The Day of Infraction

By yonhwapark_

1.8K 233 64

"7 Days in a year, crime is legal" Based on Movie Called The Purge Week Story by ©Luykrp called "The Purge... More

Prologue
CHAPTER 1: The Beginning
CHAPTER 2: D-Day Beginning (2)
Author Notes
CHAPTER 3 D-DAY: TRUST (part 1)
Chapter 4 D-Day: TRUST (part 2)
Chapter 5 : Can I Trust You?
Hello!
Chapter 6 : Lies
Chapter 7 : Come and Get you
Chapter 8 : Is it worth it?
Chapter 9 : Tell me. Why?
Chapter 10 : The Truth Untold
Chapter 11 : It Was Always You
Chapter 12 : DEATH

Chapter 13 : The End

89 10 0
By yonhwapark_

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

23:45pm

5 hari, 23 jam dan 45 menit setelah acara tahunan The Infraction Week dimulai.




Taehyung memakirkan mobilnya di tempat dia menyembunyikan mobil sebelumnya. Kakinya dia larikan dengan cepat, secepat yang diizinkan kedua kaki panjangnya.




Taehyung melompat untuk menggapai bagian atas tembok yang menjadi pembatas hutan dengan area kuil penyucian, mengerahkan tenaga lebih untuk menarik tubuhnya, lalu melompat masuk ke halaman di balik tembok dengan terburu-buru.



Taehyung tidak punya waktu lagi.



Setiap detik waktunya berharga. Setiap detik yang dia sia-siakan bisa berakibat pada matinya Sooyoung.




Taehyung tak hentinya merutuki diri sendiri. Bisa-bisanya dia membiarkan emosi mengendalikan dirinya membutakan penilainnya.



Apapun itu. Semarah apapun Taehyung, Sungjae benar.



Sooyoung tidak salah.



Dalam waktu singkat, Taehyung berhasil masuk ke dalam bangunan besar bergaya klasik. Taehyung menolehkan kepalanya ke sekeliling, berusaha mencari arah menuju ruangan yang dia tuju.



Banyak orang berlalu-lalang, tapi Taehyung tidak bisa menemukan Sungjae.



"Hei!" Taehyung menghentikan langkah seseorang yang menggunakan pakaian serba hitam. "Pertemukan aku dengan Sungjae."



Orang itu mendelik, kemudian menatap Taehyung dari kepala hingga kakinya.

"Siapa? Kenapa bisa tau nama asli bos kami?"

"Taehyung. Kim Taehyung."

Jawab Taehyung terburu-buru. Nafasnya yang memburu tidak menghentikannya untuk berbicara cepat.

"Kumohon cepatlah. Aku buru-buru."

Orang asing yang Taehyung berhentikan berpikir sejenak, kemudian menekan kupingnya, menekan alat komunikasi yang tersambunh entah ke siapa.

"Bos. Ada yang mencarimu. Kim Taehyung."

"........"

"Cukup aku sampaikan begitu saja? Baik."

Orang itu -Namjoon, dari nama di seragamnya- mematikan alat komunikasinya dan menatap Taehyung di hadapannya.

"Bos bilang anda sudah terlambat. Target sudah memasuki ruangan eksekusi."

"Dimana?"

"Hm?"

"DIMANA? BAWA AKU KESANA ATAU AKU BUNUH SEMUA ORANG DISINI!"



———————————



01:24am

6 hari, 1 jam dan 24 menit setelah acara tahunan The Infraction Week.



Sungjae mematikan alat komunikasinya, menatap tiga tubuh yang tergeletak di hadapannya.


Sungja memandang dua tubuh yang kepalanya hancur. Paman dan bibi Sooyoung.


Sungjae awalnya hanya mendampingi memastikan bahwa semua baik-baik saja dan Sooyoung bisa mendapatkan keinginan terakhirnya dan pergi dengan tenang.

Tapi.. demi apapun di dunia ini. Sungjae tidak tahan.

Sungaje tidak bisa lagi menahan dirinya saat melihat senyuman di wajah Sooyoung, bersamaan dengan nafasnya yang nyaris tidak bisa terhembuskan lagi.


Saat itu, Sungjae menembakkan senapannya kenarah paman dan bibi Sooyoung. Menghentikan mereka yang saat itu ingin memotong tubuh Sooyoung, ingin membuar Sooyoung merasakan sakitnya dimutilasi hidup-hidup sebelum akhirnya mati.


Sungjae menghantamkan kayu yang sempat digunakan untuk membuat kepala Sooyoung mengeluarkan darah deras, menggunakan benda itu untuk menghancurkan kepala dua orang bedabah yang mengaku sebagai paman dan bibi Sooyoung.



Saat itu juga dia mendapat informasi dari Namjoon melalui alat komunikasi yang ada di kupingnya. Seketika dia langsung menghela nafas berat.


"Bodoh. Kenapa sekarang? Kenapa baru kembali sekarang? Setelah semuanya terlambat."

Sungjae mengangkat jasad Sooyoung perlahan.



Mata Sungjae membulat, dengan segera dia mengambil kantung jenazah dan memasukkan tubuh Sooyoung ke dalamnya. Sungjae berlari keluar, mengambil kereta dorong jenazah dan membawanya kembali masuk ke ruang eksekusi Sooyoung dan mengangkat kantung jenazah Sooyoung untuk di letakkan di atas kereta dorong itu.



————————-


03:12am
6 hari, 3 jam dan 12 menit setelah acara tahunan The Infraction Week dimulai.




Taehyung berlari mengikuti Namjoon, berusaha mendorong orang itu untuk berlari lebih cepat.



"Demi.. ah bisa lebih cepap? Aku haru—" Taehyung menghentikan kakinya saat melihat Sungjae mendorong keluar kereta dorong dengan sebuah kantung jenazah di atasnya. "Jae... itu sia-pa?"


Kata-kata Taehyung terputus-putus, ucapannya tercekat. Matanya membulat.


"Orang yang kamu doakan menderita. Terimakasih, Taehyung. Semoga kamu bahagia."


Sungjae berkata pelan, namun dingin. Sungjae benci Taehyung. Amat sangat membencinya. Sungjae tau Taehyung akan marah. Sungjae tahu Taehyung akan berusaha membunuh Sooyoung.


Sungjae sudah siap untuk menahannya.


Tapi sayangnya, Taehyung lebih buruk dari yang Sungjae pikirkan. Dibandingkan dengan menyerang Sooyoung secara langsung, Taehyung mengucapkan kalimat terburuk yang bisa dia ucapkan.


Taehyung mendoakan Sooyoung untuk mendapatkan kematian dengan sangat menyakitkan.


"Tidak! Tidak. Itu tidak mungkin. Dia... aku datang menyelamatkannya.."


"Fuck off, Taehyung. Sebelum aku membunuhmu." Sungjae mendorong kereta jenazahnya pergi dengan cepat, meninggalkan Taehyung yang berdiri terpaku di tempatnya.

Dengan penyesalan terbesar di hidupnya.



——————-

03:30am

6 hari, 3 jam dan 30 menit setelah acara tahunan The Infraction Week dimulai.

"Bertahanlah, Sooyoung. Aku akan menyelamatkanmu."

Sungjae membuka kantung jenazah, kemudian memasangkan berbagai alat ke tubuh kurus Sooyoung.

Tak lama kemudian, pintu terbuka. Dokter pribadi Sungjae masuk dan mengamati tubuh Sooyoung yang dipenuhi luka.

"Ini siapa Jae?" Dokter Park dengan cekatan membantu Sungjae memasangkan berbagai alat penopang nyawa Sooyoung.

Jantung Sooyoung masih berdetak, meski amat sangat lemah.

Seolah Sooyoung memang ingin pergi. Menuruti ucapan Taehyung.

Hampir  7 jam setelah Sungjae membawa masuk tubuh Sooyoung. Dalam 7 jam itu pula kondisi Sooyoung naik turun. Terkadang membaik, terkadang amat sangat buruk.

Pintu ruangan terbuka. Tubuh Sungjae menegang begitu melihat siapa yang masuk ke dalam ruangan.

Kim Taehyung.

"Pergi. Sebelum aku membunuhmu. Aku serius. Aku sibuk." Sungjae memompa jantung Sooyoung dengan tangannya, berharap dengan begitu jantung lemah Sooyoung bisa berdetak kembali.

Dokter Park berusaha menghentikan pendarahan di seluruh tubuh Sooyoung. Berusaha menghilangkan Blood loss sebagai salah satu penyebab kematian Sooyoung.

Taehyung melangkahkan kakinya, mendekati tubuh Sooyoung yang mulai memucat karena kekurangan darah.

"Soo-Sooyoung." Taehyung memanggil nama Sooyoung terbata-bata. "Aku minta maaf. Aku—aku memaafkanmu. Kembalilah kumohon."


keringat Sungjae bercucuran menuruni tubuhnya. Dia membantu dokter Park melakukan berbagai hal yang dianggap perlu untuk menyelamatkan Sooyoung.


Taehyung menetap elektrokardiogram yang berada di samping tubuh Sooyoung. Garis pada alat itu masih menunjukkan pergerakan, meski amat kecil. Sooyoung masih hidup.


"Sooyoung-ah, sugar, kumohon kembali. Maafkan semua perkataanku. Kumohon. Aku harus mengajakmu kencan. Kumohon. Kamu sudah mengiyakan ajakanku kan?"


Pergerakan garis di elektrokardiogram meningkat.


"Lanjutkan apapun ucapanmu itu." Sungjae berseru kencang tangannya sibuk mempersiapkan sebuah suntikan yang entah apa isinya.


"Aku akan membawamu kemanapun yang kamu mau, Sooyoung-ah. Ini adalah hari terakhir dari hari minggu terkutuk ini. Besok kita bisa memulai semuanya lagi dari awal."


Taehyung melihat elektrodiogram, pergerakan garis yang terpampang mulai menurun, hingga mayoritas terlihat garis lurus, bukan garis naik turun seperti beberapa waktu lalu.


"Jangan pergi, kumohon. Tetaplah bersamaku. Tetaplah di sisiku. Sooyoung-ah, kumohon."


Garis yang terpampang kini sepenuhnya menjadi garis datar, disertai bunyi yang keluar dari elektrokardiogram yang menandakan bahwa tidak ada lagi detak jantung yang terdeteksi.


"Sungjae, menyingkir." Dokter Park menyiapkan alat pacu jantungnya.


Beberapa kali tubuh Sooyoung terhentak saat menerima alat pacu jantung. Setiap kali, hentakan tubuhnya makin keras, seiring dengan naiknya jumlah listrik yang digunakan untuk memaksa jantung Sooyoung kembali bergerak.


Tapi nihil, semuanya nihil.


Garis di alat itu masih datar. Suara memekakan telinga itu masih terdengar. Jantung Sooyoung pun kini sudah berhenti berdetak.


"23:59, Choi Sooyoung dinyatakan mati." 




Suara rendah dokter Park membuat Sungjae terjatuh ke lantai, memandang tangannya yang dipenuhi darah Sooyoung dan menggelengkan kepalanya.


Sirine pertanda The Infraction Week  selesai terdengar kencang. Setelah seharian berusaha menyelamatkan Sooyoung, Sooyoung akhirnya menyerah. Tepat satu menit sebelum minggu terkutuk ini selesai.


Andai saja dia bisa memaksa Sooyoung pergi. Andai saja dia bisa menjaga Sooyoung lebih baik.

Andai saja.... dia bisa menyelamatkannya.


Sooyoung pasti masih hidup, dia pasti masih memberikan senyuman indahnya. Sooyoung pasti membantu orang-orang di sekelilingnya.


Bukannya terbujur kaku karena dibunuh sisa keluarganya.


Sementara Taehyung...


Taehyung memandang tubuh Sooyoung dengan pandangan menyakitkan. Tubuh itu terbujur kaku. Tubuh itu bermandikan darah -darahnya sendiri-, bukannya pucat pasi.


"Sooyoung-ah.... Sooyoung-ku..." Taehyung meracau tidak jelas. Mengucapkan hal sama berkali-kali.


"Puas, bung? Terima kasih. Kamu telah membunuhnya. Aku harap kamu hidup. Supaya kamu dihantui rasa bersalah seumur hidupmu. Hiduplah seakan kamu sudah mati. Tidurlah dalam mimpi buruk selamanya. Kalau kamu berani bahagia.... aku akan datang dan menghancurkan hidupmu. Kim Taehyung tidak pantas bahagia."


Sungjae menetap Taehyung dengan penuh kebencian.

"Kalau kamu berani jatuh cinta lagi, akan kupisahkan kepala orang yang kau cintai, lalu menghadiahkannya kepadamu. Kalau kamu mau bunuh diri, aku akan mencegahmu. "


"Hiduplah seakan kamu mati. Hiduplah dalam penderitaanmu. Demi Tuhan! Sooyoung tidak pernah melakukan kesalahan kepadamu, dia hanya terlahir di keluarga yang salah. Dan KAU! malah menyiksanya di saat saat terakhir hidupnya hanya karena dia terlahir sebagai Choi. Dont fucking say that you love her, Dont even thinking to do that. You dont deserve to love her. Pathetic."


Sungjae bangkit daru duduknya, menatap tubuh Sooyoung.


"I just need one miracle in my life, i just need it now." Taehyung berkata lirih. Matanya tak henti mengalirkan cairan bening. "Maaf aku terlambat. Aku mencintaimu, Sooyoung-ah."

"Aku  aka hidup seakan aku mati. Aku akan hidup dalam mimpi buruk. Apapun itu, aku akan melakukan apapun. Kumohon, Kembalilah"


Sungjae hanya menatap Taehyung kosong.


"Aku akan menyiapkan pemakamannya. Kamu.. bersihkan dia. Beri dia penghormatan terakhirmu. Kita antarkan dia ke tempat peristirahatan terakhirnya dengan layak."


Taehyung tidak menjawab. Dia masih menangis dan memegang tangan Sooyoung, menciumi tangan kecil yang berlumuran darah itu berkali-kali. Meracaukan kata maaf dan aku mencintaimu berkali-kali.


"Sooyoung berpesan kepadaku menginginkan dimakamkan di London Inggris. Kita harus mengantarkan Sooyoung kesana bersiaplah."


Dan Taehyung hanya bisa terduduk di lantai menangis, tidak dapat dipercayai Sooyoung benar-benar pergi meninggalkannya. Menangisi kebodohan dan penyesalannya yang telah menyakiti Sooyoung di akhir hayatnya. 












END?



HOLLA MY FELLOW READERS

SEBELUMNYA YONHWA INGIN MENGUCAPKAN BANYAK TERIMA KASIH KARENA SUDAH MAU MENYEMPATKAN UNTUK MAMPIR MEMBACA WORKS INI. DAN DENGAN SABAR MENUNGGU UPDATENYA CERITA INI

DAN TERIMA KASIH BANYAK UNTUK YANG SUDAH MEMBERIKAN SUARA DAN COMMENTNYA

SEMOGA KITA BISA BERTEMU LAGI DI CERITA LAINNYA


THANK YOU SO SO SO MUCH



YONHWA PARK







Continue Reading

You'll Also Like

7.4M 227K 46
Beberapa kali #1 in horror #1 in thriller #1 in mystery Novelnya sudah terbit dan sudah difilmkan. Sebagian cerita sudah dihapus. Sinopsis : Siena...
142K 932 3
Love,Race And Family "No matter how you are, a race is still race" "Don't be afraid about you car, be afraid if you can't control it" "You mess with...
82.2K 7.1K 100
Tokyo Noir Familia salah satu keluarga Mafia di kota TokyoVerse.Dipimpin oleh Rion Kenzo yang dipanggil dengan Papi dan Caine Chana yang selalu dipan...
9.8M 183K 41
[15+] Making Dirty Scandal Vanesa seorang aktris berbakat yang tengah mencapai puncak kejayaannya tiba-tiba diterpa berita tentang skandalnya yang f...