SYNDROME ||Jeon Won Woo|| ✔

By vhaidaluv

90.6K 9.4K 484

Bersama adalah bahan dasar untuk membuat kasih sayang, walau bahkan dalam pembuatannya tidak memerlukan peras... More

Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 15
Part 16
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Part 21
Part 22
Part 23
Part 24 - End

Part 14

3.8K 380 44
By vhaidaluv

#Hari keenam penculikan Min Hee

Tidak biasanya Won Woo datang terlambat. Walaupun Min Hee tidak tahu waktu, ia bisa merasakan bahwa penculiknya telah membuatnya menunggu lebih lama dari biasanya. Ia bahkan menghitung mundur seratus beberapa kali saking bosannya.

Di hitungan ke lima sembilan, orang yang ditunggu Min Hee akhirnya datang. Ia tersenyum menyambut kehadiran penculiknya. Namun sedetik kemudian senyumnya hilang karena melihat wajah penculiknya yang murung.

"Apa masih ada yang mengganggumu?" tanya Min Hee ikut bersedih.

Won Woo tak menjawabnya. Rencana pembunuhan Min Hee memang sudah gagal total, tapi ia perlu rencana lain untuk menggantikannya. Sebuah rencana yang tidak akan menyakitinya atau menyakiti Min Hee. Hanya saja itu seperti sebuah misteri tersendiri untuknya.

"Kutanya kau kenapa lagi?" Min Hee mengulangi.

Won Woo tersenyum getir. "Bukan berarti aku harus menjawabnya, kan?" timpal Won Woo. "Kau pikir masalahnya selesai hanya karena aku memutuskan untuk tidak membunuhmu?" lanjutnya.

Kemudian, Won Woo menghempaskan tubuhnya di sofa panjang.

Min Hee agak terhenyak karena kata-kata Won Woo barusan. Ia pikir, Won Woo yang ada di hadapannya masih sama seperti Won Woo yang menangis di pelukannya kemarin, ternyata tidak.

Mengingat apa yang telah menimpa mereka, sepertinya Min Hee bisa memberikan sedikit pengertian untuk Won Woo kali ini. Ia tahu bahwa semua ini juga tidak mudah bagi laki-laki itu.

"Kau lupa, aku pernah bilang kalau suasana hatimu sangat mempengaruhiku." Min Hee membetulkam posisi duduknya ke arah Won Woo.

Won Woo menatap Min Hee dengan dalam, tapi tak mampu membalas perkataan Min Hee.

Won Woo bermaksud menghindari topik pembicaraan, dan satu hal yang bisa ia lakukan adalah membukakan tutup botol mineral yang dibawakannya untuk Min Hee.

Min Hee menerima botol itu agak hati-hati, lalu menenggak isinya untuk membasahi kerongkongannya.

Won Woo menggeser duduknya menjauhi Min Hee. Walau bagaimanapun, ia merasa tidak nyaman membagi sofanya dengan siapapun, apalagi Min Hee.

Min Hee mengelap setetes air di ujung bibirnya dengan punggung tangan, kemudian menoleh pada Won Woo. "Aku akan melakukan apapun yang bisa menolongmu," ucapnya menjanjikan. "Apapun," lanjutnya.

Won Woo tertegun setelah mendengarnya, tidak bisa menyimpulkan apa yang telah merasuki sanderanya hingga menjadi sangat patuh seperti ini.

"Dengar!" kata Won Woo meminta lebih perhatian Min Hee. "Aku adalah seseorang yang seharusnya kau takuti. Aku bisa menyakitimu."

"Dengan keadaan dirimu yang sedang kebingungan seperti ini?" tanya Min Hee. "Percayalah! Bahwa kita sudah cukup menderita dan tidak ingin menambahnya lagi."

Won Woo bungkam karena penuturan Min Hee barusan. Ia tahu kalau itu semua benar adanya. Ia sudah merasa lelah karena terus membawa bahaya dalam setiap hembus napasnya, dan ia juga sudah lelah menyakiti orang lain.

"Biarkan aku menghiburmu!" kata Min Hee pelan. Tangannya sudah mendarat dengan lembut di pundak penculiknya.

Tubuh Won Woo berdesir hebat karenanya. Jantungnya berdenyut keras dan terlampau cepat, sampai-sampai membuat darahnya bergejolak panas. Saat tangan Min Hee mengusapnya penuh kasih sayang, tubuhnya langsung mengejang tidak bisa digerakkan.

"A-aku menyuruhmu untuk berhenti," kata Won Woo menghiraukan peluh yang mengalir di pelipisnya karena gugup. Ia jelas-jelas menolak Min Hee, tapi tubuhnya tak berniat menghindar dari sentuhan tangan Min Hee yang sudah menjalar di sekitaran dadanya.

"Aku hanya ingin menjadi lebih dekat denganmu." Min Hee menghentikan gerak tangannya tepat dimana hati Won Woo berada.

"Kau sedang menggodaku agar bisa kabur dari sini, kan?" Won Woo menyimpulkan kecurigaannya. Ia meraih tangan Min Hee agar berhenti menggerayami tubuhnya seenaknya, tapi gadis itu mengaduh seketika.

Won Woo spontan mengendurkan genggamannya, lalu menyingkap pergelangan baju Min Hee dengan pelan untuk mencari tahu apa yang ada di sana - sebuah luka, tentu saja, apalagi memangnya.

Won Woo merasakan sebuah hantaman perasaan bersalah karena telah melukai gadis itu. Rasanya ia ingin mengulang waktu dan tidak pernah membawa Min Hee ke dalam ruangan tak berpenghuni itu.

Won Woo menyisir rambut Min Hee dengan jemarinya, mengganti kata maaf dengan memberi belaian halus pada gadis di depannya itu. Pandangan mereka terkunci satu sama lain selama beberapa saat yang senyap.

"Aku... aku suka matamu." Ini kali kedua bagi Won Woo memuji kecantikan mata Min Hee. Harus ia akui, mata gadis itulah yang membuatnya goyah pada keadaan.

Iris mata Min Hee membesar dan semakin berbinar setelah mendengar hal itu, seperti ada bintang yang jatuh di kedua maniknya.

"Aku tahu kau memperhatikanku lebih dari seorang pengintai," ucap Min Hee. Ia merasa bahwa dirinya dan laki-laki itu sama-sama punya perasaan lebih dari sekedar penculik dan tawanannya. Tapi yang jelas, bukan pula seorang pembunuh dan korbannya.

"Jika aku boleh tahu, hiburan apa yang kau tawarkan padaku?" tanya Won Woo mengungkit kembali perkataan Min Hee yang bilang akan menghiburnya.

Min Hee meraih salah satu tangan Won Woo dan menempelkannya di pipinya, kemudian menutup kedua matanya dengan damai seolah sedang tidur. Ia membuka matanya lagi dan mengecup telapak tangan Won Woo sekilas.

Hal itu membuat tubuh Won Woo kembali menegang di tempatnya.

"Aku sudah berhenti berharap untuk pergi dari tempat ini, meninggalkanmu. Sejak aku menyadari bahwa aku benar-benar membutuhkanmu di sisiku," ucap Min Hee.

Tak sengaja Min Hee teringat kembali pengalaman pahitnya saat mencoba kabur dari tempat itu. Ia gemetar ketakutan bahkan hanya dengan membayangkannya saja, dan ia tidak mau hal itu terulang lagi dalam hidupnya.

"Aku tidak ingin membuatmu marah dan kecewa lagi." Min Hee melanjutkan ucapannya dengan sendu.

Won Woo menatap Min Hee dengan dalam, masih ada keraguan yang membuatnya tidak bisa mempercayai ucapan Min Hee. Ia sudah banyak bertemu dengan orang, dan tidak pernah ada satu pun dari mereka yang pernah berkata tulus padanya.

"Bagaimana caraku membuatmu percaya?" tanya Min Hee sedih.

Won Woo juga tidak tahu hal apa yang bisa membuat kewaspadaannya luluh menjadi sebuah kepercayaan. Walaupun nalurinya terus berkata bahwa Min Hee sedang jujur padanya, ia tetap tidak bisa... Min Hee tiba-tiba menciumnya.

"Apa kau sudah percaya?" tanya Min Hee sambil memiringkan wajahnya, ia menambahkan senyum manis di akhir pertanyaannya.

Pertahanan Won Woo ambyar seketika. Bagian tengah pahanya berdenyut tak karuan. Berahinya terpanggil dan ia langsung menerjang Min Hee seperti seorang predator.

"Aku bukan laki-laki yang sopan, Min Hee," ucap Won Woo dengan suara basnya.

Min Hee yang awalnya kaget karena Won Woo menindih tubuhnya tiba-tiba langsung tersenyum lagi. "Aku tahu. Kau bahkan tidak mau membagi namamu padaku."

"Kau... kau tidak seharusnya menggangguku," kata Won Woo yang tidak mengindahkan kalimat Min Hee sebelumnya.

Won Woo mencium bibir Min Hee dengan panas. Ia melumat permukaan bibir itu dan membasahinya dengan salivanya. Untuk beberapa saat ia tetap memainkan pola yang sama.

Lama kelamaan, sebuah dorongan yang berasal dalam dirinya mendesak Min Hee agar mengizinkannya untuk masuk lebih dalam. Ia meminta Min Hee untuk membuka mulutnya, dan gadis itu menurut dengan sedikit kaku.

Jilatan itu semakin membara bahkan sampai menyaingi jilatan api yang berkobar di dalam drum sebelah mereka. Detik berikutnya, lidah mereka sudah bersentuhan dan saling berkenalan dengan mesra. Decakan pun tak henti memenuhi ruang senyap itu berulang kali.

Terus berlanjut, Won Woo membenamkan wajahnya di sela leher dan pundak Min Hee. Ia mengisap lekuk tulang selangka Min Hee dengan agak kasar, membuat gadis itu mendesah menahan sakit.

Won Woo mengangkat kepalanya dan langsung beradu pandang dengan Min Hee.

"Apa kau yakin?" tanya Won Woo dengan suaranya yang rendah.

Min Hee langsung tahu apa yang dimaksud laki-laki itu. Ia memberi anggukan sebagai jawaban.

"Kau tidak akan menyesal?" tanya Won Woo masih belum puas.

"Aku sadar betul apa yang sedang aku lakukan sekarang," jawab gadis itu.

Won Woo pun membantu Min Hee untuk menanggalkan satu per satu pakaian gadis itu, sampai hanya menyisakan bra saja.

Sorotan mata Won Woo yang semula dipenuhi nafsu berubah jadi duka. Ia menemukan warna biru kehitaman di sekitaran perut gadis itu. Ingatannya memberi tahu, kalau itu adalah bekas luka yang pernah ia torehkan dengan sangat kejam dan tidak manusiawi tempo hari.

Won Woo sempat bertemu pandang dengan mata Min Hee, tapi ia kembali beralih ke bagian perut gadis itu yang rata. Tubuhnya berangsur turun lalu mengecup perut Min Hee yang dipenuhi memar.

Tubuh Min Hee yang terlentang seketika bergetar hebat karena perlakuan manis Won Woo. Air mata haru pun mengalir membelah pelipisnya.

Won Woo yang sedang memperhatikan Min Hee menyadari kehadiran cairan bening itu, lalu memberikan kecupan pelan di mata Min Hee yang refleks langsung terpejam.

Won Woo kembali mencium bibir Min Hee. Dan entah kenapa, bibir Min Hee seperti mengeluarkan rasa manis yang membuatnya ketagihan.

Setelah itu giliran dirinya yang melepaskan pakaiannya. Hoodie hitam itu ia jejalkan di bawah kepala Min Hee untuk dijadikan bantal.

"Kau berkeringat." Min Hee mengomentari.

Won Woo tersenyum. "Kau membuat tempat dingin ini jadi lebih panas. Kau yang bertanggung jawab," timpalnya.

Mereka bercumbu dan menahan gelak tawa karena perkataan yang membuat perut mereka tergelitik geli. Untuk saat ini, mereka lupa dengan status yang mereka sandang - penculik dan tawanannya.

Kemudian Min Hee merasakan sebuah tekanan menerobos masuk ke dalam tubuhnya, merobek dirinya dengan rasa sakit yang tidak tertahan. "Tunggu!" Min Hee memekik.

Won Woo diam menatap Min Hee. Ia melihat ada penderitaan yang disampaikan oleh manik gadis itu padanya. Tapi ia tidak bisa menghentikan apa yang sudah dimulai. Semuanya sudah terjadi dan terlambat untuk diakhiri.

Sementara itu, Min Hee mulai merasakan milik Won Woo menegang keras dan berdenyut dalam dirinya. Rasa sakit yang sempat menerornya pun mereda dan ia pikir bisa menerima Won Woo sepenuhnya.

Won Woo menekankan tangannya pada sofa untuk menopang tubuhnya sendiri. Dia menggerakkan tubuhnya perlahan, dan tetap menautkan tatapannya dengan gadis itu. Hentakan demi hentakan pun menjadi sebuah permainan yang menggairahkan bagi keduanya.

Min Hee merintih kesakitan. Tangannya mencakar punggung Won Woo dengan kuku-kukunya yang sedikit panjang, berusaha melarikan diri dari rasa sakitnya. Tapi yang dilakukannya kemudian adalah menyerahkan diri sepenuhnya pada laki-laki itu.

Jiwa dan raga Min Hee sudah menyatu dengan Won Woo, dan tidak akan ada hal apapun atau siapapun yang bisa merenggut kenangan ini darinya.

"Namaku Won Woo. Itu pun jika kau masih ingin tahu," bisik Won Woo di telinga Min Hee.

***

TBC

Continue Reading

You'll Also Like

27.3K 2.7K 47
Kisah Leader dan Bassis DAY6 memperjuangkan cinta dengan sifat mereka yang berlawanan. ⚠️ NOT BXB book ⚠️ R15+ ⚠️ non baku; harsh words ] [ REVISED...
24.8K 3.7K 200
Bai Lin adalah putri kaya sejati dan ditemukan pada usia delapan tahun, tetapi taktik putri kaya palsu memaksa orang tuanya untuk mengirimnya kembali...
38.3K 5.1K 10
@yunconda's idea. Jung Yunho, aktor beserta model asal Korea Selatan yang terkenal akibat 4 tahun telah berkiprah didunia hiburan. Dengan segala kesi...
12.1K 1.3K 23
Judul Pertama :: Orang yang sama..? [BOBOIBOY FANFIC] ============================ "Gak, Gem. Sadar.. Dia sudah.. te-tenang.." "Kak.. Kumohon.. Bisak...