My Bad Boy Senior [TELAH TERB...

By moonyyblue

28.6M 1.3M 77.7K

(Beberapa bagian dihapus untuk kepentingan penerbitan) "Berandal - berandal gini gue juga masih punya hati ko... More

Awal semuanya dimulai
Dia itu...
Pertemuan Kedua
Rasa Suka
Berubah
Pesan
Awal Sebuah Perjuangan
Awal Sebuah Perjuangan Part : 2
Pendekatan Pertama
Pendekatan Pertama Part : 2
Perasaan yang Mulai Muncul
Andra's Confusion
Fathan's Planning
Fathan's Planning Part : 2
Happy Sunday
Reason
Andra Itu Pacar Gue!
I Will Take Care Of You
Like What You Want Baby
PMS
First Dating
Fathanstagram #2
17 Agustus
Andra Sakit
Labrak
Honesty
Pasar Malam
Fandrastagram
Bye Budi
Berenang
Instagram
Bodyguard
Sorry
Nonton
Fandrastagram #2
War
Perawat Pribadi
Hello Nuel
Siapa Dia?
Fahira Natania
Berjuang Sendiri?
Bonus
Sabotase
Tinggal atau Pergi?
Prank
Info
Punishment
Info #2
New Year Party
Kiss?
Saksi Bisu
Back
Race
One chance
Happy Birthday!!
Trouble
Berubah 180°
Dilabrak?
He's Back
Terror
Dua Samsak Baru
Failed
She's Back
Accident
It's Hard
Keputusan
Hadiah
Last
Sequel?
SEQUEL
Ada apa??
VOTE COVER + GIVE AWAY!!!
OPEN PO!!!

I will waiting

264K 13.3K 1.8K
By moonyyblue

Katanya cinta bikin bahagia, tapi nyatanya apa? Ujung ujungnya sedih juga.

~~~

Hari ini, Fathan sudah kembali bersekolah. Wajah Fathan tidak seceria biasanya. Hatinya pun tidak segembira hari hari kemarin. Semua ini karena satu nama.

Fathan melempar tasnya begitu saja di kursi tempat ia duduk, kemudian ia keluar kelas lagi. Fathan sengaja datang lebih pagi agar tidak bertemu dengan Satya dan Budi.

Ia melangkahkan kakinya ke rooftop sekolah. Jarang jarang ia bermain disana. Biasanya, ia lebih memilih untuk merenung di halaman belakang sekolah dari pada rooftop.

Fathan sampai di rooftop, ia menatap kosong ke depan. Terlihat pemandangan kota Jakarta dari sana.

"Biasanya, gue baru balik dari kelas Andra. Nganterin dia sampe masuk kelas."

Fathan menghembuskan nafasnya, kemudian ia menunduk.

"Kenapa harus kaya gini sih?" tanya Fathan.

"Katanya cinta bikin bahagia, tapi nyatanya apa? Ujung ujungnya sedih juga," ucap Fathan lagi dengan suara beratnya.

Fathan menggeret kursi yang ada di pintu masuk rooftop ke tengah. Kemudian ia duduk disana. Ia merogoh kantong dan mengambil
handphonenya. Hal pertama yang ia lihat saat menyalakan handphonenya adalah foto Andra. Ia menjadikan foto Andra sebagai lockscreen dan wallpaper handphonenya.

Mungkin terdengar dan terlihat alay dan berlebihan bagi sebagian orang. Tapi Fathan tidak perduli, karena apapun yang sudah ia sukai, pasti ia ingin selalu melihatnya terus menerus. Dan Andra adalah satu satunya hal yang ia sukai di dunia ini.

"Gue harus gimana sekarang, gue gamau lepasin Andra. Tapi kalo gue ngga ngelepasin dia, dia bakal terus terusan di ganggu."

Fathan menundukan kepalanya. Merasakan angin yang melewati seluruh tubuhnya.

Kring....

Bel masuk berbunyi, Fathan hanya menoleh. Tapi ia tidak beranjak untuk pergi dari sana dan masuk ke kelas.

"Jam pertama ga penting," ucap Fathan santai.

Ia memejamkan matanya dan menengadahkan kepalanya. Ntah kenapa dengan posisi seperti itu Fathan merasa lebih tenang. Tapi baru saja ia merasa tenang, ada suara seseorang membuka pintu rooftop.

"THAN!" teriak Satya dan Budi membuat Fathan menoleh.

"Than lo ngapain kesini? Lo ga berniat bunuh diri kan?" tanya Budi yang langsung dibalas toyoran oleh Satya.

"Lo bego atau gimana? Ngga bakalan lah Fathan secetek itu akalnya. Emang otak dia sama kaya lo?!"

"Otaknya si sama, isinya aja yang beda," jawab Budi polos.

Satya memutar bola matanya,
"Serah lo lah."

"Lo berdua ngapain kesini?" tanya Fathan menyipitkan matanya.

Satya mendengus kesal,
"Ini lagi nanyanya aneh. Ya nyariin lo lah, masa mau jajan."

Fathan hanya mengangguk.

"Lo sendiri ngapain kesini?" tanya Satya balik.

"Cari angin."

"Itu di kelas kan ada ac sama kipas angin than, lo berdiri aja di depannya. Apa perlu gue palakin kipas kelas sebelah?"

Fathan dan Satya langsung melemparkan tatapan tajam ke Budi seolah ingin menerkamnya.

"Ehh,iya iya maap. Santai aja dong ngeliatinnya. Nanti lo terpesona sama muka gue kan susah."

"NAJIS!" balas Fathan dan Satya bersamaan.

"Udah lah, lo pada ngga panas apa disini. Lagian juga lo tumben than kesini, biasanya ke taman belakang sekolah," heran Budi.

"Gapapa. Cari suasana baru," jawab Fathan.

Satya menghela nafas,
"Udahlah than, jangan terus terusan nyalahin diri lo. Lo sendiri juga ngga mungkin pengen Andra kaya gini kan?"

"Ayolah than. Kita balik ke kelas sekarang. Bentar lagi UKK loh than," tambah Budi.

"Tumben mikirin belajar," heran Fathan.

"Mikirin di komplain, ngga mikirin dihujat. Maunya apasih?!" kesal Budi.

♢♢♢

Budi menggeleng gelengkan kepala sambil mengaduk baksonya,
"Gila sih, tadi itu soal mtk atau ujian hidup. Susahnya kebangetan. Kalo gue Patrick, udah berasap beneran kali otak gue."

"Lebay lo," balas Satya.

Fathan hanya diam dan mengobrak abrik nasi goreng yang ia pesan. Biasanya Andra duduk di depannya dan sedang tertawa mendengar lawakan Budi. Tapi sekarang posisi di depannya kosong.

Tiba tiba saja ada seorang wanita yang muncul dan duduk di tempat tersebut yang langsung membuat Fathan tersadar dari lamunannya.

"Hai kak," sapa wanita tersebut.

Fathan tetap diam.

Anak itu menyodorkan tangannya,
"Kak, kenalin nama gue Shena. Gue calon ketua cheerleader angkatan gue loh."

Fathan hanya menatap tangan tersebut tanpa berkata apa apa. Ia malah memasukan sesuap nasi kedalam mulutnya.

"Kak, tangan gue pegel-"

"Siapa yang ngebolehin lo duduk disitu?" balas Fathan sinis.

Tatapan Fathan menjadi dua kali lipat lebih dingin dari pada sebelum ia mengenal Andra. Namun Shena belum pergi dan keliatan tidak mau menyerah untuk mendekati Fathan.

Shena menarik tanganya kembali kemudian menggeleng,
"Ngga ada. Lagian juga ini kursi bisa di tempatin siapa aja kan k-"

"Tempat di depan gue adalah buat pacar gue. Selagi ada gue, maka yang harus duduk di depan gue adalah Andra. Bukan lo atau siapa pun itu. Bahkan kalo lo bilang ini adalah kursi umum, gue bakal beli kursi ini buat Andra supaya ga ada yang nempatin," sekat Fathan.

"Tapi kan kak, Andra lag-"

"Kalo Andra ngga ada terus lo mau apa? Udah gue bilang itu tempat Andra! Pergi sekarang sebelum gue berbuat kasar sama lo," sekat Fathan mengancam.

Penghuni kantin mulai tertarik dengan kejadian tersebut. Budi dan Satya pun mulai menghentikan kegiatan makannya dan fokus dengan kejadian disebelah mereka.

Bahkan mereka sudah dapat mencium aroma aroma keributan yang akan terjadi. Karena aura hitam Fathan pun sudah terasa sejak ia memasuki kantin. Karena apa? Pawangnya sedang tidak ada di sampingnya.

"Gue suka sama lo kak," balas Shena membuat semua penghuni kantin menampakan berbagai macam ekspresi.

Fathan menaikan sebelah alisnya,
"Terus?"

"Please jadi pacar gue kak," mohon Shena memelas.

Fathan tertawa keras,
"Semurahan itu lo memohon sama gue? Di depan temen temen gue? Di depan umum? Salut gue sama lo dek."

Fathan berdiri dan mendekatkan posisi wajahnya ke depan wajah Shena,
"Asal lo tau, dan gue tegasin sama lo. Ngga ada satupun orang yang bisa gantiin posisi Andra. Dan lo, katanya calon ketua cheers, yang kaya gini bisa di jadiin ketua?"

Fathan menggeleng tidak percaya,
"Miris banget cheers angkatan lo."

Fathan menjauhkan wajahnya kemudian mengambil tempat tisu,
"Nih, gue kasih tisu setempat tempatnya. Supaya lo ngga kesusahan bersihin air mata lo yang bentar lagi netes."

Fathan melangkah pergi meninggalkan kantin dan segala ekspresi penghuninya yang masih tercengang termasuk Satya dan Budi. Sedangkan Shena, ia menutupi wajahnya dengan tisu dan mulai terisak.

Budi menatap punggung Fathan yang mulai menjauh,
"Temen lo tuh yang tadi?"

Satya menggeleng cepat,
"Kayanya bukan."

Namun setelah itu mereka berlari mengejar Fathan yang nampaknya tidak peduli dengan perasaan perempuan yang baru saja ia buat remuk hatinya.

"Than, gila sih lo. Anak orang lo kaya gituin. Kasian anjir," ucap Budi.

"Temenin aja sana kalo kasian," balas Fathan.

"Tapi serius deh than. Kata kata lo tadi nusuk banget," sahut Satya.

"Setajam silet mas," tambah Budi.

"Lagian, ga jelas banget dateng dateng langsung kaya gitu," balas Fathan.

Satya menggeleng,
"Parah si, gara gara Andra ngga ada sehari di sekolah, sikap dingin lo bertambah dua kali lipat."

"Gimana besok besok kalo Andra masih belom sadar?" tanya Budi membayangi nasibnya dan Satya jika Andra masih belun sadar.

Fathan tidak menggubris perkataan mereka. Ia terus saja menatap jalanan yang ada didepannya. Yang ia inginkan sekarang adalah secepatnya mendengar bel pulang, kemudian ia bisa sesegera mungkin menengok Andra di rumah sakit.

♢♢♢

Fathan sedang memilih milih bunga di sebuah toko bunga untuk Andra. Tapi ia tidak tahu bunga apa yang cocok untuk suasana dan keadaan seperti ini.

"Mbak," panggil Fathan.

Seorang wanita paruh baya menghampiri Fathan,
"Iya mas, ada yang bisa saya bantu?"

Fathan menggeleng,
"Mbak bisa tolong cariin bunga yang cocok sama cewe ini?"

Fathan menunjukan foto Andra yang sedang tersenyum sumringah.

Wanita itu mengangguk paham,
"Pacar mas ya? Atau baru mau di tembak?"

"Pacar saya mbak. Dia lagi sakit sekarang. Jadi saya gatau bunga apa yang cocok sama dia dan dalam keadaan kaya gini," jawab Fathan.

"Ohh. Kalau menurut saya, mas beli bunga ini aja," ucap wanita itu sambil meraih sebuah bucket bunga baby breath dan memberikannya ke Fathan. Fathan menerima bunga itu dan memperhatikannya dengan saksama.

"Baby Breath ini melambangkan cinta, kepolosan, kesucian, ketulusan, dan kebahagiaan. Sama seperti wajah pacar mas yang keliatan bahagia dan polos."

Fathan mengangguk angguk sambil memandangi bunga itu,
"Yaudah mbak, saya ambil yang ini aja."

Kemudian Fathan dan wanita itu berjalan menuju kasir.

"Totalnya seratus duapuluh ribu mas."

Fathan merogoh kantong celananya dan mengeluarkan uang seratus limapuluh ribu kemudian memberikannya ke kasir tersebut.

"Ini kembaliannya mas," ucap si kasir sambil menyodorkan uang.

Fathan menerimanya,
"Makasi mbak."

Fathan kemudian pergi dari toko bunga tersebut kemudian langsung bergerak ke arah rumah sakit.

Sepuluh menit menempuh perjalanan akhirnya Fathan sampai. Ia langsung memarkirkan mobilnya dan turun.

"I'm coming my princess," ucap Fathan antusias sambil menatap bunga yang ada di tangannya.

Fathan melangkahkan kaki memasuki lift dan menekan tombol nomor dua. Setalah pintu itu terbuka, Fathan langsung mempercepat langkahnya. Harapannya sangat besar melihat Andra sadar kembali.

Fathan membuka pintu kamar Andra. Ternyata disana ada Rosa dan Tania yang duduk disamping Andra.

"Eh, kak Fathan," sapa Rosa.

"Hai Ros, Tan. Gimana Andra? Udah sadar? Ada perkembangan?" tanya Fathan menyerbu.

Keduanya menggeleng.

"Tadi kata dokter ngga ada kak. Andra ngga nunjukin perkembangan apapun," jawab Tania.

Fathan meredupkan pandangannya. Harapan tersebut tiba tiba pupus.

"Kak el sama Tante Nadia kemana?" tanya Fathan mengalihkan pembicaraan.

"Tadi pamit pulang mau ambil pakaian kak," jawab Rosa.

"Yaudah kak kalo gitu. Tadi kita mau nunggu Kak el balik aja baru kita pulang. Sekarang udah ada kak Fathan jadi kita pamitnya sekarang ya kak," lanjut Rosa.

"Loh kok buru buru?"

"Iya kak, tadi kita ada kerja kelompok terakhir sebelum UKK banyak banget. Mau di kerjain sekarang takut ngga keburu," jawab Tania.

Fathan mengangguk paham,
"Yaudah, pulang aja gapapa. Ati ati."

Keduanya tersenyum,
"Makasi kak."

Rosa dan Tania memeluk Andra sebentar kemudian baru mereka meninggalkan ruangan tersebut.

Fathan mendekatkan sebuah kursi kesebelah tempat tidur Andra kemudian ia mengusap rambut Andra,
"Hai ndra. Pules banget ya tidurnya."

"Kamu ngga kangen ya sama aku?" ucapnya lagi.

Fathan menggenggam tangan Andra erat kemudian membawa tangan itu kedepan bibirnya kemudian mengecupnya lembut. Perlahan air mata turun membasahi pipi Fathan.

"Jangan bikin aku lebih merasa bersalah lagi ndra. Tolong sadar," lirih Fathan.

Fathan membenamkan wajahnya di kasur tempat Andra tidur. Ia terisak. Hatinya terasa sangat sakit melihat Andra seperti ini. Walaupun ia sadar bahwa ini bukan kesalahannya sepenuhnya. Tapi jika tidak berhubungan dengannya, Andra tidak mungkin koma sekarang.

Fathan mengangkat wajahnya dan mengusap air matanya dengan kasar.

"Cukup mama, papa, dan Kevil yang ninggalin aku ndra. Kamu ngga mau ngeliat aku terpuruk untuk yang kedua kalinya kan?"

Fathan memperhatikan setiap jengkal wajah Andra yang masih pucat itu. Kemudian tatapannya terkunci pada mata Andra yang perlahan mengeluarkan air mata.

Fathan mematung sejenak,kemudian ia langsung tersadar dan memanggik dokter keluar.

"DOKTER! SUSTER!" teriak Fathan.

Dokter dan suster langsung datang dan memasuki ruangan Andra.

"Ada apa Fathan? Apa Andra menunjukan kemajuan?" tanya dokter.

"I..itu dok tadi Andra nangis," jawab Fathan gemetar.

Dokter langsung memeriksa Andra. Tapi setelah itu ia menggelengkan kepalanya.

"Mungkin ini reaksi dari suara dan gerakan yang Fathan buat. Dan ini bisa menjadi salah satu cara yang disebut program perangsangan pasien koma. Memang masih sedikit pasien yang sadar dengan cara tersebut. Tapi apa salahnya mencoba kan?"

"Jadi, Andra belum sadar dok?" tanya Fathan balik.

Dokter menggeleng,
"Belum Fathan."

"Baik kalau begitu saya permisi dulu. Kalau ada apa apa langsung panggil saya ya," pamit dokter tersebut kemudian pergi meninggalkan ruangan.

Fathan langsung terduduk lemas. Padahal harapanya sudah setinggi langit agar Andra bisa sadar.

Beberapa saat kemudian pintu ruangan terbuka lagi. Terlihat lah Tante Nadia dan Nuel yang membawa tas berisi pakaian mereka.

"Eh.. Fathan," sapa Tante Nadia.

"Tante, kak el," sapa Fathan balik kemudian bersalam dengan Tante Nadia dan Nuel

"Sendirian aja than? Bukannya tadi ada Rosa sama Tania?" tanya Nuel.

"Iya kak, tadi mereka pamit duluan mau ngerjain tugas."

Nuel mengangguk angguk.

"Wah, bunganya bagus sekali ini," ucap Tante Nadia sambil memperhatikan bunga di nakas.

"Pasti Fathan yang bawa tuh ma," sahut Nuel.

"Selera kamu bagus sekali ya than," puji Tante Nadia.

Fathan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal,
"Biasa aja tante."

Nuel melihat keadaan Fathan yang tidaj seceria biasanya. Pastinya, ini ada hubungannya dengan Andra. Dan Nuel tidak ingin melihat Fathan terus larut dalam kesedihan.

"Ma, Nuel sama Fathan mau keluar bentar. Boleh ya?"

Tante Nadia mengangguk,
"Boleh el."

Nuel kemudian merangkul Fathan yang masih menampakan ekspresi bingung.

"Mau kemana kak?"

"Udah.. ikut aja."

Yeey update.
Kira kira Nuel sama Fathan mau kemana tuh..
Maaf yaa kalau masih ada typo hehe
Voment ditunggu yaa ❤😊

Continue Reading

You'll Also Like

NARENDRA By been

Teen Fiction

8.6M 813K 62
[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] Menjadi tawanan seorang ketua geng motor karena kesalahan mantan pacarnya? Itu adalah hal yang tidak pernah di bayangka...
14.1M 775K 63
💣 S U D A H T E R B I T oleh : Glorious Publisher💣 SEBAGIAN CERITA DI HAPUS!! 🌟 NOVEL MBCP SUDAH ADA DI TOKOPEDIA DAN SHOPEE🤗❤ DILARANG COPAS...
DANEL's By .

Teen Fiction

2.1M 124K 31
CERITA SUDAH DITERBITKAN!!! di @gloriouspublisher16 Kamu mau ngasih tau aku nggak gimana cara mahamin pikiran cewek? aku tanya gini bukan berarti aku...
6.1M 139K 24
-SEGERA DI NOVELKAN Private acak follow dulu #3 in teen fiction #1 in humoris #teenfiction✔ #humoris✔ #romance✔ BANYAK PART YANG DI HAPUS. Mahesa Pra...