The Other Side [Telah Difilmk...

Galing kay alyaranti

19.3M 933K 43.7K

The Other Side Movie tayang di seluruh bioskop Indonesia, 17 Maret 2022. #1 in Teenfiction [06/10/18] "Gue it... Higit pa

Pengenalan Tokoh Utama
1 - Fall
2 - Again
3 - Unexpectedly
4 - Revo Adriano
5 - Hujan
6 - After The Rain
7 - Happy Birthday?
8 - A Case Of Mistaken Identity
9 - Surprise
10 - A Seconds (15+)
11 - What?
12 - Confused
13 - Seriously?
14 - Tak Mengerti
15 - Bottle
16 - Kesal Beneran?
17 - Eyes Meet
18 - Cemburu?
19 - More Confused
20 - Secret Place
21 - What Happen?
22 - His Life
23 - Salah Paham
24 - Focus On You
25 - Sweet
26 - Why?
27 - Happy?
28 - Unavoidably
29 - Berbeda
30 - Dreams Come True
31 - I'll Find You
32 - Sweeter
33 - Deeper
34 - That Feelings
35 - Who?
36 - Tak Disangka
37 - Out?
38 - Conversation
39 - Janggal
40 - What's Wrong?
41 - Klarifikasi
42 - Baikan?
43 - Guess
44 - New Plan
46 - Remains
47 - Alea?
48 - Broken
49 - Aware?
50 - Jealous?
51 - Far
52 - A Big Ask
53 - A Fact of Life
54 - Bicara
55 - Hurt
56 - Comeback?
57 - Putri Cantik?
58 - Liar
59 - Down
60 - Sacrificial
61 - Isi Hati Alea
62 - Regret
63 - Result
64 - Losing Her
65 - Revealed
66 - Putus
67 - Last Mission
68 - New Ending
Sequel The Other Side
Extra Part
Book III - The Other Side
Have a Nice Dream
Pengumuman Penting
Info Cover TOS
Kenapa harus beli The Other Side versi cetak?
Fisik The Other Side dan Testimoni
Segera Difilmkan
Original Soundtrack The Other Side
Vote Cover Another Goodbye
FILM THE OTHER SIDE MAU TAYANG?
Official Trailer The Other Side
Special Offer Another Goodbye
NONTON GRATIS FILM THE OTHER SIDE 17 MARET DI BIOSKOP?

45 - Suddenly

228K 10.9K 530
Galing kay alyaranti

Akhirnya mereka membersihkan toilet pria, koridor depan ruang osis, depan ruang guru. Alea yang terus mengeluh dan menyalahkan Revo, sedangkan Revo hanya tertawa gemas melihat tingkah Alea. Itu justru membuat Alea semakin kesal. Bagaimana tidak? Revo terus menerus tertawa. Apalagi, saat orang-orang berlalu lalang dan menginjak lantai yang sudah ia bersihkan. Menyebalkan.

Dan terakhir, kini mereka tengah berada di toilet wanita. Yang mereka belum bersihkan selanjutnya adalah, koridor disekitar taman. Dan kalian tahu, itu sangat luas. Alea bahkan malas untuk memikirkannya.

"Lo kenapa sih ngeselin banget jadi orang?" tanya Alea kesal seraya mengepel lantai toilet yang kotor. Tak ada sahutan dari Revo, Alea menoleh ke belakang. Terlihat Revo tengah memegang punggungnya. Alea menghampirinya, wajahnya sangat cemas.

"Lo kenapa? Sakit ya?" tanya Alea, nada bicaranya langsung berubah. Revo menggeleng.

"Nggak papa."

"Beneran?"

"Iya."

"Serius?"

"Berisik." Revo kembali mengambil perlengkapan pembersih lantai lagi. Namun Alea mencegahnya.

"Biar gue aja, lagi juga ini toilet cewek. Tadi kan lo yang bersihin toilet cowok. Keluar sana!" usir Alea.

"Nggak! Lo ngepel nggak bener!"

"Keluar nggak? Atau nggak—" ujar Alea terpotong.

"Atau nggak apa?" Revo mendekati tubuhnya. Tatapannya pun berubah, ia juga menaikkan satu alisnya dengan senyum smirk miliknya.

Alea jadi merasa takut, pipinya sangat mudah memerah, ia menatap Revo bingung.

"Keluar lo! Atau nggak gue pukul pake gagang pel-an! Keluar!" pekik Alea. Revo lagi-lagi tertawa.

"Lucu banget sih lo, pipi lo tuh urusin. Kayak bapao ditempelin udang rebus baru mateng," ledek Revo lalu keluar. Alea mendengus kesal lalu kembali membersihkan koridor kamar mandi.

"Yang bener ngepelnya!" suara Revo terdengar dari luar. Alea merasa sedikit kesal.

"Berisik."

"Yang bener dong mbak! Saya bilangin Pak Boss nih!"

"Bacot."

Setelah 10 menit, Alea keluar lalu duduk disamping Revo. Revo menatap Alea yang tampak lelah.

"Capek ya?" tanya Revo seraya menatap intens wajah gadis yang ada disampingnya.

"Hm."

"Lebay ah! Gitu doang capek."

"Hm." tampaknya mood Alea sudah tak lagi baik. Revo mengeluarkan sekotak susu yang baru saja ia beli ketika Alea sedang di kamar mandi.

"Minum dulu." Revo menyerahkan sekotak susu itu kepada Alea. Alea mengerutkan dahinya.

"Buat gue?" tanya Alea.

"Bukan! Buat kucing, meong." Revo menirukan suara kucing. Alea berdecak kesal.

"Yaudah." Alea kembali menatap kearah lain.

"Iya buat lo. Minum cepetan!" suruh Revo seraya memberikan susu kotak itu.

"Serius buat gue? Nggak disuruh bayar kan?"

"Nggak."

"Nggak dikasih obat tidur kan?" tanya Alea lagi.

"Nggak, Alea sayang." Revo menekankan kata sayang. Alea langsung tertawa.

"Makasih, Rev!" Alea langsung meminum sekotak susu itu. Revo hanya tersenyum tipis melihat gadis disebelahnya. Benar-benar menggemaskan. Seperti anak kecil yang diberi sekotak susu oleh ayahnya.

"Pelan-pelan minumnya."

"Lo nggak minum?"

"Udah."

"Serius?"

"Nanya mulu lo kayak pembantu baru! Gue ke koridor taman duluan ya." Revo bergegas pergi. Alea menghabiskan susu tersebut lalu mengambil peralatan pembersih.

"Eh tunggu!" Alea mengikuti Revo. Akhirnya mereka sampai di koridor taman.

"Neng Alea? Ngapain kesini bawa-bawa pel-pelan?" Mang Urip terbingung.

"Lagi dihukum, Mang." Alea tertawa.

"Ah udah Mamang aja yang ngepel. Nanti tangan kamu kasar, masa cantik-cantik gini disuruh ngepel." Mang Urip mengambil perlatan pembersih itu dari Alea.

"Nggak usah, Mang. Alea lagi dihukum, nanti malah diomelin Pak Dibyo."

"Gara-gara dia nih." Alea melirik kearah Revo. Revo hanya tersenyum kearah Mang Urip.

"Udah atuh Pak Dibyo mah gampang, nanti Mamang yang ngomong. Udah, Neng Cantik mah istirahat aja," Mang Urip memaksa.

"Yaudah, makasih Mang." Alea tersenyum.

"Makasih Mang." Revo mengikuti. Lalu mereka pergi meninggalkan koridor taman. Sekarang masih jam 14.00. Harusnya mereka pulang sekolah pukul 16.30, jelas saja mereka sudah tidak boleh masuk kelas.

"Cabut aja yuk?" ajak Revo. Mata Alea membulat kearah Revo.

"Lo gila ya? Mau dihukum lagi?"

"Yaelah, Pak Dibyo mah galak-galak gitu dikasih soto ayam juga diem," jawab Revo santai. Alea jadi teringat saat ia dihukum Pak Dibyo untuk membeli soto ayam karena Aldi dahulu.

"Lo pernah kan disuruh beli sama dia?" tanya Revo seraya tertawa. Alea juga jadi ingat bahwa Revo tiba-tiba ada dibelakangnya lalu saat kepergok ia mutar balik. Padahal jika ingin ke kelasnya tinggal belok kanan.

"Jadi, lo beneran ngikutin gue waktu itu?" tembak Alea. Revo terdiam, ia menjadi kikuk.

"Ngikutin apaan?"

"Iya lo ngikutin gue, tiba-tiba lo ada dibelakang gue. Pake muter balik lagi!"

"Nggak sengaja." Revo menunjukkan deretan giginya.

"Ayo cabut, daripada lo ketemu Pak Dibyo terus ketauan nggak ngerjain hukuman." Revo menarik tangan Alea untuk keluar dari koridor sekolah. Alea hanya menuruti lelaki itu saja. Tapi memang benar perkataan Revo.

Revo dan Alea memang terkadang aneh, sebenarnya mereka dapat digolongkan sebagai anak pintar. Namun kelakuan mereka terkadang suka begitu. Apalagi Revo, pemenang Olimpiade Matematika dan Exact berturut-turut. Tapi ya, terkadang suka begitu juga.

Alea menaiki motor Revo.

"Lo bawa motor yang waras loh ya!" Alea memperingati.

"Siap, Bu Boss." Revo mengendarai motornya dengan kecepatan normal. Ia sudah cukup puas membuat gadis ini kesal hari ini, rasanya ia tak tega untuk mengerjai Alea lagi. Ia hanya tersenyum tipis menatap wajah imut Alea dari kaca spion.

Sekarang mereka berada di suatu kawasan yang sejujurnya Alea sangat asing dengan tempat ini. Ia menatap bingung sekitarnya.

"Kita mau kemana sih, Rev?" tanya Alea bingung.

"Ikut aja. Bagus kok tempatnya," jawab Revo seraya tetap mengendarai motornya.

"Lama." Alea meletakkan kepalanya di punggung Revo. Entah mengapa desiran hangat muncul didalam hati Revo, senyumannya pun tiba-tiba mengembang. Ia menatap lekat gadis itu dari kaca spion.

"Bentar lagi, sabar elah," jawab Revo ketus. Alea hanya mendengus kesal.

Tak lama, mereka sampai disalah satu tempat dimana disana ada danau yang dikelilingi rumput hijau. Dan didekatnya ada semacam warung bakso, namun tempat makannya di saung. Sehingga pelanggan disana bisa menatap langsung ke arah danau. Alea menatap bingung pemandangan yang ada dihadapannya, jadi di ibu kota masih ada tempat seindah dan sesunyi ini?

Revo berjalan terlebih dahulu lalu menaiki saung. Alea hanya mengikutinya.

"Pak, Baksonya 2 ya!" pesan Revo.

"Iya."

Alea terdiam. Ia hanya menatap Revo yang ada didepannya, ia menatap lekat sang pemilik mata tajam berwarna kebiruan itu. Revo yang sadar Alea memerhatikannya, ia menatap balik gadis didepannya. Mereka terdiam, hanya tatap-tatapan.
Mungkin kali ini Alea mengakui pendapat banyak orang bahwa Revo itu memang tampan. Entah apa yang ia rasakan, rasanya begitu tenang, nyaman, namun terkadang detak jantungnya suka berubah sendiri.

Revo selalu suka menatap wajah Alea, entah jika orang-orang mengatakan pipi Alea overload. Namun itu tidak masalah untuknya, hal yang wajar. Pipi Alea juga bukan chubby yang berlebih. Malah itu menambah kesan imut di wajah Alea yang sangat babby face. Walaupun terkadang wajahnya juga terlihat jutek at the same time. Namun bagi Revo, Alea adalah gadis terlucu yang pernah ia temui.

Entah juga apa yang ia rasakan, apakah mungkin juga ia melanggar peraturan OSIS yang berisi “dilarang berpacaran sesama anggota OSIS”. Entah, Alea selalu bisa membuatnya tertawa. Tingkahnya, bahkan disaat Alea marah itulah saat-saat terlucu Alea.

Kok ganteng beneran? Batin Alea seraya menatap Revo intens.

Gila gue ya? Masa orang stress kayak dia gue bilang ganteng? Batin Alea menolak, ia menggelengkan kepalanya.

"Lo kenapa?" suara Revo menyadarkan Alea dari lamunannya.

"Eh? Nggak—nggak kok nggak papa." Alea menundukkan kepalanya, mengapa ia menjadi bertingkah bodoh begini?

"Lagi mikirin gue ya?" tanya Revo narsis.

"Hah?"

"Lo mikirin gue ya?" ulang Revo lagi. Alea menatap Revo aneh.

"Nggaklah gila! Amit-amit."

"Kalo sampe lo mikirin gue, berat badan lo naik 10kg ya?" tanya Revo menantang seraya menaikkan satu alisnya.

"Ya itu lo curang namanya! Kenapa lo ngajakin gue makan terus?"

"Karena lo suka makan." Revo tertawa.

"Sok tau."

"Udah ketauan dari bentuk badan, apalagi pipi." Revo meledek.

"Dih, emangnya gue gendut apa?" tanya Alea kesal.

"Akhirnya ngaku, bukan gue yang ngomong." Alea menatap Revo malas. Namun lelaki itu hanya tertawa saja.

"Ini baksonya." tak lama Bapak penjual Bakso itu datang. Bapak Doni namanya, kata Revo. Karena nama warung bakso ini adalah “Warung Bakso Bapak Doni” tapi ada benarnya juga.

"Makasih pak."

"Tumben ngajak pacar, Mas? Biasanya sama Mas Farrel?" tanya Pak Doni.

"Dia bukan pacar saya, Pak," ujar Alea dan Revo berbarengan. Pak Doni tertawa.

"Jangan gitu, kalian ini cocok banget loh," ujar Pak Doni.

"Yaudah maaf ganggu ya, Mas. Saya kebelakang, banyak pesenan." Pak Doni lalu pergi. Revo hanya mengangguk saja lalu mengaduk Bakso pesanannya. Begitu juga dengan Alea.

Revo menatap gemas Alea saat gadis itu memakan bakso.

"Pelan-pelan makannya, katanya nggak mau dibilang gendut?" ledek Revo. Alea menjauhkan mangkok bakso dari dirinya.

"Jangan ngambek, sini gue suapin." Revo mengarahkan sendok itu ke mulut Alea. Namun Alea tak ingin membuka mulutnya.

"Makan, bego," paksa Revo. Akhirnya Alea membuka mulutnya, namun Revo malah memakan bakso itu sendiri. Lelaki itu tertawa puas. Tak lama, handphone Revo berdering.

"Halo, Rel?"

"Rev, lo dimana pele?" suara diseberang sana terdengar serius.

"Di tempat biasa. Kenapa emang?"

"Balik cepetan! Penting."

"Apaan sih? Nggak jelas lo, Rel!"

"Rev, gue serius. Ini penting beneran!"

"Ya kenapa? Lo ngomong yang jelas apa, Rell!"

"Lo ke appart lo aja, susah jelasinnya. Penting pokoknya, cepetan!" paksa Farrel. Revo mendengus kesal.

"Iya iya." Revo memutuskan panggilan itu.

Ia menatap Alea bingung, haruskah ia meninggalkan Alea sendiri disini?

"Kenapa?"

"Farrel telepon gue, katanya penting. Gue kesana bentar lo tunggu gue disini ya?" tanya Revo. Alea mengangguk.

"Lo nggak papa?" tanya Revo lagi.

"Iya santai aja, emang gue anak kecil apa?!" jawab Alea kesal.

"Beneran?"

"Iya, udah cepetan sana!" suruh Alea.

"Baik deh. Tungguin ya." Revo mengacak gemas rambut Alea lalu bergegas menuju appartementnya.

Setelah 20 menit, Revo sampai di appartementnya. Ia bergegas menuju kamarnya, ia membuka pintu kamarnya. Tubuhnya mematung, yang ia lihat seakan tak bisa ia percaya. Gadis itu menatap Revo sumringah.

"Revo!" Gadis itu memeluk tubuh Revo dengan erat. Namun tubuh Revo masih mematung. Ia masih bingung apa yang harus ia lakukan. Setelah itu, baru ia membalas pelukan gadis itu.

"Reva?" Revo menatap gadis itu lekat, namun penuh kebingungan. Gadis itu tersenyum senang kearah Revo.

---
Author Note:
Reva siapa?:( by the way maaf ya kalo part ini nggak jelas, nggak dapet feelnya. Makasih banyak buat 2,6k readers-nya! Kalian baik banget. Thanks for reading, love u ❤

Alya Ranti

Ipagpatuloy ang Pagbabasa

Magugustuhan mo rin

102K 3.1K 35
- Amanda Vanessa Alvadira "Hingga pada akhirnya aku mengerti. Kehadiranku tidak pernah di inginkan dan rasaku berhenti hanya sebatas mengagumi entahl...
397K 41K 61
"Bagi saya, kamu itu definisi sempurna." ***** Itulah yang dulu Damian Arka Narendra--seorang dokter bedah digestif berusia 35 tahun--sering katakan...
14M 89.1K 11
#rank 1 kategori fiksi remaja ( 5sep2019) #rank 1 kategori remaja (7sep 2019) # rank 1 kategori school (26 Novr 19) Sani delva adhitama, lelaki yan...
9.5M 336K 46
[CERITA INI SUDAH DITERBITKAN] Dia, seperti Caramel Macchiato. Dibalik tawanya, dia sedih. Dibalik keceriaannya, ia menyimpan luka. Semua orang hanya...