Surat Kecil dari Pulau Rintis...

By gadistujuhwarna

27.4K 2.7K 302

Story of BoBoiBoy X Imelda ✨ Season 1. Previous Story: - Next Story: Surat Kecil dari Pulau Rintis (BoBoiBoy)... More

Insiden
Pergi
Halo, Malaysia!
Sambutan 'Hangat'
Sambutan 'Hangat' 2
Selamat Ulang Tahun, BoBoiBoy!
Nina Bobo dan Hari Pertama
Nina Bobo dan Hari Pertama (2)
Nina Bobo dan Hari Pertama (3)
Nina BoBo dan Hari Pertama (4)
Gangguan
Gangguan (2)
Gangguan (3)
Mawar X Melati
Kemenangan Tak Berarti
Gak Iso Turu
Nyanyi!
Taufan
Tak Disangka
Ternyata, Arjuna...
Diculik
Finding Imelda
Finding Imelda (2)
Finding Imelda (3)
Sadar
Tengkar
Tengkar (2)
Fakta
Memori
Berangkat
Ikan Bakar
Malam Terakhir
INFO
Bukan Update

Tadom Hills Resorts

507 55 7
By gadistujuhwarna

Setelah berlayar selama dua jam, kami sampai di tujuan dengan selamat.

Tadom Hills Resorts. Hm... Kesan pertamaku untuk tempat ini adalah panas, menantang, dan indah. Air lautnya tidak terlalu jernih. Dan agak banyak pohon kelapa.

Kami ke Customer Service untuk melakukan daftar dan pengecekan. Satu persatu murid ditanya, ingin bermalam di gubuk, tenda, atau memasang hammock. Tidak ada yang memilih di gubuk dan sebagian besar memilih di tenda. Yang memilih tidur di hammock adalah aku, Brendan, dan lima murid lainnya.

Aku mendapat hammock berwarna jingga, dan hammock-ku berada di tingkat dua. Brendan paling bawah berwarna merah.

Setelah memasang dan menaruh tas di tempat bermalam masing-masing, aku turun dan ke rumah makan bareng Brendan. Saat sarapan bersama sudah tiba.

"Gubuk Makan Besar", itu sebutan tempat yang menjadi ruang makan untuk kita semua di pulau terpencil ini. Jaraknya satu menit dengan berjalan kaki dari tempat bermalam kami. Oya, jarak hammock dan tenda pun dekat, hanya beberapa langkah saja.

Kami duduk lesehan dan mengelilingi meja bundar yang sangat lebar. Dan buruknya, kami tidak bisa memilih menu makanan seperti di restoran. Semua makanan ditentukan oleh guru.

"PAGI NI KITE MAKAN... BUBUR CENTURY!"

"Yeay!"

Guru yang bernama Papa Zola itu menentukan menu pertama kami di Tadom Hills Resorts.

Aku menyikut pinggang Brendan. "Bubur Century? Bubur obat, ya?" tanyaku mengingat nama century adalah toko obat di Indonesia.

"Kosmetik," timpal Brendan. "Kalau boleh milih, aku pengen soto betawi aja, deh,"

"Pft." aku menahan tawa.

Tak lama, bubur ob-- Century itu datang. Aku perhatikan dalam segi penampilan. Apa telur ini diberi tinta? Kenapa ada hitam-hitamnya?

"Dey, jangan tengok je. Makan. Telur bitan tu banyak khasiat," sebelahku -- Hay, laki-laki itu menyuruhku makan.

Aku terkekeh. "Oh? Namenye telur bitan, e? Kuingat telur asin,"

"Hahaha. Beda sikit je dengan telur asin," dia menutup pembicaraan dan mulai menyantap sarapannya.

"Telur bitan," bisikku pada Brendan.

"Apaan? Telur titan?" wajahnya panik.

Aku menepuk jidat. "Bitan!" suara bisikku agak diperbesar. "Makan aja, daripada kelaperan nanti,"

"Iye," logat Betawinya kembali keluar dan memakan bubur itu.

---

Malam pertama kami di Tadom Hills Resorts hampir tiba.

Siang tadi, banyak murid yang kelelahan akibat perjalanan kemari. Jadi, hari ini free. Tapi, tidak untuk aku dan Brendan. Sesekali kami mencoba flying fox dan menyelam di laut cetek. Baju basah kami belum diganti :")

"Mel," panggil bocah itu.

Aku yang sedang menyeruput es kelapa menoleh. Ekspresinya terlihat bingung dengan rambutnya yang mulai kering. Salah satu kakinya terangkat.

"Aku bingung,"

"Cih, manusia kayak kamu ternyata bisa bingung juga," tukasku cepat.

"Namanya juga manusia," dia menghela napas. "Kayaknya aku suka sama cewek lagi,"

Mataku mendelik. "Tumben bilang-bilang. Biasanya tau-tau udah pacaran,"

Brendan menatap matahari yang hampir tenggelam itu. "Tapi, ini lain. Aku udah insaf jadi playboy,"

"PFT." aku hampir tersedak.

"Kenapa, sih?" tanyanya bingung sekaligus agak kesal. "Gak seneng, ha?"

"Oh, gak pa-pa, gak pa-pa," aku mengelap sisa air kelapa di ujung bibir. "Suka sama siapa?"

Dia mencengkeram rambutnya. "Yaya,"

"Kenapa?" tanyaku cepat.

"Dia mirip Ibuku,"

Aku terdiam. Mengingat Ibunya Brendan sudah tiada. Kulihat, wajahnya yang datar, kembali sendu. Aku tidak tahu harus bagaimana menenangkan laki-laki yang seperti ini.

Hatiku tergerak untuk menepuk-nepuk pundaknya. "Kamu mau memacari dia?"

"Tadinya enggak, sekarang iya."

Tidak jadi. Aku langsung meninju pundaknya hingga dia terjatuh ke samping. "Dasar playboy!"

Teriakanku yang agak kencang membuat dua perempuan menoleh. Brendan berusaha bangkit. Dua perempuan itu mendekati kami.

"Ye. Memang die playboy! Kau nak sahaje dengan die," ucap dua perempuan itu berbarengan dan pergi.

Aku mengangkat sebelah alisku. "Itu, 'kan, Cherry dan Ana. Kelompok Mawar,"

"Mantan aku itu. Gak usah digubris," matanya berputar dengan malas.

"Gara-gara kamu, aku dianggap diselingkuhin,"

"Argh!" dia mengusap wajahnya dengan kasar. "Gimana, dong? Aku udah minta bantuan ke cowokmu buat deketin aku ke Yaya,"

"Cowok?" aku sensi. "Bukan cowokku itu!"

"Eh? Dia yang bilang sendiri,"

"Kapan?"

"Tadi pagi,"

"Bilang apa aja?"

"Kamu nyatain perasaan pas malem kamu balik dari rumah sakit,"

Lagi-lagi, aku terdiam.

Dia terkekeh. "Ha... Udah pacaran, 'kan, berarti?"

"Ih! Dia, 'kan, gak nanya mau jadi pacar dia apa enggak. Itu cuma nyatain secara gak sengaja. Aku cuma bilang, 'kamu juga'."

"'Kamu juga'? Emangnya dia nanya apa?"

"Ugh." aku bangkit. "Gak perlu tau," aku berjalan meninggalkannya.

"Oi, oi! Mau ke mane? Dih, ninggalin!"

*****

"PAGI, MURID-MURIDKU SEMUE !!! AYO, KITE PERGI MEMANCEEEENG !!!"

Suara tak asing itu terdengar lagi. Hampir saja gendang telingaku pecah karena seruan itu. Aku langsung terduduk di hammockku dan melihat keadaan sekitar. Beberapa murid membuka resleting tenda dan mulai bersiap.

"Hoam...," aku menguap. "Memancing? Bukannya kita bisa makan di Gubuk Makan Besar?"

Orang yang tidur di atas tingkatan hammockku menoleh ke bawah. Dia laki-laki. Kalau tidak salah, namanya Tsani dari kelompok Matahari dulu. "Pagi, Mel! Jom, turun," sapanya hangat dan langsung melompat ke permukaan pasir.

"Hehe. Pagi juga," balasku.

Aku menyusulnya dan membangunkan Brendan yang tengah menggeliat. "Woi! Bangun!"

"Ck. 5 menit lagi...,"

"5 MINIT APE? BANGON, WAHAI ANAK MUDE!"

"Ergh!" aku sangat terkejut begitu Papa Zola berada di sampingku dan meneriakkan satu kalimat dengan keras.

Yang merasa diteriaki langsung berdiri dan memakai sendalnya. "B-Baik, Cikgu Papa!"

"Kamu! Pergilah berlayar dengan jantan-jantan tu! Cari ikan yang banyak!"

Tanpa basa-basi lagi, Brendan langsung pergi berlari menuju pantai. Aku heran. "Cikgu Papa?" gumamku pelan.

"Iye? Apehal, budak baru?" aku sedikit menggerutu kalau guru itu masih di sampingku.

"En...," aku gelagapan. "Tiade hal, Cikgu. Hehehe,"

"Hm... Iye keh? Eh?" Papa Zola mengangkat tangan kiriku. Dengan detail, dia memperhatikan jam kuasa toskaku. "Macem punye BoBoiBoy je. Kau pinjam, e?"

"Mane ade, Cikgu? Ini punye saye sendiri. Warnenye lain pula tu," aku membela diri.

Papa Zola melepaskan tanganku. "Hm, macem tu, ye? Eh, kau, 'kan budak baru. Mane satu yang bername Imelda tu?"

Sebelah alisku terangkat. Dia tak mengenalku?

"Buat ape Cikgu cari die?" tanyaku.

"Mestilah! Die pacar BoBoiBoy,"

"APE? PACAR?!"

*****

Continue Reading

You'll Also Like

11.7K 1K 32
Aku (FullName) (LastName). Gadis spesial karena bisa bertranmigrasi kedalam komik yang diminati banyak orang. Namun ada yang aneh.... Aku merasa sepe...
6.3K 639 17
Third Book (Last) of "Adventure of Important Thing" Trilogy Pertemuan Cayna dengan seorang gadis asing membuatnya kembali masuk dalam masalah baru. M...
30.5K 2.5K 17
Aku tak mengerti jalan pikirannya, kenapa dia lebih memilih bergabung dengan Aogiri daripada kembali ke Anteiku?. Apa dia akan pergi sama seperti ora...
1.1M 57.2K 34
Tak pernah terbayang olehku akan bertransmigrasi ke dalam novel yang baru aku baca apalagi aku menempati tubuh tokoh yang paling aku benci yang palin...