Ineffable

By GreNal-14

20.9K 1.9K 193

Bilqis dan Devin adalah sahabat sejak kecil. Yang akhirnya memutuskan untuk menikah muda. Bagi Devin, Bilqis... More

01. Pernikahan
02. Pelukkan ternyaman
03. Mau Hidup bersama
04. Tiga Bulan Kemudian..
05. Kamu yang terbaik
06: Pregnant
-07- Salah Siapa?
- 08 -
INFO

Prolog

4.2K 300 38
By GreNal-14

"Adek "

Devin memanggil dengan nada sedikit gugup. Padahal perempuan yang sedang duduk di hadapan nya bukan lah orang asing. Perempuan dalam balutan baju gamis pink soft bercorak bunga itu, dengan kerudung berwarna senada adalah perempuan yang sangat di kenal nya dengan baik.

Tapi, berhubung perempuan itu memiliki tempat paling istimewa di hati nya sejak kecil. Maka, sekarang ia menjadi sangat gugup saat akan mengatakan sesuatu.

Berbeda dengan Bilqis, perempuan manis dan cantik itu menatap Devin dengan heran. Kernyitan di dahi nya langsung tercipta melihat Devin, seperti orang kebingungan. Bahkan, ia bisa melihat kalau laki - laki di depan nya sedang gugup.

Tidak seperti biasanya, menurut Bilqis.

"Abang mau ngomong, apa ? " Tanya Bilqis, kemudian menyesap minuman nya. "Kok gugup gitu ?"

Devin menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Padahal ia yakin semalam ketika ia berlatih di depan kaca semua berjalan lancar. Bahkan, saat ia mencoba pada Mama dan Kakak nya semua berjalan dengan mulus. Tidak ada yang terlupakan.
Tapi, mengapa saat sudah di depan perempuan berkerudung di depan nya ia kehilangan semua kata - katanya?

"Abang " panggil Bilqis, karena merasa Devin seperti melamun.

"Emm.. anu.. Abang... " Devin mengatakan dengan tidak jelas. Membuat Bilqis bingung sendiri.

"Abang kenapa sih? Kok tiba - tiba jadi gagap kayak gini ? "

Devin menghela napas berat nya, ia memejamkan mata dengan kuat mencoba mengumpulkan semua keberanian nya.

Lo bisa, Vin. Semangat !

Huft

Ia menghembuskan napas kasar, kemudian menatap Bilqis dengan serius membuat perempuan itu juga membalas tatapan Devin dengan heran juga bingung.

"Bil, kamu kan udah lulus sekolah nya. Jadi, Abang Devin mau memperjelas hubungan kita. Emm.. kita udah kenal lama, sangat lama. Dan, menurut Abang juga gak baik kalau kita begini terus. Nambah - nambah dosa. Kamu pasti udah tau banget kalau Abang sayang banget sama kamu. Udah sampai ke tahap cinta sama kamu.

Jadi... " Entah mengapa Devin menjeda melanjutkan ucapan nya. Membuat Bilqis menatap nya dengan menunggu.

"Jadi... " Ujar Bilqis seolah penasaran dan ingin laki - laki itu melanjutkan ucapan nya.

"Jadi... Gimana kalau kita menikah aja "

Satu detik

Dua detik

Tiga detik

Empat detik

Lima detik

"Dek "
"Abang yakin ?" Devin mengangguk dengan kuat.

"Kamu gak yakin ?"tanya Devin dengan lemah.

"Abang menikah itu bukan permainan, bukan cuma untuk sebulan, setahun atau dua tahun. Bilqis itu cuma mau menikah sekali seumur hidup "

"Aban juga " saut Devin dengan yakin.

Bilqis diam sejenak, ia menatap Devin dengan tatapan lekat seolah mencari ke bohongan di sana.

"Abang, kita masih sangat -"
"Kamu mau menikah dengan Ustad Yasin ?"

Bilqis terkesiap mendengar pertanyaan Devin yang di lontarkan dengan nada sinis.

"Abang tau kok, kalau kamu di lamar sama ustad muda, tempat kamu sekolah itu. Anak pemilik pesantren " jelas Devin dengan sedikit marah. " Abang gak sengaja dengar pembicaraan Om Dika sama Tante Kinal, kemarin "

"Abang tau, kita masih muda. Tapi aku bisa kok buat buat bahagia in kamu. Aku yakin bisa ngidupin kamu dan anak kita nanti. Aku bakal kerja dengan giat. Aku juga udah punya tabungan sendiri buat modal utama. "

Bilqis menghela napas, ia mengulum senyum manis. Membuat Devin seolah kembali di sadar akan kalau ia memang sudah terlalu mencintai perempuan di depan nya itu.

"Boleh Bilqis minta waktu sampai besok ?"

Devin tidak langsung menjawab, ia malah memandangi Bilqis dengan cukup lama. Seolah tengah ingin menyelidiki sesuatu. Namun, setelah menemukan nya ia mengangguk. Membuat Bilqis tersenyum begitu hangat.

***

Dika terbangun pukul satu pagi. Ia berniat untuk melakukan sholat malam. Tapi, tidak di sangka malah menemukan Bilqis anaknya yang sudah lebih dulu ada di ruang musholla yang ada di rumah nya.

"Mau jamaah, sama Ayah ?"

Bilqis mengangguk dengan senang hati. Dika pun berdiri di depan Bilqis, dalam hati ia mulai bertanya. Pasti, ada sesuatu yang tengah membuat anak gadis nya gundah. Terlihat dari sikap nya yang sejak kemarin. Tepat nya saat anak nya pulang dari habis jalan sama Devin.

"Ayah " panggil Bilqis, begitu ia menyelesaikan doa dan zikir nya.

Dika menoleh pada anak gadis nya. Bahkan sampai memutar badan nya agar bisa memandangi anak nya.

"Iya ?"

"Bang Devin melamar Aku kemarin sore "

"Apa ?!" Terkejut Ayah nya. Bahkan mendadak pria itu terlihat mulai gelisah dan panik sendiri. "Kamu jawab apa ? Kamu mau menikah sama dia ? Bil, kamu kan baru lulus, Devin juga masih kuliah, kalian masih sangat muda. Umur kamu masih delapan belas, Devin baru dua puluh. Apa -"

"Ayah " sela Bilqis mendengar Ayah nya mulai bawel. Bahkan berbicara tanpa jeda sama sekali. Seolah pria di depan nya bukan lah ayah nya. Padahal ayah nya selalu bisa bersikap tenang.

Mengapa sekarang malah nyalahin bawel sang Mama ?

"Ayah bahkan menolak lamaran ustad Yasin "

"Ayah, aku mau menikah sama Bang Devin "

Jika saja, Dika mempunyai penyakit sakit jantung. Ia pasti sudah struk sekarang.
Anak gadis nya itu mengatakan semua itu dengan begitu yakin dan pasti. Bahkan ia sendiri bisa merasakan kalau jawaban anak nya itu sangat penuh keyakinan. Membuatnya tidak bisa lagi mengatakan apapun selain mendekat dan memeluk nya.

***

Peri kecil ku : Bang, Ayah bilang kalau Abang mau menikah dengan Bilqis. Minggu besok Abang bawa orang tua ke rumah.

Devim terdiam, matanya membaca chat itu berkali - kali. Bahkan ia mengulangi nya sampai berkali - kali. Sebelum kemudian ia tersenyum lebar dan berlari keluar kamar sambil memanggil kedua orang tua nya.

"Mamaaa.. Papaa... " Seru nya begitu lantang hingga menggelegar ke seluruh penjuru rumah.

Ia berlari menuruni anak tangga, menuju sang Mama dan Papanya yang sedang duduk santai di depan tivi.

"Ma, Pa. Devin mau Minggu besok Mama sama Papa, melamar Bilqis buat aku "

"Ha ?"
"Apa?!"

Ve cukup terkejut mendengar ucapan anak nya. Pagi - pagi sudah melantur kemana - mana menurutnya. Sedang kan Keynal masih berusaha mencerna maksud ucapan anak nya.

"Devin, becanda kamu gak lucu. Jangan aneh -"

"Aku serius Ma, kemarin aku udah ngomong sama Bilqis, dan barusan Bilqis ngasih kabar. Kalau Minggu besok Om Dika minta aku bawa Papa dan Mama buat melamar anak nya " jelas Devin dengan yakin.

Keynal dan Ve terdiam, mereka berdua saling memandang satu sama lain. Kemudian menelan ludah dengan berat.

"Ma, Pa. Ayo dong, Aku cinta banget sama Bilqis. Gak mau Bilqis nikah sama Ustad yang ada di pesantren itu. Ma, Pa... Ayolah "

"Vin, Mama gak setuju!" Ujar Ve dengan lantang dan tegas. "Kalian masih muda banget. Menikah itu gak gampang! Memangnya kamu punya apa buat menghidupi istri kamu nanti ? Apalagi kalau kalian punya anak !"

"Ma, percaya sama aku. Aku bisa melakukan itu semua. Gak mungkin aku ngebuat Bilqis menderita. "

"Devin !" Bentak Ve kali ini.

Devin terdiam, bahkan untuk pertama kali nya ia melihat tatapan dengan kilat marah dari sang Mama.

"Ma, aku mohon !"

"Enggak! Sekali enggak! Tetap enggak!"

"Ma, udah. Tenang jangan emosi dulu. Kita bisa ngomong baik - baik sama Devin " ujar Keynal mencoba menenangkan istrinya.

"Tapi, Key. Ini sama sekali gak lucu. Dia keterlaluan tau enggak!" Ucap Veranda dengan nada marah.

"Tapi Ve -"

"Ma, tolong Mama percaya sama aku. Kalau aku gak menikah sama Bilqis dalam waktu dekat. Bisa - bisa aku kecolongan. Bilqis bisa aja -"

"Enggak akan, Devin. Bahkan Bilqis masih muda. Dia baru lulus SMA sebulan yang lalu. Kamu mau menghancurkan masa depan anak orang ?! Kamu tau kan,? Kalau keluarga Bilqis itu adalah keluarga kita juga!. Kamu -"

"Veranda!" Panggil Keynal dengan nada tegas. Menghentikan bentakkan Ve yang begitu emosi pada anak nya. Bahkan tidak sadar kalau baru saja melukai anak bungsu nya.

Devin terdiam, ia menelan rasa kecewa nya. Orang yang sangat ia percaya akan mendukung keputusan nya ternyata sekarang tidak mempercayai nya. Tidak mau mendukung nya sama sekali. Dan itu membuat nya kecewa.

"Yaudah, kalau Mama gak mau. " Ucap Devin dengan lirih.

Laki - laki tampan itu langsung berbalik dan berlalu pergi menuju anak tangga.

Veranda terdiam, ia baru merasakan penyesalan sekarang ketika anak nya sudah berlalu pergi.

"Sudah puas kamu sekarang ? Lihat, kamu baru saja melukai nya " ujar Keynal.

"Key, kamu setuju dengan ide gila ini ?" Tanya Ve tidak percaya.

"Ide gila ? " Tanya Keynal, tidak percaya. "Jadi, menurut kamu lebih baik Devin pacar - pacaran gak jelas, buang - buang waktu "

"Keynal, mereka -"
"Ve seharusnya kamu mendukung nya. Dia niat nya baik. Menikah bukan tentang patokan umur. Masih ingat, kita menikah umur berapa ?"

"Kita berbeda Keynal. Kondisi dan situasi nya sangat jauh berbeda "

"Oke, terserah kamu. Terus lah keras kepala " ujar Keynal mulai lelah.

Ve menghela napas berat nya, mengapa malah dia yang terpojokan sekarang ? Dia hanya ingin anak nya tidak menyesal nantinya. Tidak mau anak nya membuang masa muda nya, ia tidak mau apa yang menimpa nya dulu akan menimpa kembali pada Devin.

Namun, tidak lama kemudian ia melihat Devin kembali turun dari kamar nya. Kembali menghampiri mereka berdua.

"Ma, aku pasti bisa menghidupi keluarga ku nanti. " Ujar Devin dengan mata berkaca. " Ini bukti nya, kalau aku sangat serius dan sudah memikirkan semua nya dengan baik " lanjutnya meletakkan sebuah buku dua buah buku tabungan dan tiga celengan di atas meja.

Ve dan Keynal cukup tercengang melihat semuanya. Memandang tidak percaya pada anak laki - laki nya itu.

"Aku udah nabung ini sejak aku pisah sama Bilqis. Semua ini buat Bilqis, Ma. Pa. " Ujar Devin dengan begitu yakin. "Aku kerja di Caffe Papa, dan mau menerima tawaran Papa buat mengurus caffe Papa yang ada di Kemang juga karena ini semua. Aku mau menikah sama Bilqis saat dia menyelesaikan sekolah nya. Aku sudah merencanakan semua nya dengan sangat amat matang. Ma " jelas Devin.

Kemudian ia langsung berlutut di hadapan Mamanya. Menatap Mamanya Dengan sangat memohon.

"Ma, tolong percaya sama aku. Aku cuma butuh dukungan Mama sama Papa. Karena dengan itu, aku yakin kalau aku bisa membahagiakan Bilqis. Aku gak akan pernah lelah, karena apa ? Karena aku punya kedua orang tua ku yang akan terus menjadi penyemangat dan pendukung ku paling depan. "

Air mata Ve terjatuh begitu saja. Ia sama sekali tidak menyangka kalau anak nya akan menjadi sedewsa ini. Ia meraih buku tabungan Devin dan kemudian membukanya.

Dan ia sangat tidak menyangka, kalau ternyata selama ini anak nya sudah merencanakan semua nya. Sekarang, apalagi yang ia ragukan ?


"Devin, kamu yakin dengan semua ini ?"

"Sangat yakin, Ma " jawab Devin dengan begitu yakin.

"Kamu gak akan menyesal, telah membuang masa muda mu yang harusnya bersenang-senang ?"

"Justru aku akan menikmati masa muda ku dengan sangat amat baik " jawabnya kembali yakin.

Ve menirik pada suami nya, dan Keynal mengangguk. Membuat Ve menghela napas berat nya. Ia kemudian mendekati Devin dan memeluknya dengan sangat amat erat.

"Iya, Minggu Besok Mama sama Papa akan kerumah Bilqis "

©©©

Continue Reading

You'll Also Like

Istri Kedua By safara

General Fiction

155K 5.2K 39
nadilla di paksa menikah oleh suami orang untuk merawat suaminya yang mengalami kelumpuhan di seluruh badannya dan stroke selama 5 tahun ia di paksa...
17.2M 821K 69
Bagaimana jika gadis bar-bar yang tak tau aturan dinikahkan diam-diam oleh keluarganya? ... Cerita ini berlatar belakang tentang persahabatan dan per...
146K 9.2K 25
"Hestama berhak tahu kalau ada bagian dari dia yang hidup di dalam rahim lo, Run." Cinta mereka tidak setara. Pernikahan mereka diambang perceraian...
Cafuné By REDUYERM

General Fiction

121K 11K 36
(n.) running your fingers through the hair of someone you love Ayyara pernah memiliki harapan besar pada Arkavian. Laki-laki yang ia pilih untuk menj...