TRANQUILITY (Complete)

By gigrey

1.9M 127K 2.5K

⚠Mature Content || 21+ * "Bantu aku membalaskan dendamku." -Savannah "Setelah keputusan ini, kupastikan mere... More

Characters
Note
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chaper 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Quick Info
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35 (END)
NEW STORY

Chapter 22

42.7K 3.1K 24
By gigrey

Yuhuuu im back bebz
Jangan lupa untuk vote dan komen
(●´з')♡

*

Savy merasakan ranjangnya yang terasa dingin dan kosong. Pasti Demon sudah pergi semenjak pagi. Ia merenggangkan tubuhnya.

Tubuhnya tidak terasa pegal seperti malam-malam sebelumnya. Ada yang aneh dengan Demon tadi malam. Mereka melakukan sex dengan sangat lembut seakan-akan pria itu takut menyakiti Savy. Wajahnya tersipu malu mengingatnya.

Baru saja ia akan bangun tapi terdapat dorongan di perutnya. Ia berlari menuju kamar mandi dan kembali memuntahkan makan malamnya.

"Sebenarnya ada apa denganku?"

Ia melihat pantulan dirinya di cermin. Tak ada yang berubah. Wajahnya masih seperti sebelumnya hanya terlihat sedikit lebih pucat.

Ingatannya teringat pada dua hari yang lalu ketika Demon bertanya tentang kemungkinannya untuk hamil. Tangannya bergerak pelan ke arah perutnya yang rata.

"Mungkinkah?"

Tangannya bergetar tak percaya. Savy kembali menghitung siklus menstruasinya. Bulan ini memang ia belum datang bulan tapi bisa saja beberapa hari ke depan. Jantingnya berdebar dan kepalanya kembali pusing.

Ia mual dan kembali mengeluarkan apapun yang tersisa di perutnya. Savy memutuskan untuk memeriksanya sendiri. Tak perlu membuat gempar dengan memberitahu Ethan atau pun Isaiah. Dibasuhnya wajahnya agar kembali segar.

Setelah mengenakan kembali pakaian ia pergi menuju kamar Lily. Di sana ia sedang membaca buku ditemani Snowy dan Bandit. Snowy langsung turin dan berlari ke arah Savy.

"Savy?"

"Kau sibuk?"

"Tidak."

"Kau membaca apa?"

"Aku membaca buku dongen rapunzel yang berikan Demon padaku." Savy tersenyum hangat dan ikut membaca buku itu sebentar.

"Lily, aku ingin ke kota."

"Kau mau ikut?"

"Ada apa?"

Savy memutar otaknya untuk mencari alasan. "Um... membeli kadi untuk temanku yang akan ulang tahu lusa."

"Oh teman siapa?"

"Seorang temanku di kampus, kau mau ikut?"

"Mau!"

Savy mengambil jaket Lily dan membantu menggunakannya. Mereka berdua keluar dari kamar. Savy awalnya ingin meminta izin kepada Ethan atau Isaiah tapi mereka tak terlihat.

Dicegatnya salah satu pelayan yang lewat.

"Kau lihat Ethan atau Isaiah?"

"Tuan Ethan saya kurang tahu tapi unutuk Nyonya Isaiah sedang berada di ruang bawah tanah dan dia menitio pesan untuk tidak diganggu."

"Kalau begitu tak apa, beritahu kepala pelayan bahwa aku dan Lily akan pergi ke kota untuk membeli kado ulang tahun temanku."

"Baik nyonya, kami akan menyiapkan mobil segera."

"Terimakasih."

Savy menggandeng tangan Lily menunggu mobil. Bandit dan Snowy ikut berlari menuju Savy. Mereka menggonggong.

"Savy, sepertinya Snowy dan Bandit ingin ikut."

"Begitukah?" dua anjing itu kembali menggonggong dan melompat antusias. Lily mengambil Snowy dan menggendongnya.

Savy memanggil salah satu pelayan untuk menyiapkan tali untuk Snowy dan Bandit. Mobil dan seorang sopir sudah siap. Snowy dan Bandit juga sudah siap. Mereka menuju kota.

"Kita kemana nyonya?"

"Um kita ke Laurent's department store saja."

"Baik."

"Kau mau mengadonya apa?"

"Aku tak tahu. Bisakah kau membantuku memberi saran?"

"Dia seperti apa?"

"Dia...seorang pria dewasa."

"Bukan itubmaksudku, tapi bagaimana kebiasaanya? benda apa yang disukainya? Apa yang sedang dibutuhkannya saat ini?" Ia tertawa kecil melihat Lily dengan gemas.

Saat ini Savy sedang memikirkan seseorang.

Bagaimana kebiasaanya? Dia seorang pria yang misterius yang ia tahu hanyalah ia suka menghabiskan waktunya di ruang bawah tanah atau membaca kertas-kertas yang Savy tak tahu di ruang belajar.

Benda apa yang disukainya? Hmm mungkin pistol atau pisau. Sarung tangan kulit juga tak pernah lepas darinya.

Benda yang saat ini ia butuhkan? Savy berpikir keras dan tak bisa menemukan apa-apa. Ia sedikut meragu, ia sama sekali tak mengenal Demon dengan baik.

"Jadi bagaimana?"

"Aku tak terlalu paham, ia sangatlah misterius."

"Kalian tak dekat?"

"Kami cukup dekat! Kami berdua sangat-sangatlah dekat!"

Lily mengangguk paham ia tampak berpikir sembari mengelus kepala Snowy di pangkuannya.

"Warna kesukaannya?"

"Hitam."

"Hm temanmu ini cukup menarik Savy."

Savy tertawa terbahak-bahak melihat wajah serius Lily. "Apa yang kau tahu tentang pria yang menarik Lily. Jangan omong kosng dan beri aku rekomendasi kado yang bagus."

"Ia terdengar seperti Demon. Cukup misterius." Savy tergelak dan kembali tertawa.

"Iya kau anggap saja pria itu seperti Demon. Sifat mereka berdua memang hampir sama."

"Kalau begitu bagaimana sebuah sarung tangan kulit? Kan Demon selalu menggunakan sarung tangan kulit hitam, mungkin saja pria itu memiliki selera fashion yang sama."

Savy mengangguk mengiyakan. Ia sendiri tak yakin seberapa banyak sarung tangan milik pria itu. Tapi tak apa ia juga saat ini tak bisa memikirkan harus membeli apa.

Ia mengambil sebuah sarung tangan kulita berwarna abu-abu tua. Setidaknya Demon tak melulu menggunakan hitam.

Lily terlihat sedang asik melihat aksesoris yang tergantung.

"Ada yang kau inginkan? Ambilah."

"Bolehkah?"

"Tentu saja." Lily mengecup pipi Savy dengan bahagia "Terimakasih Savy."

Ia melihat Lily yang bingung memilih gelang atau kalung. Sudut matanya menangkap sebuah gelang sederhana dengan pesawat kertas sebagai pengaitnya.

Cantik. Simpel.

"Savy! Aku boleh mengambil kalung ini?" Lily menunjukannya sebuah kalung dengan bandul sepatu balerina. "Oh astaga ini cantik sekali Lily."

"Kau suka?"

"Ini sangatlah cocok untukmu Lily."

"Terimakasih."

Savy mengambil kalung Lily dan gelang pesawat kertas tadi untuk dibayar.

Ia kembali menggandeng Lily, Savy menyuruh sopir untuk berhenti sebentar di sebuah apotik di pinggir jalan.

"Kau tunggu di dalam, aku hanya sebentar."

Savy memberanikan diri mengambil lima test pack sekaligus dengan jenis yang berbeda-beda. Takut hasil yang diberikan tidak valid.

"Savannah?"

Savy menoleh dan meoihat seorang pria asing yang berjalan ke arahnya. Ia melihat ke belakang tubuhnya tapi tak ada siapa pun. "Aku?"

"Tentu saja kau Savannah Taliyah bukan?"

"I-iya." Pikurannya sedikit gugup, ia takut kemungkinan jika yang di depannya saat ini adalah musuh Demon atau suruhan si Alberto.

"Kau tak perlu takut, aku pernah bertemu denganmu beberapa kali di pesta Demon. Perkebalkan aku Dante." Savy yang awalnya ragu akhirnya meraih tangan pria tersebut.

"Kau memang tak mengenalku karena Demon tak pernah mengenalkanku padamu secara langsung. Tapi aku tahu kau di bawah perlindungan keluarga Jadrek."

"Kau bagian dari kelompok Demon?"

"Aku?" pria itu tertawa kecil "Tentu saja tidak, aku adalah tipe rouge. Tidak terikat pada kelompok tertentu dan tidak tunduk pada aloha manapun."

Savy memeperhatikan perawakan orang itu dari atas hingga bawah. "Tapi bagaimana bisa kau ikut pesta untuk kelompok milik Demon?"

"Apresiasi pertemanan masa lalu? Entahlah aku juga tidak bisa memahami pemikiran Demon yang so twisted. Tapi selama ada undangan kenapa tidak?"

Dante memperhatikan barang-barang yang dibawa oleh Savy. Alisnya terangkat.

"Kau tahu, kau seharusnya takut berkeliaran sendirian tanpa perlindungan dari Demon."

"Memangnya siapa yang harus ku takuti?"

"Mungkin aku?"

"Dirimu? Aku tak takut padamu atau siapa pun." Dante tertawa atas keberanian Savy.

"Terserah kau saja adik kecil. Tapi saranku jangan terlalu takabur di dunia yang buas ini, oh apakah Demon tahu kau membeli alat tes kehamilan itu?"

"Itu adalah urisanku." sungut Savy.

Dante mengusap kepala Savy dan berlalu sembari tertawa.

Savy memperhatikan setiap gerak-geriknya, ia mengambil sebuah kotak vitamin dan pergi.

Ia merasa aneh dengan pria itu. Ia masih belum bisa memastikan apakah Dante adalah orang yang aman atau berbahaya.

Setelah membayar ia kembali ke dalam mobil.

"Apa yang kau beli?"

"Hanya vitamin."

"Oh iya kau terlihat lesu beberapa hari ini. Bahkan sedikit pucat."

"Aku tak apa Lily, terimakasih telah mengkhawatirkanku."

Savy menyuruh sopir untuk kembali pulang. Ketika mobil mereka keluar dari tempat parkir. Savy dapat melihat pria yang bernama Dante tadi melihat ke arah mobilnya.

'siapa dia?' batinnya.

*

Ulalaa babang Demon lagi ke luar negeri gengs jadi maklum rumah sepi.

Continue Reading

You'll Also Like

465K 34.3K 54
[SAMPLE - VERSI LENGKAP TERSEDIA DI DREAME/INNOVEL] ❝It would be tragedy to love you quietly.❞ Ketika berusia 10 tahun, Zara Ma'rufi dinikahkan oleh...
1.1M 16.4K 36
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...
604K 35.6K 27
Andira terhasut teman-temannya yang sesat. Dia menyesal tidak menjadi cupu selamanya. Dan akibatnya dia terlibat skandal dengan asisten sekaligus bod...
43.1K 5.4K 29
[On-going revision] Irina Mahika adalah seorang karyawan biasa yang mulanya bekerja sebagai Personal Assistant pendiri salah satu agensi ternama. Nam...