Brother Complex (End)

By Tys_131

429K 40.4K 8.1K

Jung Taeyong yang secara tiba2 mendapat seorang adik, kisah awal Taeyong bahagia memiliki adik, namun setelah... More

Profil
One
Two
Three
Four
Five
Six
Seven
Eight
Nine
Ten
Eleven
Twelve
Thirteen
Fourteen
Fifteen
Sixteen
Seventeen
Eighteen
Nineteen
Twenty
Twenty-one
Twenty-two
Twenty-three
Twenty-four
Twenty-six
Twenty-seven
Twenty-eight
Twenty-nine
Thirty (End)
Epilog

Twenty-five

8.1K 884 245
By Tys_131





Tangan mungil itu di gunakan untuk menopang kepalanya, menatap Jaehyun yang masih setia menutup matanya. Wajahnya terlihat sangat pucat, tak ada luka sedikitpun yang mengores wajahnya. Tapi kenapa dia masih belum juga bangun. Apa yang salah dengan dirinya?

Ini sudah terhitung 2 hari sejak Jaehyun kecelakaan, dan selama 2 hari ini Taeyong tidak pernah pergi dari sisi Jaehyun. Dia selalu berada di ruangan Jaehyun.

"Kau tidak bosan tidur terus? Kau tidak merindukanku? Hmm?" jari telunjuknya di gunakan untuk menyentuh wajah Jaehyun, dengan iseng dia menusuk-nusuk wajah Jaehyun

"Maafkan aku, aku tidak jujur padamu. Aku hanya takut kau tidak menginginkan kehadirannya. Aku takut kau akan membenciku. Apa kau marah gara-gara itu? Jaehyunie, bangun. Aku merindukanmu, sangat."

Kepalanya menunduk, menenggelamkan wajahnya di tepi ranjang Jaehyun, hatinya terasa sangat sakit. Setiap detik dia selalu terbayang akan hal buruk terjadi pada dirinya. Dia selalu merasa khawatir dengan apa yang akan terjadi nantinya.

"Ku mohon, jangan pergi, hiks"

Airmatapun lolos keluar dari matanya. Berusaha sekuat apapun, setenang apapun, nyatanya tidak mampu Taeyong lakukan. Dirinya tidaklah sekuat yang dia bayangkan.

Taeyong segera menghapus airmatanya saat mendengar seseorang masuk ke dalam ruangan Jaehyun.

"Taeyongie~"

Tanpa menolehpun Taeyong tau siapa orang yang berada di belakangnya. Merasa jika sebuah tangan menyentuh pundaknya, membuat Taeyong hampir kembali menangis.

"Iya Ayah?"

"Jaehyun,," suara Yunho bergetar, dan Taeyong menyadari itu semua. Tangan yang tadi menyentuh pundaknya kini memeluk tubuh Taeyong erat. Yunho memberikan beberapa kecupan di kepala Taeyong, "Kelumpuhan otak, Jaehyun koma sayang,, dokter tidak tau kapan Jaehyun akan sadar"

Taeyong hanya memejamkan matanya. Rasa sakit kembali menjalar di hatinya. Namun tak ada airmata saat ini.

"Aku sudah bisa menebaknya ayah. Tidak mungkin Jaehyun baik-baik saja,"

Taeyong berdiri dari duduknya, membalikkan badan dan menghadap kearah Yunho. Dia berusaha untuk tersenyum. Berusaha untuk memberikan kekuatan pada ayahnya itu.

"Tapi aku yakin, dia akan baik-baik saja ayah. Jaehyun itu kuat. dia tidak lemah"

Yunho tersenyum, tangannya mengelus rambut Taeyong dan membawanya kedalam pelukannya. "Terimakasih sudah menjaga Jaehyun selama ini, mulai saat ini. fokuslah pada masa depanmu. Aku tidak ingin masa depanmu hancur hanya karena Jaehyun"

Taeyong mengerjapkan matanya, kata-kata Yunho membuat dia merasa bersalah. Fokus pada masa depan seperti apa yang Yunho inginkan jika masa depan Taeyong sudah tidak ada. Masa depannya sudah hancur sejak Jaehyun berada di rumah sakit.

"Lusa, Jaehyun akan di pindahkan ke rumah sakit di LA. Ibumu sudah mencari rumahsakit terbaik disana. Dia yang akan menjaga Jaehyun. Jadi kau jangan khawatir"

Tangan Taeyong terkuai lemas di samping tubuhnya, tidak lagi memeluk Yunho. Dia tidak tau perasaan apa yang sedang dia rasakan saat ini.

Jika Jaehyun pergi, dia akan sendiri. Lalu bagaimana dirinya akan menjalani hari-harinya dengan kondisi yang seperti ini.

"Ayah,"

Yunho melepaskan pelukannya, menatap wajah Taeyong. Dia merasa bersalah pada Taeyong karena harus membawa Jaehyun pergi darinya. Tapi inilah yang terbaik, fasilitas rumah sakit di LA jauh lebih baik daripada di sini.

"Maafkan ayah sayang, aku tidak bermaksud membuatmu sendiri, kau bisa datang ke LA kapan saja yang kau inginkan."

Taeyong menggelengkan kepalanya, Taeyong memberanikan menatap wajah Yunho. Ada sedikit ketakutan di wajahnya.

"Bolehkan aku meneruskan hidupku di London?"

Wajah Yunho terlihat terkejut, "Kenapa?"

"Hanya ingin saja, aku ingin melanjutkan sekolahku disana. Aku ingin hidup disana. Aku takut jika aku ada disini tanpa Jaehyun. Aku tidak bisa melakukan apa pun yang aku inginkan. Aku hanya ingin bebas ayah"

"Kau tidak biasanya seperti ini Taeyong. Apa yang sebenarnya kau pikirkan. Jika kau memang tidak ingin berpisah dengan Jaehyun, kau bisa ikut pindah ke LA. Tapi kenapa harus pindah ke London. Bukannya kau hanya ingin berlibur kesana?"

Taeyong terdiam, tidak tau harus menjawab seperti apa. Tidak mungkin dia pindah ke LA dan hidup bersama dengan ibunya juga Jaehyun di sana. Tidak dengan kondisi perutnya yang semakin membesar nantinya.

"Aku,, aku ingin bersama nenek ayah"

Yunho hanya menghela napas, tidak mungkin dia tidak mengiyakan permintaan Taeyong. "Baiklah, kau bisa pindah kerumah nenekmu nanti. Paman Park akan mengurus semua kepindahanmu"

"Terimakasih ayah"




~~




Malam ini Taeyong kembali tidak bisa tidur, dia berdiri di depan kaca ruangan Jaehyun. Matanya melihat jalanan kota Seoul dimalam hari. Yunho sudah pergi sejak 1 jam yang lalu. Dia bilang, dia akan mengurus sesuatu hal. Jadi Taeyong kembali sendiri, karena Jaehyun sama sekali tidak pernah membuka matanya.

"Kau akan sakit jika tidak tidur hyung. " merasakan sesuatu menyelimuti dirinya, Taeyong menoleh. Mingyu dengan wajah tenangnya berdiri di sampingnya.

"Kenapa kau kesini?"

"Aku tidak bisa membiarkanmu sendirian. Aku tidak mau membuatmu berduaan dengan Jaehyun. Itu membuatku cemburu" Taeyong tersenyum dengan candaan Mingyu, "Ayo makan malam hyung. Aku sudah membawa beberapa makanan. Kita makan berdua saja. Jangan mengajak Jaehyun"

"Aku tidak lapar"

"Kau belum makan dari tadi pagi Hyung, kau akan sakit."

"Aku baik-baik saja Mingyu-ya"

"Jaehyun tidak akan senang jika kau seperti ini Hyung, kau sama saja menyiksa anaknya."

Taeyong meraba perutnya, matanya menatap Jaehyun yang masih terbaring di ranjangnya. Perkataan Mingyu ada benarnya, dia tidak bisa menyia-nyiakan calon anak mereka. Jika Jaehyun tau dia akan sangat marah.

"Baiklan"

Tangan Mingyu menarik lengan Taeyong. membawanya untuk duduk di sofa. Dengan telaten Mingyu menata beberapa makanan di meja. Membuat Taeyong takjub akan perhatian Mingyu padanya.

"Kau tau, aku membawa makanan ini dari dua rumah yang berbeda?"

"Huh,, memangnya dari mana saja?"

"Ini makanan buatan Eomma, dan ini buatan Bibi Park. Aku sampai harus menemani Bibi Park belanja terlebih dahulu. Dan kau tau apa yang membuatku kesal hyung?"

Mingyu mengambil gulungan telur dan menyuapkannya pada Taeyong, menerima itu Taeyong menerima dengan senang hati.

"Apa?"

"Bibi, mengajakku membeli sayuran ini langsung ke kebunnya hyung. Kau tau sendiri kan aku tidak suka berada di tempat seperti itu. Sungguh setelah ini mungkin aku akan mendiami Bibi selama beberapa hari"

Tanpa sadar Taeyong tertawa mendengar cerita Mingyu dengan ekspresi wajah yang jelas terlihat kesal. Matanya menatap beberapa bintik merah di lengan Mingyu

"Apa ini hasil dari kau berkebun?"

"Jangan meledekku hyung. Tentu saja. Aku habis digigiti serangga disana."

"Terimakasih"

Mingyu menghentikan makannya, kini dia menatap Taeyong dengan dalam. Dia melihat ada kesedihan dimata Taeyong. dan jelas dia tau apa yang membuatnya sedih.

"Apapun akan kulakukan untukmu Hyung" tangan Mingyu bergerak, meraih tubuh Taeyong untuk di peluknya. "Jangan pernah menganggap dirimu sendiri. Masih ada aku yang selalu untukmu."




~~






Sinar matahari menerobos masuk kedalam ruangan ini, membuat Taeyong terbangun karena pantulan cahayanya. Matanya perlahan terbuka, senyum terukir di wajahnya saat menyadari jika dia tertidur di pelukan Mingyu.

Ini hari Mingu, Jadi dia membiarkan Mingyu yang masih tertidur. Dia pergi ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.

Saat selesai membersihkan tubuhnya, Taeyong kembali mendekati Jaehyun. Masih sama, tak ada tanda-tanda Jaehyun bangun ataupun bergerak.

"Hey, bangunlah. Apa kau tidak merindukanku" bisiknya, Taeyong menatap sebentar Jaehyun sebelum keluar untuk mencari sarapan untuknya dan juga Mingyu. "Aku pergi sebentar, baik-baiklah disini dengan Mingyu, Oke" Taeyong menunduk, mencium kening Jaehyun sebentar

Sebelum benar-benar keluar ruangan, Taeyong membenarkan posisi tidur Mingyu. Memberikan dia selimut juga menutup gorden agar Mingyu tidak terganggu dengan sinar matahari


Strett,


Mata Taeyong menoleh saat seseorang membuka pintu.

"Kalian"

"Hey, Tae. Maaf pagi-pagi menganggumu"

"Tidak apa John. Terimasih sudah kesini"

Taeyong yang masih sibuk dengan Mingyu, membuat beberapa orang memperhatikan pergerakan Taeyong yang begitu telaten mengurusnya. Membuat orang lain merasa tidak nyaman.

"Kita bicara di luar saja ya. Mingyu sepertinya baru tidur tadi pagi. Nanti dia terganggu"

Semua hanya mengikuti perkataan Taeyong, "Kenapa melamun Wonwoo-ya?" ucap Ten,

"Eoh,, tidak" sambung Wonwoo cepat






Mereka memilih untuk mengobrol di taman rumah sakit ini. memilh tempat di sudut rumah sakit agar mereka bisa mengobrol dengan bebas. Taeyong mengajak mereka kesini karena disini udara sangat segar di pagi hari dan lagi disini ada kursi serta meja. Jadi lebih nyaman untuk mengobrol

"Bagaimana dengan Jaehyun?" tanya Ten

"Dia baik-baik saja." Taeyong berusaha untuk tersenyum

"Ku dengar dia koma," lirih Ten,, "Maaf hyung. Aku tidak bermaksud,,"

"Tidak apa-apa Ten. Jaehyun akan baik-baik saja"

"Kau terlihat begitu dekat dengan Mingyu, Hyung?" Wonwoo mulai membuka suaranya. Rasa penasarannya sudah tidak bisa di sembunyikan lagi.

"Tentu saja. Mingyu tumbuh di antara aku dan Jaehyun. dia sudah seperti adikku sendiri"

Wonwoo mengangguk mengerti, walaupun nyatanya jawaban Taeyong sama sekali tidak membuat rasa penasarannya terjawab

"Apa kau juga menyayangi Mingyu sama seperti Jaehyun, Hyung?" tanya Ten

Taeyong tidak langsung menjawab, dia butuh beberapa detik untuk mencerna apa yang di ucapkan Ten.

"Tidak, aku menyayangi mereka dengan cara yang berbeda"

Taeyong tidak mungkin menyamakan rasa yang dia miliki untuk Jaehyun pada Mingyu. Walaupun Jaehyun adalah adiknya, tapi dia mencintai Jaehyun sebagai orang lain. Sedangkan untuk Mingyu, walaupun dia orang lain, dia sangat menyayanginya sebagai adiknya.

"Karena mereka adalah orang yang berbeda untukku" sambung Taeyong


"Jadi benar, jika kau mencintai Mingyu hyung." Batin Wonwoo


Mereka mulai mengobrol hal random. Sejak tadi Taeyong mencoba untuk tidak terlihat sedih. Dia selalu mengembangkan senyum pada teman-temannya.

"Jadi apa ada hal baru di sekolah selama aku tidak masuk?" tanya Taeyong

"Ada satu hal," jawab Johnny

"Apa itu?"

"Semua orang tau jika aku dan Ten pacaran, ackk, sakit Ten"

Wonwoo dan Taeyong tertawa saat melihat Johnny mendapat cubitan dari Ten.




"Hyung,"


Suara bariton Mingyu membuat Wonwoo dan Taeyong menoleh bersama, tapi detik berikutnya Wonwoo mengalihkan perhatiannya pada Mingyu. Dia sadar bukan dia yang di panggil. Karena mata Mingyu kini menatap Taeyong

"Kau sudah bangun, ingin sarapan bersama?"

Taeyong berdiri menghampiri Mingyu yang masih menjaga jarak darinya dan teman-temannya. Taeyong kembali membuat Wonwoo merasakan hal yang aneh saat dirinya membenarkan rambut berantakan Mingyu

"Katakan jika apa yang di ucapkan paman tidak benar?"

"Apa maksudmu?"

Tangan Mingyu mencengkeram pundak Taeyong, Johnny-Ten-Wonwoo yang melihat itu hanya saling pandang dengan rasa heran.

"Kenapa kau tidak mengatakan apa-apa padaku?" Mingyu tidak mengalihkan pandangannya dari Taeyong, "Kenapa hyung, kenapa kau tidak jujur pada paman. Kenapa kau malah menghindari masalah. Apa kau pikir kau bisa hidup sendirian di London dengan keadaanmu seperti ini.?"

Taeyong terkejut dengan ucapan Mingyu, dia merasa sangat menyedihkan atas apa yang Mingyu ucapkan padanya. selemah itukah dirinya hingga Mingyu memiliki pikiran seperti itu padanya.


"Aku bisa Mingyu, aku bisa menjaga diriku sendiri. Aku bisa mengurus hidupku tanpa Jaehyun ataupun orang lain". Taeyong sedikit mundur dari Mingyu,"Kenapa kau bisa berfikir seperti itu padaku."

"Hyung, aku hanya mengkhawatirkanmu. Aku tidak ingin kau terluka lebih dalam"

"Jikapun aku terluka, aku tidak akan merasakan sakit lagi Mingyu. Semua sudah jelaskan. Ini akhir dari semuanya. Jadi biarkan aku mengakhiri semua ini dengan caraku sendiri. Biarkan aku hidup sendiri. Aku sudah tidak menginginkannya Mingyu. Aku ingin dia pergi dari dalam diriku"

Taeyong menunduk, tangannya meremas bajunya sendiri. Mingyu membolakan matanya, dia tidak menyangka jika Taeyong memiliki pemikiran seperti itu. Apa yang akan Taeyong lakukan dengan bayinya.

Mingyu mulai frustasi, Taeyong dan Jaehyun itu sama. Sama-sama keras kepala. Sekarang dia tidak tau apa yang harus dia lakukan. Jika dia melepaskan Taeyong, itu sama artinya dengan dia mengingkari janjinya pada Jaehyun untuk menjaga Taeyong.

"Apa setelah kau melepas Jaehyun kau akan membunuhnya hyung. Apa kau gila. Bahkan dia belum bernapas dan kau sudah ingin mengakhiri hidupnya. Bagaimana bisa kau setega itu Hyung." Taeyong tidak melakukan apapun. Dia hanya mendengarkan ucapan Mingyu,

"Apa kau tau. Apa yang Jaehyun korbankan untuk bisa bersamamu?"

Langkah Mingyu maju, mendekat pada Taeyong yang masih diam. Sedangkan Johnny dan yang lain hanya bisa diam mendengarkan ucapan Mingyu yang sama sekali mereka tidak paham.

"Jaehyun bukanlah adikmu Hyung. Sejak dulu, Jaehyun tidak pernah di adopsi oleh bibi. Bibi hanya mengangkatnya menjadi anak. Tanpa adanya pengadopsian sah. Jadi jika kau merasa kalau rasamu pada Jaehyun itu salah. Itu tidak benar. Kau bebas mencintai Jaehyun seperti yang kau inginkan. Tapi beberapa minggu lalu, Keluarga Jaehyun meminta kembali Jaehyun. dia ingin Jaehyun kembali pada mereka. Kau tau bagaimana frustasinya Jaehyun saat itu,," mata Taeyong mulai basah dengan cerita Mingyu

"Kau tau, pilihan yang di berikan Jaehyun sangatlah menyakitkan. Kembali pada keluarganya dan meninggalkanmu sendirian, atau Kembali padamu sebagai adikmu. Kau tau kan apa yang di ambil Jaehyun. Dia memilih untuk meninggalkan keluarganya demi kau Hyung. Hanya demi bersamamu. Walaupun dia tau, dia tidak akan pernah memilikimu"

Mingyu menarik Taeyong kedalam dekapannya. Memeluk erat tubuh Taeyong yang bergetar.

"Jadi jangan pernah mengakhir semua ini Hyung. Jangan penah menyerah. Jangan membuat pengorbanan Jaehyun sia-sia."

Tangan Mingyu menangkup wajah basah Taeyong, menyeka airmata yang tidak bisa berhenti mengalir di pipi Taeyong.

"Kau lupa jika masih ada aku. Jangan pernah berfikir jika kau sendirian Hyung. Aku akan selalu bersamamu. Tidak peduli apa yang terjadi padamu. Aku akan menjagamu. Ku mohon, jangan mengakhiri hidupnya. Biarkan dia tumbuh di dalam dirimu, dia sama sekali tidak salah hyung. Jadi jangan menghukumnya."

Taeyong membeku dengan ucapan Mingyu, "Biarkan aku menganti posisi Jaehyun. biarkan aku yang menjaganya. Jika kau ingin pergi. Pergilah bersamaku. Kita mulai semua dari awal hyung. "












TBC






rencana ini ending sebelum chapter 30,

happy reading

oh iya mau spoiler, ini bakalan Happy ending kok.

Taeyong sama dedenya bakalan selamat dan hidup bersama

hee maaf jika typo

Continue Reading

You'll Also Like

965K 61.4K 37
οΌ³οΌ¬οΌ―οΌ· οΌ΅οΌ°οΌ€οΌ‘οΌ΄οΌ₯ Kisah tentang seorang bocah 4 tahun yang nampak seperti seorang bocah berumur 2 tahun dengan tubuh kecil, pipi chubby, bulu mata lentik...
319K 77.8K 25
[Short Stories] Xiaojun hanya merasa heran, kenapa selalu ada sticky note dan berbagai macam makanan di meja nya setiap pagi? β€’BXB || HOMO || YAOI...
3.3M 266K 44
Taeyong dengan segala tingkah kenakalannya hanya untuk mendapatkan Guru tampan dan dingin yang ia sangat sukai sejak dulu. Start : 15.07.2020 End :...
141K 273 9
Gadis polos yang terjerumus suasana malam club, menceritakan cerita seorang influencer yang terkenal dikalangan remaja berusia 16 tahun. cerita lengk...