendung kepedihan yang mendalam di hatinya. Kinan gadis yang dicintainya kini terluka karena dirinya. Ia merasa bersalah besar.

Hati Arga benar-benar teriris saat melihat Kinan terluka. Harusnya Alex lah yang bertanggung jawab atas semua ini. Kakak laki-lakinya itu telah menghilang entah ke mana. Arga sudah melihat ke rumahnya tadi, tapi Alex tidak ada di sana. Dugaan Kinan benar, bahwa ternyata Kakaknya sendirilah yang telah membunuhnya. Namun Arga sendiri tak tahu pasti apa motif Alex hingga tega membunuhnya.

Andra yang duduk di salah satu kursi panjang, merasakan aura aneh di dalam ruangan Kinan. Bulu kuduknya berdiri. Andra yakin sekali di sekitarnya sekarang ada makhluk halus.

Teman-temannya Si Indigo pasti lagi ngumpul nih di sini. Gue selalu bingung, kok Si Indigo teman tak kasat matanya banyak banget, ya?

Padahal kenyataannya Kinan tidak mempunyai banyak teman hantu, hanya Arga dan Moura.

Ponsel Andra bergetar menandakan ada notifikasi masuk, saat Andra mengecek ponselnya ternyata ayahnya menelepon Andra. Andra mendecih lalu menekan tombol hijau di layar ponselnya.

"Lagi di tempat temen."

"Bentar lagi."

"Sekali aja nggak bentak-bentak bisa nggak sih, Pa?"

Telepon terputus sepihak dari Ayahnya. Andra tersenyum kecut, lalu menyimpan ponselnya. "Semuanya gue pamit dulu."

Dah ... indigo gue mau balik dulu. Rebahan yang enak, ya? Yang penting gue udah nolongin lo.

Andra membuka pintu ruangan Kinan dan pergi meninggalkan Reyya, David, Bibi Ima dan Rosa yang ada di dalam ruangan Kinan.

Arga yang berdiri di dekat brankar Kinan memandangi kepergian Andra dengan tatapan tak suka. Namun sebenci apa pun Arga terhadap Andra tak bisa dipungkiri kalau Andra lah yang telah menyelamatkan nyawa Kinan dan berarti dia berhak melihat keadaan Kinan. Ada rasa cemburu sebenarnya. Jika saja Arga masih hidup ialah yang seharusnya menolong Kinan. Bukan Andra.

"Tunggu." Rosa tiba-tiba saja memanggil Andra.

*******

Đọc tiếp

Bạn Cũng Sẽ Thích

1.4K 182 8
Akan ada dendam manis di setiap takdir yang pahit. Tuhan mengambil orang-orang berharga dalam hidup Sasha. Hingga Tuhan memberikan seseorang yang ta...
22.1K 2.3K 47
"Ngapain lo!" Suara seseorang menyadarkanku, membuatku berbalik lalu menatapnya intens. Cowok belagu lagi. "Menurut lo, gue ngapain disini?" Ucapku s...
4.2K 456 16
Ini bukan tentang ANJAY yang biasa dikatakan oleh orang-orang. Ini kisah tentang kembar lima yang mencoba melindungi keluarganya. Keluarga mereka bis...
14.3K 2.4K 45
[squel Smart or Genius] Takdir memiliki garisnya masing-masing, yang dapat melengkung kapan saja. Ia milik Tuhan, manusia hanya perlu untuk menerima...