KAISAR (Komplit)

By shantymilan

2.6M 125K 9.5K

Triva Selena, cewek cantik yang punya sejuta ketenangan di dalam hidupnya. Dia memiliki kepribadian yang meng... More

PROLOG
๐Ÿ‘‘1. Mengendus
๐Ÿ‘‘2. Tebak-tebakan
๐Ÿ‘‘3. Kamu?
๐Ÿ‘‘4. Titip Ciuman
๐Ÿ‘‘5. Nagih Hutang
๐Ÿ‘‘6. Kecewa
7. Jadian
8. Keenan
9. Kaisar Manja
10. Kaisar (masih) Manja
11. Go Public
12. Putus!
13. Iced Couple
14. Balikan nggak?
15. 1 Permen 2 Mulut
16. Nikah Muda?
17. Kaisar Sakit
18. Triva Cemburu?
19. Guru "Private"
20. Romeo & Juliet
21. Akting atau Niat?
22. Long-Weekend
23. Hai Amira
24. Kita Putus!
25. Bodoh!
26. Dinner Kecil-kecilan
27. Back to Jakarta
28. Gara-gara ML
30. "Date" with Haruka
31. Kelulusan
32. Prom Nite
33. Bye Triva
34. Kangen!
35. Giselle
36. Seminar Prestasi
37. Cemburu
38. Kesepakatan
39. Adeknya ya?
40. Cewek Kaku!
41. Sibuk
42. Hancur
43. Broke
44. Ego
45. Pulang
46. Tahanan Rumah
47. Ketahuan
48. Mantan Rasa Pacar
49. Pacar atau Adik?
50. Kita ini apa?
51. Kaisar Birthdays

29. Ngapain di Sini?!

27.6K 2.4K 97
By shantymilan

Seharian ini di sekolah, Kaisar dan Triva tak bertemu sama sekali. Mungkin karena Triva sedang sibuk dengan kegiatan tahunan OSIS, yaitu menggalang dana untuk Baksos. Atau mungkin juga karena efek mereka yang berantem pasal LDR di mobil tadi. Tapi intinya Kaisar benar-benar dalam posisi unmood sekarang.

"Kaisar, kamu ada masalah apa? Kenapa dari tadi latihan kamu tidak konsen. Ada apa, Nak?" Bu Anggita mengajak Kaisar bicara empat mata lantaran sudah 3 jam latihan tapi Kaisar selalu melakukan kesalahan dalam berdialog.

"Maaf, Bu."

"Ibu ngerti kalau kamu mungkin sedang dalam masalah. Tapi ibu minta jangan sampai masalah tersebut mengganggu pikiran dan konsentrasi latihan kamu. Ingat Kaisar, Pentas Teater ini akan diadakan 2 Minggu lagi."

"Saya mengerti Bu. Saya janji saat pentas nanti semua akan berjalan sesuai rencana."

Ibu Anggita tersenyum puas. Dia menepuk pundak Kaisar dengan lembut. "Ibu percaya kamu akan menepati janji."

Kaisar mengangguk.

Setelah pertemuan pribadi dengan Ibu Anggita selesai, Kaisar tak tahan untuk terus berdiam diri. Dia ingin menemui Triva, menyelesaikan masalah yang terjadi tanpa harus menundanya lagi. Dia yakin saat ini Triva pun sedang memikirkan hal yang sama dengannya, hanya saja cewek terkadang lebih banyak gengsinya.

Begitu melangkah masuk ke ruangan OSIS, emosi Kaisar terpancing seketika saat melihat Keenan ada di sana bersama Triva. Terlihat sedang mengobrol dan bercanda.

Nafas Kaisar memburu, dia melangkah lebar mendekati kedua orang itu. Tanpa aba-aba Kaisar langsung menarik kerah belakang Keenan dan melayangkan tinju tepat di rahang lelaki itu.

"Ngapain Lo di sini?!" Tanya Kaisar dengan wajah merah padam.

Triva begitu kaget karena tak menyangka Kaisar bisa berbuat seperti itu. Dia langsung menengahi dengan berdiri di depan Kaisar dan menahan tubuh cowok itu yang ingin maju menghajar Keenan.

"Kaisar, kamu kenapa sih?! Main pukul aja sembarang," marah Triva.

"Kamu belain dia?!" Tanya Kaisar dengan penuh emosi.

"Kai, kamu jelas salah. Kamu tiba-tiba dateng dan pukul Keenan. Emang dia salah apa?"

Kaisar tersenyum miring atas pembelaan Triva terhadap Keenan. "Dia salah apa? Kamu lupa aku pernah bilang dulu, kalau aku cuma izinin kamu ketemu sama dia sekali. Setelah itu, nggak akan aku izinin lagi. Apa kamu inget sekarang?"

Keenan yang sudah bisa meringankan rasa sakit di wajahnya, mulai mendekati Kaisar dan Triva. "Lo salah paham, Kai. Gue ke sini bukan untuk..."

"Bacot!"

BUGH!

Kaisar kembali melayangkan tinju, kali ini ke perut Keenan. Lalu disusul dengan tinju-tinju selanjutnya yang diberikan tanpa ampun.

Karena tak punya pilihan lain, Triva terpaksa menggunakan keahliannya untuk menyelamatkan Keenan dari serangan Kaisar. Dia bisa dengan mudah menangkis setiap pergerakan Kaisar dan menjauhkan Keenan dari sana.

Melihat itu, Kaisar menjadi semakin marah. Tapi marah yang cenderung diam dan menyimpannya dalam-dalam. "Bantu dia. Lawan aku," tantang Kaisar.

Triva terkejut mendengar itu. Apa maksudnya Kaisar ingin mereka bertarung?

Kaisar lagi-lagi tersenyum sinis. Terutama pada tangan Triva yang merangkul Keenan untuk berdiri. "Sekarang aku tau jawaban dari semua pertanyaan aku selama ini. Kalau sepenuhnya, kamu belum mencintai aku."

Triva menatap Kaisar tak percaya. Tapi belum sempat dia menjelaskan, Kaisar sudah lebih dulu pergi dari tempat itu.

"Maaf Keenan," Triva melepaskan Keenan yang seharusnya dia bawa ke UKS. Dia berlari menyusul Kaisar yang sudah berjalan jauh meninggalkannya.

"Kai tunggu!" Triva terus mengejar, hingga kakinya bisa menyamai langkah cowok itu.

Kaisar tetap diam, dia terus melangkah meski banyak pasang mata memperhatikan mereka.

"Kai, jangan kayak gini," bujuk Triva sambil terus mengikuti Kaisar.

"Kai, dia tadi dateng karena emang diundang oleh Kepsek buat kepentingan sekolah. Sumpah aku nggak ngapa-ngapain sama dia tadi."

Kaisar tetap diam dan terus melangkah. Koridor sekolah begitu panjang, sepanjang itu pula mereka menjadi pusat perhatian.

Triva menarik tangan Kaisar, tapi ditepis. "Kaisar tolong dengerin aku. Kalo kamu kayak gini masalah kita nggak akan selesai."

Kaisar sudah terlanjur dikuasai oleh emosi. Dia sama sekali tak perduli dengan semua permohonan Triva. Untuk pertama kalinya dia merasa kecewa. Sakit. Sesak. Marah. Namun semua itu harus ditahan.

"Kai, ayo dong jangan kayak gini. Kalo kamu marah tuh ngomong, jangan diem aja."

"Kai aku minta maaf," Triva terus mencoba hingga akhirnya langkahnya berhenti saat Kaisar masuk ke dalam ruangan Teater yang berisi banyak orang.

Triva sangat ingin masuk, tapi buat apa? Di sana banyak orang, terlebih ada Haruka. Kaisar mana mungkin mau mendengarkannya. Melangkah mundur, Triva berjalan kembali menuju ruangan OSIS.

Baru kali ini Kaisar marah sampe segitunya, itu membuat hati Triva sedikit tersengat takut.

💃💃💃

Setelah pekerjaan di OSIS selesai, Triva menuju ke ruangan Teater untuk melihat apakah Kaisar udah selesai latihan atau belum. Karena kebetulan sekolah sedang libur panjang kenaikan kelas, jadi yang datang ke sekolah hanya segelintir murid yang berkepentingan saja.

Begitu masuk Ruang Teater, mata Triva langsung dihadapkan pada aksi bunuh diri yang dilakukan oleh Juliet, yaitu meminum racun. Triva duduk di kursi paling depan, dia sempat tersenyum pada beberapa Junior yang menyapanya.

Dalam hati Triva berkata, puas banget ya Haruka ciuman sama Kaisar.

Secara, adegan seperti itu diulang setiap latihan. Triva sih tak merasa cemburu sama sekali, karena dia mengerti itu hanya akting.

Prok.

Prok.

Prok.

Tepuk tangan beberapa penonton yang ada di sana menunjukkan bahwa sesi latihan telah berakhir dengan meninggalkan Romeo dan Juliet. Terdengar samar-samar pujian atas akting kedua pemeran utama tersebut.

Kaisar nampak menoleh pada Triva. Tapi lalu berpaling kembali pada Bu Anggita yang sedang mengarahkan sesuatu. Terlihat jelas kalau Haruka mencoba menarik perhatian Kaisar dengan sengaja berganti pakaian di atas panggung.

Triva menggeleng jijik pada Haruka. Cewek tak tahu malu itu menanggalkan pakaiannya Julietnya hingga menyisakan dalaman ketat di tubuhnya.

Apa Haruka sudah sangat semurah ini sekarang?

Setelah selesai bicara pada Bu Anggita, Kaisar langsung mendekati Triva namun tetap memasang wajah masam. Dia masih mengenakan seragam romeo-nya dan duduk di samping Triva tanpa bicara.

Triva masih diam karena fokusnya sedang ada pada Haruka.

Melihat Triva diam membuat Kaisar menoleh dan ikut mengarahkan mata pada apa yang dilihat Triva. Sosok Haruka yang mondar mandir mengenakan dalaman seperti tak ada laki-laki saja di sana.

Triva pun akhirnya menoleh pada Kaisar. Cowok itu nampak tetap menatap ke depan tanpa berniat menyapanya. Kaisar menggenggam sekaleng soda dan meminumnya berulang-ulang.

"Masih marah?" Tanya Triva.

Kaisar tetap diam.

"Kai, aku yakin bukan Keenan yang ngebuat kamu marah kayak gini. Apa karena pembahasan tadi pagi?" Tebak Triva.

Kaisar tetap bergeming.

Triva menghembuskan nafas dari mulutnya, lelah. Dia pun turut melihat ke depan, ke semua aktivitas kosong yang dilakukan para pemeran Teater.

"Nanti malem aku mau jalan sama Haruka," akhirnya Kaisar mengeluarkan suara.

Triva kembali menatap Kaisar. Wajah cowok itu nampak serius, itu artinya dia tak main-main mengucapkannya.

"Oke," sahut Triva kemudian.

Kaisar menggertakkan rahangnya. Emosinya bangkit kembali. Entah kenapa dia menjadi begitu sensitif sejak tadi pagi. Apapun yang menyentil egonya, dia akan langsung terbakar emosi.

"Mana hape kamu," Kaisar menadahkan tangannya di hadapan Triva.

"Buat apa?"

"Siniin," paksa Kaisar.

Triva memberikannya. Wajah Kaisar begitu dingin, sedikit menakutkan.

Kaisar membuka aplikasi chat milik Triva. Rahangnya kembali mengeras melihat nama Keenan berada di barisan paling atas chat. Dia membukanya dan membaca semua percakapan yang terjadi antara Triva dan Sang Mantan.

Keenan
Triva, udah tidur?

Belum.
Knp Nan?

Keenan
Cuma kangen.

:)

Keenan
Apa mungkin kita bisa kayak dulu lagi, Triv?

Keenan
Triva?

Keenan
Kamu marah?

Keenan
Selamat tidur Triva

"Apa ini?" Kasar mengarahkan layar ponsel ke depan mata Triva.

Triva menggigit bibirnya, harusnya dia hapus deretan chat tersebut sebelum Kaisar membacanya. Bukan untuk membohongi Kaisar, tapi agar tak ada kesalahpahaman yang terjadi seperti sekarang.

"Kamu tau dia nyoba buat deketin kamu lagi. Dan kamu biarin?"

"Kai, aku..."

"Karena kamu juga berharap balik lagi sama dia?"

"Kamu ngomong apa sih, Kai. Ngaco tau nggak!"

Kai tersenyum sinis. Dia menyandarkan tubuhnya sambil mendongakkan kepala dan memejamkan mata sesaat.

"Kai," Triva menyentuh pundak Kaisar dengan lembut. "Kamu kenapa? Kita udah sepakat kalau ada masalah di antara kita, harus diselesaikan. Iya kan?"

Kaisar menegakkan kembali tubuhnya. Membelokkan kepala menatap Triva. Dia mengusap pipi Triva sambil tersenyum tipis. "Maaf..." Ujarnya kemudian. Lalu dia berdiri dan menggenggam tangan Triva. "Ayo pulang," ajaknya.

Triva ikut berdiri. Dia nurut aja ketika Kaisar menggandengnya keluar dari gedung Teater. Mereka terus berjalan hingga ke parkiran

"Ehm," Haruka menghalangi jalan Kaisar dan Triva begitu keduanya baru sampai di mobil.

"Kai, malem ini jadi kan?" Tanya Haruka dengan sengaja.

Triva yang sudah lebih dulu diberitahu Kai nampak biasa aja dan tak mau menunjukkan ekspresi marah, karena itulah tujuan Haruka berdiri di depannya saat ini.

"Hmm," Kaisar hanya menjawab dengan nada malas.

"Kamu jemput aku?" Tanya Haruka lagi.

"Ketemuan aja di tempat," jawab Kaisar lagi.

"Inget ya Kai, Bu Anggita bilang kita cuma boleh pergi berdua. Kesampingkan dulu urusan lain karena ini untuk kepentingan Teater."

Kaisar tak begitu merespon. Haruka datang di waktu yang tak pas. Apa cewek itu tak bisa melihat raut wajahnya yang sedang unmood?

Mengabaikan Haruka, Kaisar membukakan pintu untuk Triva. Dia sedang tak ingin banyak bicara. Lalu masuk ke kursi kemudi dan meninggalkan Haruka yang pasti mengumpat di sana.

💃💃💃

Sepanjang jalan hanya ada kebisuan. Hal itu membuat Triva tak nyaman berada di mobil. Sepertinya, Kaisar memang sangat marah. Hanya saja cowok itu menahannya agar mereka tak bertengkar.

"Bisa berhenti dulu nggak? Aku pengen ngomong sama kamu," minta Triva. Karena kalau sudah terlanjur di rumah, akan sangat tak enak membahas permasalahan mereka di depan orangtua Kaisar.

Kaisar menurutinya dan memberhentikan mobil di pinggir jalan aman. Dia menoleh menatap Triva.

"Aku tau keputusan aku buat kuliah di Oxford udah ngebuat kamu terbeban. Aku ngerti kalau kamu juga berat buat ninggalin orangtua kamu. Tapi Kai, apa kamu nggak bisa percaya sama aku sekali aja kalau nggak akan ada yang berubah dari hubungan kita meski aku pergi dan kamu tetap di sini."

Kaisar diam.

"Aku janji, kamu nggak akan sekalipun ngerasa kalau aku ini nggak ada. Kamu bisa telpon aku setiap saat. Aku akan balas pesan kamu kapan pun. Dan setiap malam kita bisa video call."

"Apa aku terlihat egois banget karena berharap kamu tetap di sini?" Kaisar mengusap pipi Triva.

Triva menggeleng. "Aku tau dan aku ngerti kenapa kamu nggak mau aku pergi. Kamu nggak salah, nggak ada yang salah."

"Terus kenapa harus pergi? Kedokteran di Indonesia juga nggak kalah hebat kan? Ada UI, aku yakin kamu bisa masuk situ."

Triva menangkup kedua pipi Kaisar dan mendekatkan wajahnya. "Izinkan aku di sana satu tahun aja. Setelah itu aku akan kembali dan selamanya sama kamu di sini."

Satu tahun?

Kaisar tersenyum, dia merasa itu sebuah kompromi yang terbaik. Hanya setahun, dia akan menunggu.

"Hanya satu tahun," ujarnya.

Triva mengangguk. "Satu tahun. Aku ingin wujudkan impian aku untuk ngerasain pendidikan di sana dan aku akan cukup puas walau itu cuma setahun."

Kaisar mengangguk. Dia memeluk Triva begitu erat. "Aku bakal tunggu kamu di sini. Satu tahun akan berlalu dengan cepat kan?"

Triva mengangguk.

💃💃💃

Aioooooo!
Apa mereka bener-bener bakal LDR? Hiks.

Continue Reading

You'll Also Like

9.4M 553K 54
Keira Alexandria McKenzie Cantik, muda, berbakat, terkenal. Banyak laki-laki mengantre untuk menjadi pacarnya, namun Keira tidak pernah memikirkan ha...
1.7M 234K 55
HARAP FOLLOW SEBELUM BACA, BAB PRIVATE ACAK *** Putri Amabel Ruby Gamali, adalah seorang putri yang telah di kurung dalam istana selama lima belas t...
5.3M 280K 58
Serina, seorang gadis cantik yang sangat suka dengan pakaian seksi baru lulus sekolah dan akan menjadi aktris terkenal harus pupus karena meninggal o...
2.3M 110K 43
The Sequel My lovely Baby. Keyla Alexandra A.W mencintai Seorang Calvin Schenzer, pria dingin yang selalu menolak Keyla dengan perlakuan kasarnya. La...