KAISAR (Komplit)

By shantymilan

2.6M 125K 9.5K

Triva Selena, cewek cantik yang punya sejuta ketenangan di dalam hidupnya. Dia memiliki kepribadian yang meng... More

PROLOG
👑1. Mengendus
👑2. Tebak-tebakan
👑3. Kamu?
👑4. Titip Ciuman
👑5. Nagih Hutang
👑6. Kecewa
7. Jadian
8. Keenan
9. Kaisar Manja
10. Kaisar (masih) Manja
11. Go Public
12. Putus!
13. Iced Couple
14. Balikan nggak?
15. 1 Permen 2 Mulut
16. Nikah Muda?
17. Kaisar Sakit
18. Triva Cemburu?
19. Guru "Private"
20. Romeo & Juliet
21. Akting atau Niat?
22. Long-Weekend
23. Hai Amira
24. Kita Putus!
25. Bodoh!
26. Dinner Kecil-kecilan
27. Back to Jakarta
28. Gara-gara ML
29. Ngapain di Sini?!
30. "Date" with Haruka
31. Kelulusan
32. Prom Nite
33. Bye Triva
34. Kangen!
35. Giselle
36. Seminar Prestasi
37. Cemburu
38. Kesepakatan
39. Adeknya ya?
40. Cewek Kaku!
41. Sibuk
43. Broke
44. Ego
45. Pulang
46. Tahanan Rumah
47. Ketahuan
48. Mantan Rasa Pacar
49. Pacar atau Adik?
50. Kita ini apa?
51. Kaisar Birthdays

42. Hancur

31.9K 2.5K 265
By shantymilan

Gitar.

Melihat kedatangan cowok itu, jantung Kaisar bergemuruh bagaikan badai. Kaisar sudah berpikir kalau Gitar datang malam-malam ke rumah Triva untuk tujuan yang nggak baik. Namun Kaisar ternyata salah, dan itu membuatnya terdiam saat Gitar memberitahukan alasan kedatangannya...

"Triv, ini hape kamu ketinggalan di mobil aku."

Mendengar itu, Kaisar hanya menatap Triva dari samping. Dia bukanlah cowok bodoh, dia bisa melihat bagaimana reaksi Triva saat ini; gugup, cemas, dan takut. Persis seperti seseorang yang baru saja ke-gap melakukan kesalahan.

Bahkan sampai Gitar berpamitan pun, Kasiar tetap diam.

"Duluan, Kai. Sori ganggu malem-malem," pamit Gitar.

Kaisar hanya tersenyum dan mengangguk kecil menanggapinya. Dia dan Gitar bukanlah teman yang dekat, bahkan untuk disebut teman saja sudah sangat berlebihan. Mereka hanya saling mengenal nama dan tau siapa mereka untuk Triva.

Masih dalam keheningan, Kaisar tetap diam. Dia hanya memutar-mutar sisa Pizza di tangannya tanpa berminat untuk memakannya sedikitpun. Seleranya sudah lenyap, Pizza pun telah dingin tersapu hembusan angin.

Kaisar tersenyum dan menggeleng kecil. Dia seakan mentertawakan dirinya sendiri. Kebodohan terbesar dalam hidupnya adalah datang ke rumah Triva dan menemukan kenyataan kalau pacarnya itu...

"Kai, aku..." Triva nampak tersendat-sendat saat berusaha menjelaskan.

Kaisar tau, Triva pasti sedang sangat merasa bersalah. Dan ya, Triva memang salah. Siapapun tak bisa mengingkari itu. Berbohong bukanlah sesuatu yang bisa dibenarkan dalam setiap hubungan.

"Maaf, aku nggak bermaksud buat tutupin ini dari kamu. Aku cuma takut kamu berpikir kalau aku sama Gitar..."

Kaisar menatap Triva lekat-lekat. Begitu banyak pertanyaan yang nggak bisa gitu aja dia lontarkan. Sakit? Sudah pasti. Siapa pun akan sakit bila dibohongin, terutama oleh orang yang kita cintai.

"Udahlah Triv, nggak perlu dibahas. Kamu punya hak buat nentuin jalan hidup kamu sendiri, buat apa minta maaf?"

Mendengar itu, Triva menjadi semakin cemas. Reaksi Kaisar yang jauh di luar ekspektasinya malah membuatnya semakin takut. Bukankah harusnya Kaisar marah? Itu normal, Triva akan menerimanya karena memang dia bersalah.

"Kai, kamu harus tau kalau aku nggak ada maksud sama sekali buat bohongin kamu. Aku cuma takut kamu salah paham dan mikir yang nggak-nggak kalau tau aku dianterin sama Gitar saat pulang tadi," bahkan Triva sendiri menganggap penjelasan itu klise, sebuah alasan semu untuk membuat diri sendiri nampak tidak bersalah.

Kaisar kembali tersenyum, bukan pada Triva. Melainkan setengah menunduk.

Bagi Triva, senyum itu adalah cara Kaisar mentertawakan alasan Triva yang begitu naif.

"Kai, ngomong... Kalo kamu diem kayak gini, aku nggak tau harus gimana?" Bujuk Triva lagi.

"Udah malem, kayaknya aku harus pulang." Kaisar berdiri dan mengambil kunci mobilnya dari atas meja.

Triva dengan cepat ikut berdiri dan menghadang Kaisar. "Kai, jangan pulang dulu. Sumpah demi apapun aku nggak akan tenang kalau kamu pulang dalam keadaan kayak gini," bujuk Triva.

Kaisar mengangkat tangannya dan mengusap puncak kepala Triva. Sentuhan itu justru membuat Triva semakin gemetar dan ketakutan, seakan itu adalah sentuhan terakhir yang nggak akan bisa dia rasakan lagi.

"Jangan pergi..." Rengek Triva, air matanya refleks jatuh dengan sendirinya.

"Aku nggak pergi, aku pulang..." Ucap Kaisar menanggapi.

"Maaf..." Lirih Triva kembali.

"Aku maafin," balas Kaisar.

Nggak, Triva tetap nggak merasa lega meski Kaisar berkata seperti itu. Reaksi Kaisar yang tenang dan diam seperti itu justru lebih terlihat menakutkan ketimbang Kaisar marah atau membentak-bentaknya.

"Kai, maaf..." Rasa bersalah membuat Triva harus mengemis pada cowok itu dan Triva akan melakukannya terus menerus.

Kaisar mengusap pipi Triva yang terasa dingin. Dia tersenyum, "kamu tidur, ini udah malem. Besok kuliah pagi kan?"

"Kai, tolong jangan kayak gini. Kalo kamu marah, tunjukin Kai. Kalo kamu butuh jawaban dari semua pertanyaan kamu tentang semua ini, aku bakal jelasin."

Kaisar menggeleng, "aku ngerti," hanya itu. Tangannya kembali mengusap rambut Triva, lalu wajahnya mendekat mengecup bibir Triva.

Dingin, itu yang Triva rasakan.

Ciuman Kaisar berbeda dari biasanya, terkesan tanpa rasa sama sekali.

"Aku pulang ya. Ini udah malem dan kamu harus istirahat. Nanti aku kabarin kalo udah sampe," pamit Kaisar.

Triva mencengkram kuat ujung kaus Kaisar. Menandakan kalau dia nggak mau cowok itu pergi. Tapi nyatanya, kekuatannya bukanlah apa-apa. Kaisar pergi, melesat bersama mobilnya.

Hancur.

💃💃💃

Pulang bukanlah tujuan yang bisa dijadikan tempat untuk menenangkan diri. Kaisar membawa mobilnya menuju sebuah perkumpulan yang telah lama dia tinggalkan.

Hingar bingar club' malam.

Kebetulan, malam ini ada undangan pesta ulang tahun dari salah satu anggota club' mobil. Kaisar tadinya nggak mau datang karena tau akan seperti apa pesta tersebut, dia nggak mau Triva marah. Tapi sekarang, Kaisar punya alasan untuk datang ke sana.

"Woi, Kai! Dateng Lo, kita pikir udah nggak inget lagi ko sama kita-kita," sapa salah seorang teman yang langsung menyambut kedatangan Kaisar.

"Sori gue telat," sahut Kaisar.

Semua adalah teman, mereka senang-senang saja dengan kehadiran Kaisar. Apalagi, nama Kaisar bukanlah nama baru dalam dunia balas. Sejak SMP, cowok itu sudah jago menguasai Arena balapan.

"Nggak ngajak cewek Lo?" Tanya Diko, kebetulan dia pun ngajakin cewek.

"Udah malem, tidur dia," bohong Kaisar.

"Ah elo sih, pacaran sama cewek baik-baik, mana bisa lah man diajak kumpul bareng kita," sahut Fajar.

Semua tertawa, begitupun Kaisar.

"Minum Kai," suruh Boy, si pemilik acara.

Kaisar mengangguk. Dia mengambil sebotol minuman alkohol kadar tinggi dari atas meja. Tanpa gelas, Kaisar langsung menenggaknya begitu saja.

Hal ini membuat semua teman Kaisar saling berpandangan. Mereka tau kalau Kaisar sedang berada dalam masalah.

"Weiissss, pelan-pelan aja, sob. Masih banyak kok, pesta juga masih panjang," Fajar langsung mengambil botol minuman dari tangan Kaisar dan meletakkannya ke atas meja.

"Kalau ada masalah cerita, Kai. Kali aja kita bisa bantu," ujar Diko sungguh-sungguh.

Kaisar hanya tersenyum menanggapinya. Efek dari minuman tersebut belum sepenuhnya membuatnya lupa akan bagaimana sesak hatinya saat ini.

"Kai, abis dari sini anak-anak mau ngajak ke arena buat pemanasan. Lo mau ikut?" Tanya Boy.

"Boleh," sahut Kaisar.

Semua berseru senang, jarang-jarang Kaisar mau diajakin ngeronda sampai pagi. Biasanya nolak Mulu karena mereka tau alasannya; Kaisar nggak mau pacarnya marah.

Pikiran Kaisar semakin kalut. Bayangan kalau Triva telah membohonginya, makin bermain-main di otaknya. Dia meminum kembali sisa minumannya dan kali ini sampai habis.

Triva Selena, apa yang sudah kamu lakukan?

💃💃💃

Besoknya, Kaisar menjemput Triva seperti biasa. Dia memilih untuk tetap di mobil, menunggu sampai Triva selesai sarapan.

Tak menunggu lama, Triva sudah keluar dari dalam rumahnya dan masuk ke mobil. Tanpa sapaan apapun dari Kaisar, mobil berjalan meninggalkan rumah tersebut.

"Semalem kamu kemana?" Tanya Triva sambil menatap Kaisar dari samping.

"Di rumah," jawab Kaisar.

"Jangan bohong, Kai. Mama kamu nelpon aku, katanya kamu nggak pulang. Aku telpon kamu berkali-kali, apa kamu nggak liat?"

"Maaf."

"Bisa berhenti dulu nggak ini?" Minta Triva, toh jam masuk sekolah Kaisar masih cukup lama.

Kaisar menuruti permintaan Triva, dia menghentikan mobil di pinggir jalan. Matanya tetap menatap lurus ke depan, tangannya tetap di atas setir.

Triva menyentuh pipi Kaisar, membelokkan wajah cowok itu agar menatapnya. Mata Triva langsung menangkap luka memar di sudut bibir Kaisar dan tulang pipi bagian atas.

"Ini kenapa?" Tanya Triva sambil menyentuh memar tersebut.

"Nggak papa. Kamu lanjutin aja ngomongnya," suruh Kaisar.

Triva kembali menghela nafas. "Aku tau kamu marah. Aku memang salah, Kai. Maaf aja mungkin terlambat buat aku ucapin."

Kaisar diam saja, dia terus mengamati wajah Triva yang terlihat berbeda. "Semaleman nggak tidur?" Tanya Kaisar.

"Nggak bisa tidur. Aku nelponin kamu sampe nggak tau lagi udah sebanyak apa. Chat juga nggak dibaca. Aku cemas, Kai..."

Kaisar terlihat mencari sesuatu. Lalu dia menemukan benda pipih di jok belakang dan mengambilnya. Di depan Triva, Kaisar mengusap layar ponsel tersebut.

178 Missed call.
12 chat.

"Aku nggak tau," ucap Kaisar sambil membaca ke-12 chat yang dikirimkan oleh Triva.

"Kenapa nggak pulang?" Tanya Triva kembali.

"Semalem temen aku ada yang ultah, jadi aku dateng."

"Kenapa nggak ngajak aku?"

"Udah malem, Triv. Aku nggak pernah mau ajak kamu ke club' malam, kamu tau kan?"

"Kamu minum?"

Kaisar diam, berarti iya.

"Sampe mabuk?"

Kaisar kembali diam, berarti iya.

"Berantem, sampe luka-luka kayak gitu?"

Kaisar menghela nafas. "Kemana kamu sama Gitar semalem?" Akhirnya pertanyaan besar itu terlontar juga dari mulut Kaisar. Dia lelah memikirkan sendiri jawabannya, dia ingin mendengarnya langsung dari Triva.

"Ngerjain tugas di apartemen Naomi. Samuel nganterin si kembar pulang. Gitar nganterin aku pulang. Di tengah jalan, dia laper dan ngajakin aku makan. Pulang dari makan aku masih sempet chat kamu. Nyampe rumah aku lupa kalo hape aku ada di atas dashboard mobilnya. Dia pulang."

Triva menjelaskan alurnya secara detil. Sama sekali nggak ada kebohongan.

Kaisar mendengarkan dengan baik. Dia terus menatap Triva yang sepertinya mulai kehilangan energi, efek dari nggak tidur semalaman.

"Maaf udah bohongin kamu. Aku cuma ngerasa kalo aku jujur, kita bakalan berantem nantinya. Sumpah Kai, kebohongan aku tadi malem, sama sekali nggak ada maksud buat khianatin kamu. Tapi emang caranya yang salah..." Triva memijat pangkal hidungnya, dia benar-benar pusing.

Kaisar menurunkan tangan Triva agar berhenti memijat pangkal hidungnya sampai memerah seperti itu. Dia menggantikan Triva memijat kepala cewek itu. "Lain kali tidur yang bener. Nanti kalau sakit gimana?" Omelnya dengan lembut.

Triva menatap Kaisar. Meski sikap cowok itu masih dingin, tapi perhatiannya tetap terasa hangat. "Maafin aku..."

"Nggak usah dibahas. Jangan kamu ulangin," potong Kaisar. Dia tak sungkan membalas tatapan Triva, dengan tangan tetap memijat kepala pacarnya itu.

"Kenapa sih kamu sabar banget? Aku yakin kamu marah, tapi kamu tahan kan?" Tanya Triva.

Kaisar diam.

Triva menurunkan tangan Kaisar dari kepalanya. Dengan sedikit keberanian, Triva menarik leher Kaisar mendekatkan untuk menjalin sebuah ciuman.

Tok. Tok. Tok.

Triva terlonjak kaget dan melepaskan Kaisar begitu kaca mobil di ketuk dari luar. Nampak seorang laki-laki berseragam Polisi berusaha untuk mengintip keadaan di dalam.

Kaisar menurunkan kaca mobil, agar si Polisi nggak perlu mengintip lagi.

"Selamat Pagi. Bisa turun sebentar?" Tanya Pak Polisi tersebut dengan gaya khas-nya.

Kaisar pun turun dari mobil.

Demi apapun Triva merasa malu banget. Dia bersumpah nggak akan lagi melakukannya di dalam mobil. Sejak tadi dia terus menunduk, membuat wajahnya tertutupi rambut.

Tak lama Kaisar sudah masuk kembali ke dalam mobil. Triva mengangkat wajahnya untuk melihat situasi. Pak Polisi tersebut sudah pergi bersama motornya.

Kaisar meletakkan tangannya ke puncak kepala Triva. "Masih pusing?" Tanyanya.

"Sedikit," jawab Triva.

"Ya udah, kamu istirahat aja dulu. Mau ke apartemen?"

"Aku ada kuliah."

"Jangan dipaksain. Nanti sakit. Liat, badan kamu panas gini," Kaisar sudah menyadari sejak tadi kalau suhu tubuh Triva mulai hangat. "Nggak biasa begadang, sok-sok an mau begadang," omelnya.

"Ya abis kamu bikin cemas."

"Aku cowok, apa yang harus dicemasin?"

"Aku takut kamu ninggalin aku," ucap Triva jujur. "Aku takut kamu marah, terus kamu berpikir buat ninggalin aku. Semaleman aku ketakutan Kai."

"Triv, dapetin kamu itu nggak mudah. Perjuangan aku udah luar biasa. Cuma karena masalah kayak gini, nggak mungkin aku ninggalin kamu."

Triva terdiam.

"Kalo kamu tanya, aku kecewa atau nggak, jawabannya iya aku kecewa banget. Tapi nggak berarti rasa aku ke kamu ilang gitu aja. Kita bukan anak kecil lagi."

"Maafin aku..."

"Nggak usah minta maaf terus. Aku cuma mau kamu janji, jangan diulangin lagi. Aku nggak masalah kamu mau jalan sama siapa aja, asalkan ngomong, Triv. Selagi niat kamu emang nggak macem-macem, aku nggak akan larang."

Kaisar mendekatkan wajahnya mendekat pada wajah Triva. Dia membelai pipi Triva, "inget. Kita udah sepakat, masalah apapun bukan putus solusinya. Aku cinta sama kamu, nggak ada yang bisa ubah itu."

Triva tersenyum. Dia memeluk Kaisar dan terus mengucapkan maaf.

💃💃💃

Continue Reading

You'll Also Like

5.1M 427K 48
Anggoro series 1. "Kamu kenapa, sih? Aku udah bilang, dengarin aku dulu!" sentak Dewa marah. Gladis memberanikan diri menatap lurus ke arah mata lela...
1.8M 88K 55
Rasa cinta terlalu berlebihan membuat Lia lupa bahwa cinta itu tidak pernah bisa dipaksakan. Rasanya ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan meng...
3.3K 253 5
Aku selalu bertanya "APA ITU CINTA?" walau begitu ia terus menjawab hal yang sama "jarak umur kita sangat jauh? kenapa kau mencintaiku?" CINTA: Umur...
2.3M 172K 37
Pernah merasa cemburu setengah mati tapi hanya bisa menahan dan menangis dalam diam? Bagaimana pula jika kamu cemburu jika pacarmu lebih dekat dengan...