With Duda ??? Why NOT (END)

By Nanaluv99

498K 24.7K 223

Duda tampan nan menawan bernama Park Jinyoung (31 tahun), memiliki putri cilik yang cantik nan menggemaskan y... More

WDWN :PART 1: IN JINYOUNG ROOM
WDWN : PART 2 : ✅MENCARI PEKERJAAN BARU
WDWN : PART 3 : ^THE FIRST MEET
WDWN : PART 4 ^Sohee Meet HaeJa^
WDWN : PART 5
NOT UPDATE
WDWN : Part 6 : One Day With Aunty Sohee (bagian 1)
WDWN : Part 6 *One Day With Aunty Sohee (bagian2)
WDWN : Part 7
informasi
WDWN : Part 8
WDWN : Part 9
WDWN : Part 10
WDWN : Part 11
WDWN : Part 12
WDWN : part 13
WDWN : Part 14
New Cast
WDWN : Part 15.
WDWN : Part 16
WDWN : Part 17
INFO
Promo Nih
WDWN : Part 18
WDWN : 19
WDWN : Part 20
WDWN : Part 21
WDWN : Part 22
WDWN : Part 23
WDWN : Part 24
WDWN : Part 25
WDWN : Part 26
WDWN : PART 27
WDWN : Part 28
WDWN : Part 30
Info
WDWN : PART 31
WDWN : Part 32 (END)
ALHAMDULILLAH.
Extra Part.
Extra Part (JB-HYENA)
Beralih

WDWN : Part 29

10.5K 550 7
By Nanaluv99

Jinyoung menatap Sohee yang sedang tertidur pulas dikamar tamu rumahnya dengan tangan yang mengelus lembut kepala gadisnya, sebenarnya dia sudah meminta Sohee untuk menggunakan kamarnya saja, tapi gadis itu menolak dengan tegas.

"Aku harap semuanya bisa segera selesai." Jinyoung menghela napas ringan.

Dia tidak tau apa yang terjadi, bahkan ini sudah mulai melibatkan teman-temannya, tapi Jinyoung bertekad untuk menyelesaikan semuanya. Dia tidak bisa merepotkan sahabat-sahabatnya, apalagi saat ini kebahagiaan mulai datang pada mereka semua.

Merasakan sebuah gerakan ringan dibagian pucuk kepalanya membuat Sohee terbangun dari tidurnya, perlahan mata indahnya itu mengerjab sesaat, melihat Jinyoung yang tengah melamun membuat Sohee bangkit dari posisi berbaringnya.

Sedangkan Jinyoung dibuat kaget, karena tangannya yang tadi mengelus kepala Sohee tiba-tiba merasakan genggaman yang hangat, matanya beralih menatap Sohee yang sedang memperbaiki posisi duduknya.

"Apa aku membangunkanmu ?" Tanya Jinyoung dengan senyum kecilnya.

"Kenapa oppa melamun ?" Bukannya menjawab, Sohee justru membalas pertanyaan Jinyoung dengan pertanyaan pula.

Jinyoung tertawa pelan dibuatnya, apakah menghabiskan waktu bersama seseorang bisa membuat kebiasaan juga menjadi sama ? Sisi Sohee yang belakangan ini sering menjawab pertanyaannya dengan pertanyaan pula, membuatnya kian mirip dengan HaeJa yang gemar melakukan hal sama.

"Kenapa tertawa, apakah ada hal lucu oppa ?"

Merasa tidak mendapatkan jawabannya, Sohee kembali bertanya pada Jinyoung yang masih tertawa kecil.

"Tidak, hanya saja kau terlihat seperti HaeJa. Anak itu suka sekali menjawab pertanyaanku dengan pertanyaan pula."

Sohee menggeser tubuhnya lalu menepuk tempat kosong disebelahnya, isyarat agar Jinyoung duduk disana. Jinyoung tersenyum miring, dia suka dengan sisi manja Sohee.

"Jadi gadis cantikku ini mulai nakal heh ?"

Sohee hanya memutar bola matanya kesal ketika mendengar hal itu. Dia menyandarkan kepalanya dipundak Jinyoung, tangannya menggenggam tangan Jinyoung yang lebih besar dari tangannya, rasa kantuknya menghilang begitu saja.

"Aku tidak tau apa yang sedang oppa pikirkan, aku juga tidak akan memaksa oppa untuk menceritakannya. Tapi aku ingin meminta satu hal, apakah boleh ?" Sohee memainkan jari tangannya yang lain dipunggung tangan Jinyoung, dia benar-benar butuh untuk tahu mengenai hal ini.

"Kau tahu kau bisa meminta apa saja dariku Sohee aku akan mengabulkan semuanya. Yah kecuali jika kau meminta untuk berpisah dariku, maka dengan berat hati aku akan menolakknya dengan tegas."

Sohee dan Jinyoung tertawa kecil, mereka berdua tahu bahwa mereka saling membutuhkan satu sama lain, jadi sudah pasti permintaan seperti itu tidak akan pernah keluar dari mulut keduanya.

"Yakk, oppa tahu itu tidak mungkin. Aku hanya mau meminta satu hal saja. Apakah oppa bisa men... eeeeeeemmmmmmm." Entah kenapa keberanian Sohee lenyap begitu saja. Jinyoung sampai dibuat bingung karenanya.

Isyarat Jinyoung dengan alis terangkat pertanda tidak mengerti, membuat Sohee menghela napas sejenak sebelum mengatakan maksudnya.

"Akuinginoppamenceritakanmasalaluoppa." Hanya dalam satu tarikan napas, Sohee akhirnya berhasil mengutarakan maksudnya.

Kalimat cepat tanpa tanda koma ataupun tanda titik itu membuat Jinyoung cukup paham. Sepertinya ini memang sudah saatnya.

"Aku ingin oppa menceritkan semuanya, tentang siapa wanita waktu itu, tentang pernikahan oppa sebelumnya, tentang ibu HaeJa. Aku ingin tahu semuanya oppa."

Jinyoung tersenyum sejenak, "Kau ingat wanita dikantor tempo hari ?"

Melihat anggukan kepala Sohee, Jinyoung kembali melanjutkan kalimatnya.

"Namanya Shin Yoojung. Dia ibu HaeJa, dan artinya juga mantan istri ku. Kami menikah 5 tahun lalu karena perjodohan. Semuanya baik-baik saja pada awalnya, kami saling menyayangi. Hanya menyayangi saja, tidak lebih. Malam itu perusahaan sedang mengalami masalah, JaeBum Hyung tidak bisa membantu sama sekali, dia pergi dari rumah...."

"Jadi apa itu sebabnya kenapa JaeBum oppa tidak cukup akrab dengan paman ?" Tanya Sohee memotong kalimat Jinyoung. Dia sempat melihat kecanggungan antara ayah dari kekasihnya itu dan JaeBum.

"Iya, itu salah-satunya, dan jangan memotong ucapanku Baby." Kekeh Jinyoung.

Sohee hanya tersenyum kecil.

"Malam itu aku pulang dalam keadaan mabuk dan kau tentu sudah bisa menebak apa yang terjadi selanjutnya kan ? 3 minggu setelahnya, Yoojung memberitahuku bahwa dia mengandung. Awalnya dia ingin menggugurkan HaeJa. Tapi aku, ayah dan ibu berhasil membujuknya dengan syarat setelah melahirkan HaeJa, maka kami akan bercerai. Tapi itu tidak terjadi, tepat saat HaeJa berumur 1 tahun, aku memergokinya sedang berhubungan dengan lelaki lain, tepat diatas ranjang pernikahan kami. Selanjutnya kau bisa tebak sendiri apa yang terjadi Baby. Tentang kejadian tempo hari, aku tidak tahu kenapa dia bisa datang kekantorku. Aku sama sekali sudah tidak menyukainya, hanya kau saja, aku berjanji." Setelah menjelaskan semuanya, Jinyoung merasa lebih tenang.

Dia melirik Sohee yang entah kenapa mengeluarkan air matanya. Jinyoung melepas genggaman tangannya dan Sohee, kedua tangan kekarnya terangkat membingkai wajah indah Sohee. Dengan lembut, Jinyoung mengusap kedua pipi Sohee yang basah oleh air mata.

"Aku tidak sedang menceritakan kisah sedih Baby, jadi kenapa kau menangis hmmm ?"

"Hiksss, aku tidak pernah mengira akan ada seorang ibu yang rega meninggalkan anaknya disaat anaknya masih sangat membutuhkannya. Yoojung itu benar-benar hikss sangat tega." Jelas Sohee, sesekali dia masih sesegukan.

"Semuanya sudah berlalu, sekarang ada kau sosok ibu yang menyayangi HaeJa, aku yakin kau bisa menjadi ibu yang baik untuk anak-anak kita nanti."

Blusss

Wajah Sohee seketika dibuat merona karena kalimat yang dilontarkan Jinyoung. Bukankah itu berarti bahwa lelaki ini menginginkannya menjadi istrinya ? Sungguh memikirkannya saja membuat jantungnya berdebar tidak sehat.

Jinyoung melihat jelas rona kemeran diwajah Sohee, hal itu membuatnya sangat kesulitan untuk menahan tawa, tapi dia harus melakukannya untuk mengurangi kecanggungan gadisnya.

"Tidurlah lagi, ini sudah hampir pagi, kau masih memiliki waktu beberapa jam sebelum pukul 6." Kata Jinyoung yang membantu Sohee untuk kembali tidur.

Jam sudah menunjukkan pukul 2 pagi, setidaknya mereka masih bisa beristirahat. Jinyoung menidurkan tubuhnya disamping Sohee, memeluk gadis itu erat.

"Oppa tidurlah di..."

"Aku terlalu mengantuk Baby, jadi biarkan aku tidur disini malam ini. Aku janji tidak akan menyentuhmu selain dengan pelukan ini."

Suara serak Jinyoung membuat Sohee merasa kasihan. Dia sangat yakin pria disampingnya ini belum tidur sama sekali. Hal itulah yang menjadi bahan pertimbangan Sohee untuk membiarkannya tidur disini. Sohee membalas pelukan Jinyoung, menenggelamkan wajahnya kedalam dada bidang Jinyoung.

"Good night Oppa." Bisik Sohee pelan.

"Hmm".
.
.
.
.
Jinyoung sedang fokus memeriksa beberapa file perusahaan ketika pintu ruangannya dibuka tanpa permisi. Setelah melihat bahwa ternyata Mark, sahabatnya yang membukanya, dia kembali fokus pada pekerjaannya. Bahkan dia mengacuhkan sahabat dan orang kepercayaannya itu.

Mark bersama dengan Bang Chan hanya memutar mata jengah, memang sulit untuk menghadapi warkolic seperti Jinyoung. Mereka melangkah dengan pasti kearah sofa setelah memastikan pintu ruangan itu tertutuo rapat.

Duduk dengan nyaman diatas sofa, menunggu sang empunya ruangan menyelesaikan pekerjaannya dulu.

"Jadi, apa ada perkembangan ?" Tanya Jinyoung, berjalan menghampiri Mark dan Bang Chan dengan 2 buah minuman kaleng soda yang memang selalu tersedia di dalam lemari pendingin yang berada dipojok ruangannya.

"Aku meminta Eunwoo menempatkan beberapa anak buahnya untuk berjaga-jaga dirumahmu, dan tebak informasi apa yang aku dapatkan !" Seru Mark sambil meminum minuman yang disodorkan Jinyoung padanya.

"Apa Hyung ?" Tanya Jinyoung. Kini pria itu sudah mendudukkan dirinya didepan Mark dan Bang Chan.

"Eunwoo bilang, sejak semalam, rumahmu diawasi oleh beberapa orang."

Jinyoung dibuat terkejut oleh hal itu, beberapa orang mengawasi rumahnya, yang benar saja. Jika itu benar, kenapa dia tidak menyadari apapun ?

"Ternyata Im Senaa adalah seorang jaksa penuntut, sementara suaminya Song SangMo selain sebagai direktur utama disebuah perusahaan, dia seorang pengacara ternama. Aku menyelidiki tentang mereka sejak beberapa hari lalu, tapi entah kenapa saat aku membuka file tentang kasus terakhir yang diselidiki Nyonya Seena dan Tuan SangMo, tiba-tiba saja aksesku diblokir. Aku mencoba untuk memasukkan data yang lain, tapi aku mendapatkan email berupa nada ancaman agar menghentikan penyelidikan ini." Jelas Bang Chan dengan acuh.

Jinyoung semakin bingung dibuatnya, ini adalah hal yang amat sangat aneh. Bagaimana bisa hal seperti itu bisa terjadi ?

"Apa yang sebenarnya terjadi hah ? Rumahku diawasi dan aksesmu diblokir ? Kenapa semuanya menjadi tidak jelas begini." Geram Jinyoung.

"Hey Dude, tenanglah. Akses Bang Chan mungkin diblokir, tapi aku sempat membobol data-data itu, aku menemukan sebuah file rekaman, aku yakin kau akan terkejut jika mendengar isinya."

Mark beranjak dari duduknya, menghampiri meja kerja Jinyoung dan membawa laptop putih pria itu lalu kembali duduk ditempatnya. Hal itu jelas membuat Jinyoung dan Bang Chan heran.

"Rekamannya tidak bisa diputar melalui ponsel, aku memutarnya pagi ini menggunkan laptotp ku." Jelas Mark, tangannya dengan lincah menghubungkan ponselnya dengan laptotp menggunakan kabel USB.

"Dengarkan baik-baik."

"Aku tidak peduli Hoojong, apapun yang terjadi nanti, kau dan Ara harus membawa Sohee pergi jauh. Jika perlu bawa dia keluar dari negeri ini."

Jinyoung menduga bahwa pemilik suara itu adalah suara dari Im Seena.

"Eonni kau tahu itu tidak mungkin. Kita sama-sama tahu bahwa masalah ini sangatlah sulit. Aku mohon berhentilah menyelidikinya. Nyawamu dan SangMo bisa terancam."

Kini suara Hoojong terdengar cukup jelas, bahkan terdengar bergetar.

"Kami tahu itu Hoojong, diam atau tidak sama saja, dia sudah tahu bahwa perbuatannya diketahui olehku dan Seena. Dia tidak akan tinggal diam, cepat atau lambat, aku dan Seena pasti akan dilenyapkannya. Aku hanya meminta saat itu tiba, kau dan istrimu harus bisa menjaga putriku. Aku tidak peduli dengan cara apapun, tapi pastikan bahwa putriku tetap hidup."

Kali ini suara yang lebih berat terdengar, sekaligus sebagai suara penutup dari rekaman ini. Setidaknya, kini sudah ada sedikit pencerahan.

"Aku tidak tahu siapa yang dimaksud dalam rekaman ini. Tapi yang pasti, baik Tuan SangMo ataupun Nyonya Seena sudah bisa menebak bahwa mereka akan dilenyapkan. Kunci dari masalah ini hanya ada pada Im Hoojong dan Yoo Ara. Tapi aku ragu mereka akan mengatakannya, karena sepertinya mereka berada dalam tekanan seseorang." Kata Mark dengan mimik wajah santai sambil memasukkan kembali ponselnya kedalam saku jasnya.

Bang Chan memberikan map yang tadi dibawanya pada Jinyoung. Yang diterima Jinyoung dengan tatapan heran.

"Kau bilang bahwa semua aset yang harusnya atas nama Im Sohee berubah menjadi nama Im HooJong, tapi aku menemukan dokumen-dokumen ini dibrangkas penyimpanan dikantor Hoojong." Jelas Bang Chan menjawab kebingungan Jinyoung.

"Semuanya masih atas nama Im Sohee, dan itu adalah dokumen asli, aku juga menemukan beberapa dokumen atas nama Im HooJong, tapi itu adalah dokumen palsu, aku rasa Hoojong memperlihatkan dokumen palsu pada Im Sohee. Seperti yang dikatakan Mark Hyung, kuncinya hanya ada pada Im Hoojong dan istrinya. Jika kau berhasil memaksanya bicara, maka semuanya akan selesai."

Jinyoung memperhatikan dokumen-dokumen ini dengan teliti, tentu bukan yang asli, Bang Chan tidak mungkin membahayakan dirinya, dia hanya mencopy semua dokumen itu, lalu menyimpan kembali yang asli kedalam brangkas.

Jinyoung tidak menyangka bahwa Hoojong melakukan penipuan pada keponakannya sendiri, tapi untuk lebih jelasnya, dia harus mencari tahu sendiri.

"Terima kasih untuk informasi yang kau berikan Bang Chan. Sudah cukup sampai disini kau membantuku, kau bisa terlibat masalah jika melakukannya lebih jauh lagi. Dan Mark Hyung, aku rasa aku sangat membutuhkan bantuanmu untuk sekali ini. Untuk bertemu dengan Im HooJong."

.
.
.
.

Beberapa part lagi menjelang Ending. Doain semoga bisa cepat dikelarin yah guys..

Okeyy see you next Part.

Wassalamualikum wr,wb

^baby

Continue Reading

You'll Also Like

15.3K 725 32
Lanjutan dari cerita "Mengalami Lompatan Waktu dan Menjadi Orang Lain". AN: Cerita ini dapat dibaca terpisah tanpa membaca judul cerita di atas. Ri...
64.9K 3.9K 30
Melihat tanpa menyapa, memandang tanpa berkata dan mencintai tanpa berkomunikasi. Itu yang Nara rasakan selama 3 tahun mengagumi Zaky. Seseorang yan...
687K 44.1K 32
Semua orang mengira Saka Aryaatmaja mencintai Juni Rania Tanaka, namun nyatanya itu kekeliruan besar. Saka tidak pernah mencintai Rania, namun menola...
1.1M 57.4K 48
"Aura, maukah kau menjadi ibu pengganti untuk Lilyn?" Aura Nerissa Jasmine tertegun mendapati dirinya dilamar oleh seorang duda beranak satu. Hal...