KAISAR (Komplit)

By shantymilan

2.6M 125K 9.5K

Triva Selena, cewek cantik yang punya sejuta ketenangan di dalam hidupnya. Dia memiliki kepribadian yang meng... More

PROLOG
👑1. Mengendus
👑2. Tebak-tebakan
👑3. Kamu?
👑4. Titip Ciuman
👑5. Nagih Hutang
👑6. Kecewa
7. Jadian
8. Keenan
9. Kaisar Manja
10. Kaisar (masih) Manja
11. Go Public
12. Putus!
13. Iced Couple
14. Balikan nggak?
15. 1 Permen 2 Mulut
16. Nikah Muda?
17. Kaisar Sakit
18. Triva Cemburu?
19. Guru "Private"
20. Romeo & Juliet
21. Akting atau Niat?
22. Long-Weekend
24. Kita Putus!
25. Bodoh!
26. Dinner Kecil-kecilan
27. Back to Jakarta
28. Gara-gara ML
29. Ngapain di Sini?!
30. "Date" with Haruka
31. Kelulusan
32. Prom Nite
33. Bye Triva
34. Kangen!
35. Giselle
36. Seminar Prestasi
37. Cemburu
38. Kesepakatan
39. Adeknya ya?
40. Cewek Kaku!
41. Sibuk
42. Hancur
43. Broke
44. Ego
45. Pulang
46. Tahanan Rumah
47. Ketahuan
48. Mantan Rasa Pacar
49. Pacar atau Adik?
50. Kita ini apa?
51. Kaisar Birthdays

23. Hai Amira

27.9K 2.3K 106
By shantymilan

Tok. Tok. Tok.

"Assalamualaikum."

Semua menoleh ke pintu.

"Amira, masuk sayang..." Kalila langsung berdiri dan mendekati cewek yang dipanggil Amira itu. Nampaknya, Kalila sudah sangat akrab dengan cewek tersebut.

Bener kata orang, cewek-cewek di puncak ini rata-rata berperawakan lembut, murah senyum dan kalau ngomong terdengar halus. Seperti itulah penampilan dan cara Amira menunujukkan diri.

"Amira, ini semua keluarga Oma yang sering Oma ceritain sama kamu," Kalila memperkenalkan Amira pada semuanya.

"Amira ini anak dari tetangga sebelah kita. Sudah seperti keluarga di sini," timpal Kalila lagi.

"Hai Amira," sapa Triva dengan ramah. Karena terlihat seumuran, Triva merasa sedikit bersikap layaknya teman. "Sini duduk," ajaknya.

Amira tersenyum ramah dan menyambut ajakan itu dengan anggukan. Dia sempat menyalami Vanessa dan Tristan lebih dulu. Lalu mengangguk pada Kaisar. Setelah itu duduk di sebelah Triva.

"Triva," Triva mengulurkan tangan memperkenalkan diri.

"Amira," Amira membalas perkenalan itu.

"Masih sekolah kan?"

"Iya, kelas 2 mau ke kelas 3," jawab Amira.

"Sama dong!" Triva langsung akrab begitu saja.

Keduanya lantas terlibat obrolan seperti seorang sahabat. Triva menceritakan tentang sekolahnya di Jakarta dan Amira juga melakukan hal yang sama.

"Kalian yang muda ngobrol aja dulu. Kami mau ke atas ya," ujar Kalila pada Triva, Amira dan Kaisar.

Setelah semua naik ke atas, Triva langsung mengajak Amira duduk di balkon depan untuk mencari udara segar. Sementara Kaisar lebih memilih di dalam bermain game di ponsel.

"Yang di dalem itu pacar kamu?" Tanya Amira hati-hati.

"Emang keliatan banget ya?"

"Hehehe. Beda aja cara kalian saling menatapnya."

"Hehehe. Iya pacar gue."

"Wah enak ya mau gitu diajak berbaur sama keluarga."

"Harus dong. Biar dia nggak cuma mau deket sama kita aja, tapi keluarga juga."

Beberapa saat kemudian...

"Triv, pinjem hape dong," suara kaisar menginterupsi obrolan Triva dan Amira.

"Buat apa?" Sambil bertanya, Triva mengeluarkan ponsel dari saku piyamanya. Lalu memberikannya sama Kaisar.

"Buat kepo. Kali aja kamu macem-macem," canda Kaisar.

"Najis," Triva langsung mencebik. Selama pacatam dia dan Kaisar nggak pernah ngeributin masalah hape. Kaisar juga nggak pernah memaksa untuk ngepoin semua sosmed dan chatingan Triva.

"Hehehe. Kuota aku abis. Tethering ya!" Cengir Kaisar.

Triva menahan tangan Kaisar, menatap cowok itu intens. "Baru isi kemaren loh kuota. Kamu apapin?" Tanyanya curiga.

Kaisar menggaruk kepalanya yang sama sekali tak terasa gatal. "Biasa... Download film," jawab Kaisar.

Triva hanya memajukan bibirnya. Lalu dia melepas tangan Kaisar.

"Pinjem ya," izin Kaisar sambil mengusap pipi Triva dengan lembut.

"Duduk sini aja. Betah amat di dalem sendirian," suruh Triva.

"Iya," Kaisar pun nurut dan langsung duduk di sebelah Triva yang harusnya cuma cukup untuk satu orang aja. Mereka jadi dempetan kayak di angkot.

"Eh terus terus Mir, kalo pulang juga dijemput pakek mobil pickup rame-rame gitu?" Tanya Triva menyambung obrolan yang sempat terputus tadi.

"Hahaha iya. Jadi pulang pergi berasa sapi yang lagi diangkut pakek mobil," tawa Amira.

Triva ikut tertawa. Namun jenis tawanya sangat berbeda dengan Amira. Jika Triva begitu lepas mengeluarkan ekspresi lucunya, maka Amira terlihat seperti menahannya.

"Tapi seru banget ya Mir. Gue pengen kali kayak gitu."

Kaisar mengangkat wajahnya menatap Triva. "Pengen digiring kayak sapi?" Tanyanya.

"Ihhhh. Bukan kayak sapinya!" Protes Triva. Dia memukul pundak Kaisar.

Kaisar terkekeh. Karena merasa sempit, dia mengangkat sebelah kakinya dan dia naikkan ke paha Triva. Dagunya bersandar di bahu Triva sambil tetap menatap layar ponsel.

Amira jadi merasa nggak enak melihat kemesraan dua insan itu. Dia sendiri pernah berpacaran, tapi orangtuanya sangat melarang bila pacarnya datang ke rumah karena takut omongan negatif tetangga. Bahkan, Amira harus pulang sekolah tepat waktu dengan dijemput oleh Ayahnya. Sedikitpun nggak ada waktu buat pacar. Tapi sepertinya hal ini sudah lumrah terjadi di pedesaan yang masih belum tersentuh oleh hingar bingar modernitas.

"Amira, kamu punya pacar?" Tanya Triva.

Amira menggaruk pelipisnya, menatap Triva dengan bingung. "Baru putus," katanya dengan nada pelan dan malu-malu.

"Loh, kenapa?" Triva bukannya kepo. Hanya saja untuk cewek seperti Amira, rasanya sangat nggak mungkin memiliki hubungan yang buruk dalam asmara. Mengingat tuh cewek begitu lembut dan cantik.

"Hehehe," Amira hanya tersenyum, dia nggak menjawab secara jelas.

Triva yang mengerti kalau mungkin itu hal yang privasi bagi Amira, dia pun tak lagi menanyakannya. "Kapan nih kita jalan-jalan mengelilingi perkebunan?" Ajak Triva.

"Besok aja," sahut Kaisar.

"Nanti kamu kebo, males ah."

"Bukannya kamu yang kebo?" Bola mata Kaisar bergerak menatap Triva. Dagunya tetap nyaman berada di pundak gadis itu. Sesekali Kaisar mendaratkan ciuman ke pipi Triva.

"Amira ikut ya, sebagai tour guide. Hehehe," minta Triva.

"Boleh. Maunya jam berapa?"

"Amira bisanya jam berapa?"

"Jam sepuluh aja ya. Aku kalo pagi harus bantu orangtua petik daun teh dulu."

"Hah, serius?!" Triva terlonjak berlebihan. Membuat Kaisar menoel kepalanya. "Maksud aku tuh, aku pengen diajarin juga cara petik daun teh yang bener."

"Ya jangan lebay juga," keluh Kaisar.

"Iya nanti diajarin," jawab Amira akhirnya.

"Triv, bikinin kopi dong," suruh Kaisar.

"Ya udah geser."

Kaisar menurunkan kakinya fair paha Triva. Dia menggenggam tangan Triva ketika cewek itu melewatinya. "Hati-hati ya," ujarnya setengah berbisik.

"Ih lebay. Kamu pikir aku mau perang?"

"Ya bikin kopi kan panas. Nanti kena tangan kamu."

"Kaisar..." Tegur Triva.

"Hehehe," Kaisar pun melepaskan tangan Triva agar bisa segera membuatkannya kopi.

Setelah Triva pergi, Amira seketika canggung dan bingung mau ngobrol apa. Tapi dia merasa nggak sopan kalau mendiamkan Kaisar begitu saja. Rasa serba salah membuat duduk Amira jadi nggak nyaman.

"Emmm.. kamu satu sekolah ya sama Triva?" Tanya Amira berbasa-basi.

Kaisar mengangkat kepalanya melihat Amira. "Iya. Satu sekolah. Beda kelas. Beda angkatan. Beda jenis kelamin. Beda segalanya," canda Kaisar.

Amira terkekeh kecil, walau dia bingung dengan jawaban itu tapi dia tetap menikmatinya. "Kalian sudah lama pacaran?"

"Satu tahunan," jawab Kaisar. Dia sudah kembali fokus pada layar ponsel. Menjawab pertanyaan Amira pun hanya dengan suara tanpa melihat cewek itu lagi.

"Nih," Triva menyodorkan segelas kopi panas di depan wajah Kaisar. Dia mengambil ponselnya dan menaruhnya di atas meja. "Jangan main hape mulu," larangnya seperti melarang anak kecil.

"Mainin kamu boleh?" Canda Kaisar.

"Kai..." Tegur Triva.

"Becanda..." Kaisar menoel jidat Triva. "Triva ini tipikal cewek yang no sense humor, Mir. Jadi kalau sama dia bawaannya garing," canda Kaisar bercerita pada Amira.

Amira tertawa kecil mendengar itu. Terutama saat Triva melotot ke arah Kaisar dengan galak.

"Liat aja tuh," adu Kaisar. "Nanti mata kamu keluar loh," ledeknya.

"Suka banget sih isengin akuuu," Triva mencubit pinggang Kaisar dengan keras.

"Sakit, gila!" Protes Kaisar.

"Bodo amat, waras!"

"Hahahaha," Kaisar tertawa terpingkal-pingkal.

Triva nggak punya selera humor? Anda bercanda Kaisar.

💃💃💃

Pagi-pagi sekali, Triva pergi ke kebun teh untuk memetik daunnya. Dia mengantuk, tapi merasa sayang bila momen ini terlewatkan begitu saja. Apalagi dia sangat jarang ke puncak karena kegiatan sekolah.

"Triva, kalau di sini daun teh udah dianggap kayak anak sendiri," cerita Amira.

"Hah, masa sih? Kok bisa?"

"Iya, karena daun teh itu mata pencaharian utama di sini. Jadi diperlakukan seperti anak sendiri. Dirawat. Dijaga. Dipetik dengan benar biar hasilnya maksimal, nggak ada yang terbuang."

"Wahhhh filosopi nya keren," puji Triva.

"Kalau mau ambil, biasanya yang paling ujung cuma sebatas ini," Amira mengajari dengan cermat. Bagian mana aja yang boleh diambil dan harus ditinggalkan. Serta mana yang seharusnya belum boleh dipetik.

"Amira, Lo sejak kecil udah diajarin metik daun teh ya?"

"Iya. Umur lima tahun aku mulai ikut orangtua aku ke kebun. Awalnya metik sembarang. Sampe akhirnya mulai ngerti di umur enam tahun dan belajar metik yang bener walau hasilnya nggak banyak."

"Pantes sekarang lo lincah banget metiknya."

"Kamu juga bisa kalau belajar, Triv."

Hop!

Amira mengalihkan pandangan ke dedaunan ketika melihat Kaisar datang dan memeluk Triva dari belakang. Dia merasa nggak enak melihatnya.

"Kok nggak bangunin aku sih?" Protes Kaisar.

"Kai... Nggak enak ah," Triva langsung melepaskan pelukan Kaisar.

"Nggak enak mulu," lebih Kaisar.

"Di sini banyak orangtua," Triva mengingatkan.

"Emang kita ngapain? Masa gitu aja..."

"Ini bukan kota," Triva menekan setiap katanya. Membuat Kaisar diam dan menghela nafas.

"Amira, apa di sini kalau kita pacaran akan diarak keliling kampung buat dinikahin?" Tanya Kaisar penasaran.

"Hehehe. Tergantung pacarannya seperti apa dulu," jawab Amira.

"Yaaaa kayak gini,"

Cup!

Kaisar mencium pipi kanan Triva dengan cepat. Membuat Triva dan Amira membulatkan mata.

"Ekspresi kalian sama aja," ujar Kaisar sambil menunjuk wajah Triva dan Amira bergantian.

"Ehm, kalian mau mampir ke rumah aku dulu nggak?" Amira mengalihkan  pembicaraan.

"Boleh," Triva langsung setuju.

Kaisar sih ngikut aja. Dia meraih tangan Triva untuk menggandengnya tapi malah ditepis oleh Triva. Membuat Kaisar menggerutu kecil di belakang Triva.

Begitu sampai di rumah Amira, Triva dan Kaisar langsung disambut seperti keluarga. Semuanya pada ramah, terutama mamanya Amira yang asli pribumi.

"Wah anak-anak dari kota ternyata memang cantik dan ganteng ya. Beda sama di sini yang masih wajah-wajah desa kayak Amira," canda Ratna, Mamanya Amira.

"Sama aja Tante. Malah kayaknya cantikan Amira," puji Triva.

"Oalah masa sih, Mir? Coba sini ibu bandingin."

Amira langsung memutar tubuh menjauh karena malu. "Mama teh ih," keluhnya.

Ratna pun tertawa. Tak lama, minuman datang dibawakan oleh wanita paruh baya. "Silahkan diminum Mbak, Mas," suruhnya sambil tersenyum ramah.

"Makasih Mbok," Amira yang mewakilkan terima kasih.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Semua menoleh. Seorang cowok dengan tinggi dan berat proporsional masuk dan langsung menyalami kedua orangtuanya.

"Nah ini anak Tante yang pertama. Namanya Surya. Ayo nak kenalan sama keluarganya Oma Kalila," suruh Ratna.

"Ohh keluarga Oma Kalila. Hai, Surya," Surya dengan sama ramahnya menyalami dan memperkenalkan diri pada Triva dan Kaisar.

"Surya ini sarjana pertanian. Jadi seumur hidup dia mau mengabdi di desa ini," ujar Agung, Papanya Amira dan Surya.

"Wah hebat tuh," puji Triva.

Tak jauh beda dengan Amira, Surya pun tergolong pria yang tampan. Terutama kesantunannya yang menjadi nilai lebih untuk kepribadiannya itu.

💃💃💃

Kalian yang kangen novel-novel lama Shantymilan yang udah pada di-unpublish dan gak lengkap lagi, bisa beli e-booknya.

Only 100rb dapet 3 ebook.

Caranya cukup WA aja ke Admin di nomor 081377733341 ya.

Continue Reading

You'll Also Like

4.4M 186K 34
------ Finish * Highest rank #3 Teen Fiction-21-12-16 #2 -28-12-16 #1 ~10-1-2017 * Ambar Wulandari harus menjadi babu dari Bara Pradipta saat rahasia...
18.7M 890K 62
ISI MASIH LENGKAP! ROMANCE DEWASA Seri ke 1 dari trilogi Sean-Rayhan-Daniel/ Bastard Squad Series MENURUT SEAN : Perjodohannya dengan Jeanita Winat...
7.5M 521K 64
Dari sekian banyak gadis yang ingin menjadi kekasih CEO super sempurna, Savana bukan salah satunya. Dia hanya ingin menyelesaikan kuliah dengan baik...
4.5M 361K 37
Nara memergoki pacarnya berciuman dengan sahabat terdekatnya. Sakit hati, rasa dikhinati, semua berkumpul memenuhi rongga dadanya. Belum lagi orang-o...