SYNDROME ||Jeon Won Woo|| ✔

Von vhaidaluv

90.6K 9.4K 484

Bersama adalah bahan dasar untuk membuat kasih sayang, walau bahkan dalam pembuatannya tidak memerlukan peras... Mehr

Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21
Part 22
Part 23

Part 24 - End

4.1K 358 80
Von vhaidaluv

Apa yang dikatakan Dr. Kim benar, bukan jeruji besi melainkan inilah hukuman yang sebenarnya untuknya.

Sekarang Won Woo tidak tahu harus berbuat apa. Bertemu dengan Min Hee jelas bukan rencana yang bagus, melihat senyum gadis itu yang manis, mendengar suaranya yang ceria, dan matanya! Betapa itu pasti akan sangat menyakitkan!

Tiap kali mereka saling menautkan pandangan dengan dalam tidak pernah ada kepercayaan untuknya dalam hati Min Hee. Tiap kali mereka saling bersentuhan dengan mesra tidak pernah pula ada harapan tentangnya dalam benak gadis itu, yang ada hanyalah sebuah kekeliruan.

Apa? Untuk bertahan hidup?

Won Woo tertawa miris. Ia sempat bimbang karena perlakuan Min Hee padanya... Tidak! Ia tahu kalau itu sama sekali bohong. Mungkin awalnya ia memang sempat bimbang, tapi entah sejak kapan hatinya mulai terasa jelas, kalau ia telah jatuh hati pada gadis itu.

Ia hampir sakit merindukan Min Hee siang malam selama ditahan. Sementara gadis itu... Min Hee merindukanku dalam kekeliruan.

Benar-benar adil dunia ini!

Saat ini Won Woo sedang duduk termenung sendirian di sebuah kafe yang sering ia kunjungi semasa sekolahnya dulu. Di depannya ada segelas americano yang belum terjamah sejak ia memesannya satu jam yang lalu. Ia mulai mengetuk-ngetuk meja dengan ujung kuku-kukunya, tampak sedang berpikir dan menunggu seseorang yang mulai ia curigai tak akan datang.

Setelah keputusasaannya mengalahkan rasa ingin bertemu, barulah orang yang sedari tadi ditunggunya muncul dengan kata maaf yang sebenarnya tidak banyak membantu. Ia hampir menggusari orang itu, tapi tidak jadi karena terlalu malas.

"Kau sudah lama di sini?" tanya orang yang baru datang itu. Won Woo menebak bahwa orang itu sedang basa-basi saja jadi ia tidak repot-repot menjawabnya.

"Eiii.... ayolah!" Orang itu yang tidak lain adalah Min Gyu menepuk pundak Won Woo dengan akrab. "Kita rayakan hari bebasmu. Kau mungkin seharusnya mengajak pacarmu itu kemari. Ada banyak hal yang ingin kutanyakan padanya."

"Kau tidak perlu bertemu dengannya jika benar-benar ingin tahu. Aku bisa menjawabnya untukmu," kata Won Woo lemah.

"Benarkah? Kalau begitu kau tahu kenapa dia bisa menyukaimu? Maksudku, kau kan penculiknya."

"Dia sakit. Itulah kenapa dia bisa menyukaiku," jawab Won Woo hambar.

Min Gyu mengerutkan kening tak paham. Dan Won Woo bisa melihat kerut wajah Min Gyu yang minta penjelasan lebih atas penuturannya yang tidak relevan.

"Katanya ada hal gila semacam itu dalam dunia medis. Seorang korban penculikan yang menyukai penculiknya sendiri."

Min Gyu tampaknya kurang percaya dengan cerita Won Woo yang malah hampir seperti sebuah novel fiksi di telinganya, tapi ia tidak berani menanggapi Won Woo yang sedang serius-seriusnya saat ini.

"Aku tahu. Konyol, bukan?" Won Woo tersenyum getir.

"Jadi... jadi hal itu yang membuatnya berbohong di persidangan?" Min Gyu berusaha meladeni.

Won Woo mengangguk pelan. Ia tidak yakin bahwa kata menyukai tepat untuk mendeskripsikan perasaan Min Hee padanya, mungkin sebuah delusi dalam usaha pertahanan hidup jauh lebih cocok.

"Itu terdengar konyol dan masuk akal pada saat yang bersamaan." Min Gyu mengomentari. "Tapi kenapa kau terlihat sedih?" tanyanya.

Won Woo menarik bibirnya sebelah, tak berniat menjawab karena ia sudah terlalu menyedihkan dengan rasa sukanya yang tak terbalas. Setelah membiarkan dialog tak terisi beberapa detik, Won Woo menarik napas beratnya. "Aku akan meninggalkan Korea, secepatnya," katanya.

"Tiba-tiba?" Min Gyu terkejut.

"Sebenarnya itu rencanaku dari dulu. Tapi aku dan Bo Hyuk masih di bawah pengawasan ayah. Sekarang aku sudah dewasa dan bisa menjadi wali untuk Bo Hyuk," jelas Won Woo.

Ia kemudian melanjutkan. "Saat ini ayahku masih dalam persembunyiannya. Setelah mendengar aku ditangkap, dia kabur karena takut aku mengadukan kejahatannya. Tapi dia tidak tahu kalau aku sudah dibebaskan. Kupikir ini waktu yang tepat untuk aku dan Bo Hyuk memilih jalan hidup yang ingin kami jalani."

Min Gyu merespons agak lemas. "Kau tahu, aku benci karena aku tidak bisa menahanmu agar tidak pergi."

Min Gyu tidak bisa memaksa Won Woo tinggal walaupun ia sangat ingin. Ia tahu betul seperti apa watak Tuan Jeon. Sebenarnya Won Woo teman SMA-nya yang pintar, Won Woo selalu juara satu dan ia harus puas ada di belakangnya. Sayangnya lingkungan Won Woo tidak pernah mendukung, ayahnya selalu memaksanya untuk melakukan pelanggaran, dari mulai bolos sekolah, berbohong, berkelahi, dan mencuri. Tapi ia selalu tahu kalau Won Woo adalah orang yang baik.

Kali ini Won Woo tersenyum penuh perasaan. "Aku selalu berterima kasih padamu, dari dulu."

"Yaa... aku hanya bisa berharap kau benar-benar bahagia dimanapun kau berada." Min Gyu menyemangati sahabat karibnya itu dengan tulus.

***

Hari ini pun Won Woo masih belum bisa menentukan apakah ia akan menemui Min Hee atau tidak. Ia yang awalnya bersemangat untuk pergi menemui Min Hee, harus pupus harapan setelah tahu sakitnya gadis itu.

Sepanjang waktu ia merasa bimbang, dan semakin menjadi saat hari kepergiannya mulai dekat. Setidaknya sekali saja ia ingin bertemu dengan Min Hee untuk sekadar mengucapkan selamat tinggal pada gadis itu.

Tiba-tiba sebuah ketukan menghentikan kegelisahannya yang panjang. Ia menunggu seseorang membuka pintu, walaupun ia yakin bukan siapapun selain Bo Hyuk yang datang. Dan memang benar.

"Dia datang," kata Bo Hyuk.

Won Woo hendak bertanya siapa dia yang dimaksud adiknya, tapi otaknya sudah memberi tahu lebih dulu jawabannya.

Min Hee.

"Dia ada di depan sekarang, menunggumu," ucap adiknya lagi seolah meminta Won Woo untuk segera keluar.

Sekarang Won Woo semakin yakin diagnosa Dr. Kim benar, bahwa Min Hee sakit. Buktinya gadis itu datang sendiri ke tempat yang seharusnya membuatnya tidak ingin ke sini lagi. Tempat ini telah memberi kenangan yang sangat buruk padanya.

Won Woo bangkit dari ranjangnya, kemudian melewati lorong karaoke yang sepi, yang memang tidak pernah buka lagi semenjak hari penangkapannya. Ia melihat seorang gadis tengah berdiri di depan gedung karaokenya, tampak segar bugar. Siapapun tidak akan menyangka kalau gadis itu sedang sakit sekarang.

"Won Woo-ya!" Min Hee menyambut pertemuan mereka dengan girang. Tentu saja karena ini adalah momen yang paling ditunggu-tunggunya selama berjauhan dengan Won Woo.

"Bagaimana kabarmu?" tanya Min Hee sambil mengeratkan pelukannya di tubuh Won Woo. Namun Won Woo melepaskannya dengan sangat... terpaksa, tentu saja karena ada keengganan yang sedang memeranginya melepaskan tangan kecil itu.

"Min Hee-ya." Won Woo memanggil nama itu dengan nada lemah. "Semuanya sudah berakhir. Kau dan aku seharusnya tidak lagi seperti ini."

Ia sengaja menciptakan jarak agar perpisahan yang ada di depan mereka tidak akan terlalu menyakitkan. Memang perlu sedikit pengorbanan agar tidak menyesal nantinya.

"Won Woo-ya," ucap Min Hee pelan.

"Aku minta maaf karena telah menyakitimu dan aku juga berterima kasih karena kau telah membelaku di pengadilan. Aku ingin cepat-cepat menemuimu untuk mengatakannya, tapi... sesuatu menghalangiku."

"Aku sudah pernah janji padamu, ingat?" Min Hee memberi tahu kalau ia pernah berjanji akan melakukan apapun untuk menolong Won Woo. Apapun.

"Yaa... terima kasih sudah menepatinya." Won Woo mengatakan itu sambil melihat ke arah lain, karena ia tidak sanggup mempertahankan pandangan dengan Min Hee lebih dari tiga detik. Ia rasa itu bisa merubah keputusannya untuk pergi.

"Jadi sekarang kita bisa bersama!" Min Hee terlihat girang menyambut kabar itu.

"Sekarang sudah tidak ada alasan lagi untuk kita bertemu. Ini bukan tempatmu. Sebaiknya kau pergi dari sini!" kata Won Woo. Ia tahu kalau kata-katanya pasti menyakiti Min Hee, sebab ini juga menyakitinya.

Dari awal tidak pernah ada pilihan dalam hubungan mereka. Semuanya sudah ditentukan oleh takdir, dan tidak ada cara lain untuk mencuranginya.

"Kenapa kau begini lagi, Won Woo?" tanya Min Hee dengan suara yang gemetar menahan tangis.

"Kali ini aku sungguh-sungguh."

"Kita sama-sama pernah menginginkannya." Min Hee mengingatkan. Sekarang air matanya sudah terjun membasahi kedua pipinya.

"Itu sebuah kekeliruan. Aku dan kau sama-sama salah mengartikannya," kata Won Woo.

"Jika itu memang sebuah kekeliruan seperti yang kau bilang, apa salahnya kita melakukan kekeliruan itu lagi? Kita berdua sama-sama merasa senang karena hal yang kau sebut keliru itu." Min Hee memberi tahu dengan yakin.

Won Woo jadi bungkam karena ada persetujuan dalam dirinya pada apa yang telah dikatakan Min Hee barusan. Mereka bisa saja melanjutkan kekeliruan itu untuk bersenang-senang. Tapi semua itu karena Min Hee tidak sadar kalau dirinya sakit. Bayangkan saja jika suatu hari nanti gadis itu sembuh lalu menjerit ketakutan setiap bertemu dengannya! Jujur saja Won Woo tidak sanggup.

"Semua sudah berakhir, Min Hee-ya. Kau sudah kembali pada keluargamu, dan aku... aku akan memilih jalan hidupku sendiri." Won Woo masih teguh pada pendiriannya. Baginya ide Min Hee terlalu beresiko, dan ia harus mengakui satu hal ini. Ia tidak mau sakit hati lebih dari apa yang sedang terjadi sekarang.

Sembari sesenggukan, Min Hee membawa tubuhnya ke dalam pelukan Won Woo, menolak mentah-mentah perpisahan yang ada di depan mata.

Sementara itu, kali ini Won Woo membiarkan Min Hee memeluknya. Ini hadiah darinya untuk yang terakhir kali sebelum ia pergi, sebelum mereka tidak bisa bertemu lagi.

Min Hee-ya.

Jika bukan karenamu, aku pasti masih akan terus melakukan kejahatan. Dan mungkin saat ini seharusnya aku sedang mendekam di penjara.

Maafkan aku karena menjadi seorang antagonis dalam hidupmu sampai akhir.

Sekarang aku sedang menerima hukumanku karena menjahatimu, jadi jangan terlalu membenciku!

Walau begitu percayalah, aku benar-benar ingin kita berdua tetap bersama seperti harapanmu waktu itu! Tapi keadaan masih belum mengizinkan kita.

Aku harus pergi.

Harus, Min Hee.

Setelah pertemuan itu, mereka tidak pernah bertemu lagi dan... mereka juga tidak pernah melupakan... apa yang pernah ada di antara mereka.

***

The End

Makasih banget buat yang udah ngikutin, sorry ending-nya gaje gini. Pengennya si lebih bagus, tapi otaknya macet, jadi gini deh 😅

Do'ain aja biar dapet ide baru lagi biar bisa cepet-cepet comeback 😉

Weiterlesen

Das wird dir gefallen

1.6K 120 5
Simbiosis Mutualisme adalah saling membutuhkan. Seperti Tuan Kim dan Rose. Tuan Kim membutuhkan tubuh indah Rose dan Rose membutuhkan uang Tuan Kim...
48K 5.9K 27
Setelah kepergian jennie yang menghilang begitu saja menyebabkan lisa harus merawat putranya seorang diri... dimanakah jennie berada? Mampukah lisa m...
20.9K 1.4K 14
Lia mengandung anak dari Bossnya.. bayi yang sama sekali tidak ia harapkan tapi berakhir menjadi belahan jiwa raganya. {End} 24 Maret 2022 Rank #1 so...
38.3K 5.1K 10
@yunconda's idea. Jung Yunho, aktor beserta model asal Korea Selatan yang terkenal akibat 4 tahun telah berkiprah didunia hiburan. Dengan segala kesi...