TRANQUILITY (Complete)

By gigrey

1.9M 127K 2.5K

⚠Mature Content || 21+ * "Bantu aku membalaskan dendamku." -Savannah "Setelah keputusan ini, kupastikan mere... More

Characters
Note
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chaper 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Quick Info
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Chapter 28
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 31
Chapter 32
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35 (END)
NEW STORY

Chapter 9

41.7K 3.8K 54
By gigrey

Selamat membacaaa
(づ ̄ ³ ̄)づ

******

Jeritan kembali terdengar seperti sahutan. Savy dan Isaiah lari menuju sumber teriakan. Ballroom terlihat sepi bahkan para pelayan dan pemain orkestra pun ikut berlarian keluar.

"Semuanya tetap di tempat!"

Suara perintah Isaiah terdengar menggema membuat orang-orang berhenti di tempat dan mengurungkan diri menuju suara teriakan.

Para tamu mulai berkerumun di taman, Isaiah dan Savy harus menerobos mereka. Dengan kasar Isaiah mendorong orang-orang untuk membukakan jalan untuknya. Savy mengikutinya dari belakang. Sebelum Savy melihat apa yang terjadi Isaiah berbalik dan menahan tubuhnya agar ia tak bisa maju lebih jauh lagi.

"Kembalilah ke atas."

"Ada apa?"

"Tak ada bantahan, cepat kembali ke kamarmu sekarang!" Savy melangkah mundur dan semua orang kembali mengerumuni menghalang Savy untuk melihat apa yang telah terjadi.

Terdengar sebuah tembakan yang memekakan telinga membuat para tamu yang bergerombol lari berceceran. Savy terdiam melihat pemandangan di depannya. Killian berdiri tegap dengan kaki kanannya bertumpu di atas wajah dari sebuah tubuh yang telah terkulai tak berdaya. Cahaya rembulan menyinari rambut silver pria tersebut. Darah segar mengalir di sekitarnya.

"Killian hentikan. Dia sudah mati."

Isaiah mencoba mendekat ke arah Killian tapi sekali lagi Killian mengarahkan pistolnya ke jantung mayat tersebut. "Killian! Ku bilang hentikan sekarang juga!" Tak menghiraukan peringatan Isaiah, Killian kembali menarik pelatuk tersebut dan menembak mayat yang telah terkapar tersebut.

Suara letupan pistol tersebut membuat Savy berjingkat kaget dan jeritan para tamu wanita kembali terdengar ketika Killian kembali menembaki tubuh yang telah tak bernyawa itu berkali-kali. Para tamu terdiam di tempat menatap adegan horror di depan mata mereka.

"Jangan habiskan pelurumu. Ingatlah itu  adalah peluru terakhir pemberian orangtuamu jadi jangan kau buang sia-sia. Tenangkan dirimu." ujar Isaiah mencoba menenangkan Killian. Killian sama sekali tak menunjukan ekspresi bahkan ekspresi marahpun tak ada. Hanya tatapan kosong yang ia arahkan pada wajah mayat di kakinya. Ia akan kembali menarik pelatuk pistolnya ketika sebuah suara menghentikan pergerakannya.

"lakukanlah atau aku akan memutus lehernya." Savy terkesiap ketika dengan cepat seorang pria menarik tubuhnya dan menempelkannya pada dadanya. Ia melingkari leher Savy dengan todongan pisau tqqajam.

"Savy...." Isaiah tak bisa menguasai keterkejutannya, ia pikir anak itu telah naik ke kamarnya. Killian kini mengubah haluan tangannya dan mengarahkan pistol ke arah pria yang menyandera Savy. "Jangan melakukan sesuatu yang sembrono Killian. Turunkan pistolmu sekarang juga." Isaiah berada di posisi yang serba salah. Ia tak ingin melukai Savy dan juga ia tak ingin sampai Killian melakukan hal yang bodoh.

"Lakukanlah!"

"Ja-Jacob? Ouch!" Savy mendongakkan wajahnya untuk melihat wajah orang yang menyanderanya tapi pergerakannya membuat leher mulusnya terkena goresan pisau tajam yang ditodongkan pada Lehernya.

"Halo nona manis. Maaf kita harus bertemu ditempat dan waktu yang tidak tepat. Sayang sekali padahal aku cukup menyukaimu." Savy dengan susah payah berusaha meneguk ludahnya. Kerongkongannya terasa sangat kering. Di depannya Killian telah mengarahkan pistol pada Jacob yang menempel padanya. Ia menatap tak berdaya ke arah Isaiah. Isaiah menurunkan tangan Killian dan memegangnya agar ia tak kembali mengangkat pistolnya. Pria itu masih tak berekspreai menatap Savy.

"Isaiah...."

"Tenanglah Savy... Dan kau Jacob, apa yang kau inginkan?"

"Heh? Bukan aku, aku tak menginginkan apapun. Kalian tak usah berlagak polos. Berikan yang diinginkan oleh Tuan Alberto maka leher cantik ini akan selamat."

"Alberto?"

Killian dengan gerakan cepat memindahkan pistol dari tangan yang dipegang Isaiah ke tangannya yang bebas dan menodong kembali ke arah Jacob. Isaiah merasa kecolongan dengan teknik gerakan Killian. Savy yang terkejut menutup matanya erat ketika merasakan pisau di tangan Jacob kembali menggores lehernya.

Terdengar kekehan yang sangat familiar di telinga Savy. Orang-orang di belakang Killian dan Isaiah membukakan jalan untuk seorang yang sangat mereka kenal betul. Demon.

Demon dengan santai mendekati Killian dan Isaiah. Tangannya yang diistirahatkan pada kedua saku celananya menambah kesan bahwa pria itu sama sekali tak merasa terintimidasi oleh ancaman Jacob. "Easy boy." Tanpa ada kata perintah, Killian menurunkan pistolnya dan mundur satu langkah untuk memberikan Demon ruang. Demon menepuk pelan kepala Killian sebagai bentuk apresiasi.

Ia mengangkat alisnya ketika melihat mayat yang sudah memiliki beberapa lubang tembakan di badan dan kepalanya. Kakinya kirinya bergerak membolak-balik wajah sang mayat."Good job Killian." Setelah puas melihat hasil kerjaan Killian kini ia berdiri tegap menghadap Jacob yang masih menodongkan pisau ke arah Savy.

Jacob mulai merasa tak enak, ada hawa yang sangat berat dan sangat mengintimidasi dari senyum yang diberikan Demon padanya. "Ck, aku cukup kecewa pada permainan pria tua itu. Mengirimkan seekor kelinci percobaan sebagai umpan. Aku tak tahu apakah ia terlalu bodoh? Atau mungkin terlalu putus asa?" Setelah menyelesaikan kalimatnya Demon terbahak-bahak. Semua orang yang menyaksikan itu terlihat bingung tapi tentu saja mereka sudah terbiasa akan hal itu. Karena mereka tahu Demon adalah pria yang gila.

Jacob yang tak tahu maksud Demon merasa gusar. Tangannya mulai bergetar sehingga lagi-lagi menggores leher Savy. "Akh!" jerit tertahan Savy membuat Demon menghentikan tawanya dan kembali tersenyum manis ke arah Jacob.

"Minggir!"

Ethan muncul, ia telah meringkus dua orang lagi. Keduanya berjalan tertatih karena luka tembak di kedua kakinya.

"Ka-kau?" Tanya Jacob tak percaya.

"Dasar bodoh! Bunuh saja gadis itu sekarang juga!" Teriak salah seorang pria yang diringkus oleh Ethan. Suara tembakan membuat Jacob dan Savy terkejut. Ethan menembaki dua kepala pria yang ia bawa tadi di depan khalayak ramai.

"A-Ayah...?" Jacob masih tak percaya melihat tubuh ayahnya yang terjatuh di rerumputan. Ia bingung dengan apa yang terjadi. Mengapa ayahnya bisa berada di sini?

"Sudah ku bilang, kau hanya umpan." Demon menggeleng kepalanya tak percaya akan kebodohan yang ada di depannya. "Umpan yang bodoh. Tapi sayangnya permainan kalian harus berakhir di sini."

"Apa yang akan kau lakukan? Jika kau berani membunuhku maka aku juga akan membawa gadia ini ke akhirat bersamaku." Savy meringis mencoba menahan air matanya yang akan keluar. Bohong jika ia tak merasakan ketakutan. Ia memohon ke arah Isaiah untuk meminta bantuan.

"Tindakan yang salah, ku rasa kau lebih menyukai untuk menyusul ayahmu?" Jacob tak yakin kalimat tersebut adalah sebuah pertanyaan atau sebuah pernyataan.

"Haha! Coba saja jika kau berani! Aku akan melepaskannya jika kau melepaskanku juga!"

Demon menatap Savy yang menatap Isaiah dengan tatapan memohon hingga akhirnya mata cokelat Savy menatap matanya. Demon menutup matanya dengan tenang memberikan isyarat agar Savy juga menutup matanya.

Jacob mengetatkan pisaunya. Savy tak menggeleng takut.

"Savy...." Demon memanggil nama Savy dengan sangat lembut. "Sst... Tutuplah matamu...." Gadis itu mengikuti perintah Demon hingga kembali terdengar sebuah letupan pistol.

Tangan yang melingkar di lehernya terasa melonggar. Savy membuka matanya perlahan dan melihat Demon dengan tatapan tajam dan serius mendong pistol yang ujungnya berasap ke arahnya. Savy tak cukup kuat menahan kakinya yang bergetar hebat hingga ia terjatuh di rerumputan. Tubuh Jacob terbaring tak berdaya di belakangnya dengan lubang di dahinya. Ia menangis sejadi-jadinya. Ia takut.

Ethan dan Isaiah segera menyusul Savy tapi Demon menyingkirkan mereka berdua dan menyelimuti Savy dengan jasnya. "Kalian urus semua tamu dan sampah-sampah ini." Tanpa menunggu lebih lama lagi Demon menggendong Savy dengan kedua tangannya.

"Killian, setelah ini temui aku di ruang belajar."

Demon mengetatkan gendonganya ketika merasakan tubuh Savy yang bergetar hebat. "Sst... Everything is gonna be alright. Kau akan selalu aman selama kau tetap berada di sampingku." Savy menenggelamkan wajahnya di dada Demon dan menangis.

Demon meninggalkan taman untuk mengantar Savy menuju kamar gadis itu.

******

Jangan lupa klik bintangnya ya teman-teman supaya Killian seneng dikit. Ehehehe.

Continue Reading

You'll Also Like

4.8M 178K 39
Akibat perjodohan gila yang sudah direncakan oleh kedua orang tua, membuat dean dan alea terjerat status menjadi pasangan suami dan istri. Bisa menik...
655K 50.3K 78
HR #1 in Romance Kekasih dan cinta pertamaku, Emmeric dengan teganya memintaku menjadi istri kedua karena dia akan menikahi wanita pilihan orang tuan...
177K 1.3K 8
Mature content : khusus 18+ Silahkan skip jika tidak sesuai kategori usia 🙏 Isi tidak direvisi lagi, versi revisi hanya tersedia dalam versi cetak d...
939K 66.1K 22
Cherryl Orlando, menikah dengan kekasih yang di cintai nya dan hidup bahagia. Tapi satu hal yang Cherryl sadari namun ia abaikan, bahwa suami nya mem...