The Secrets of Prince Silas (...

By vkeybooks

1.4M 79.7K 12.1K

PROSES REVISI! (Sinopsis lengkap terdapat di dalam) WARN: Latar tempat, unsur sejarah serta budaya merupakan... More

Blurb
Prolog
BAB 1
BAB 2
BAB 3
BAB 4
BAB 5
BAB 6
BAB 7
BAB 8
BAB 9
BAB 10
BAB 11
BAB 12
BAB 13
BAB 14
BAB 15
BAB 16
BAB 17
BAB 18
BAB 19
BAB 20
BAB 21
BAB 22
BAB 23
BAB 24
BAB 25
INFO
BAB 26
BAB 27
Q n A (PENTING! JANGAN DIPASS!)
BAB 29
BAB 30
BAB 31
BAB 32
BAB 33
BAB 34
BAB 35
BAB 36
BAB 37
BAB 38
BAB 39
BAB 40
BAB 41
BAB 42
Bab 43
BAB 44
BAB 45
BAB 46
BAB 47
BAB 48
BAB 49
BAB 50
BAB 51 A
BAB 51 B
BAB 52 A
BAB 52 B
BAB 53 A
Flashback 1
BAB 53 B
BAB 54 A
BAB 54 B
BAB 55 A
BAB 55 B
BAB 56 A
BAB 56 B
BAB 57 A
BAB 57 B
BAB 58 A
BAB 58 B
BAB 59 A
BAB 59 B
Epilog
Sekuel
Flashback 2

BAB 28

17.8K 1.1K 197
By vkeybooks

Begini, Key kaget saat lihat rate Pangeran Silas masuk seratus besar. It's blessing,guys! Ini semua berkat kalian semua yang baik hati mau memberikan vote, komentar dan dukungannya pada cerita Key.

Nah, karena kalian baik hati, Key juga baik hati update bab ini buat kalian padahal Key lagi sibuk-sibuknya. Jadi maafkan kalau tulisannya agak berantakan, ya.

FYI, mengenai Q n A kemarin, Key sudah mempertimbangkan jawabannya. Untuk flashback mengenai kehidupan Pangeran Silas dan sejarah latar belakang cerita, Key bakal kasih after cerita ini selesai. Key kasih selengkap-lengkapnya!

Well, jangan lupa vote dan komentar ya dan dukung terus Pangeran Silas untuk tetap maju! 😙

Warn! Sengaja up pas masih buka hehehehe, you know lah.

(Pangeran Silas)

"Hei."

Putri Harmony menggeliatkan tubuhnya, meracau akibat elusan lembut yang tidak berhenti di sekitar bahu sampai punggung telanjangnya. Perempuan itu menolak diganggu dari tidur kelelahannya setelah dipakai habis-habisan oleh Pangeran Silas.

Wait... Bukankah hari masih siang saat mereka bercinta?

Putri Harmony seketika mengerjapkan mata, memaksa matanya untuk terbuka. Pemandangan pertama yang dilihatnya adalah pakaian yang berserakan di atas lantai, ia lalu membalikkan tubuhnya, menemukan Pangeran Silas sedang mengamatinya, berbaring miring sembari bertumpu pada siku.

Yaampun... Ini pertama kalinya dia melihat Pangeran Silas tidak beku, tampak liar dan justru seksi dengan rambut cokelat tak beraturan akibat perbuatan tangan Putri Harmony juga tubuhnya yang telanjang.

"Akhirnya kau bangun. Aku mau membangunkanmu sejak tadi, tapi aku tidak tega. Aturannya, kita tidak seharusnya berada di kamar saat siang hari. Bersyukurlah ayahku yang mulia itu sedang sakit," kata Pangeran Silas ringan.

"Kau tidak boleh bicara begitu soal ayahmu." Putri Harmony kemudian mengerang, sejujurnya otot-otot tubuhnya masih menginginkan istirahat lebih. "Ini semua gara-gara dirimu," erangnya, menutup wajah menggunakan bantal yang berasal dari bawah kepalanya.

"Kenapa aku?" Pangeran Silas mengangkat satu alisnya. "Kau sendiri yang tidak menolak saat aku mau lagi padahal kau sudah orgasme dua kali."

"Pangeran!" Putri Harmony menjauhkan bantal dari wajahnya, melebarkan mata mendengar kalimat cuma-cuma yang dilontarkan Pangeran Silas. Dengan santai pula.

"That's the best sex I've ever had, Harmony. Rencananya aku mau menyewa perempuan di luar kalau-kalau aku tidak mendapatkannya darimu. Aku sudah menahannya selama seminggu dan rasanya sangat nyeri. Thanks God karena kau entah dipengaruhi malaikat mana sampai mengatakan 'aku mau lebih, Pangeran' jadi aku belum melakukan skandal dalam pernikahan kita," goda Pangeran Silas, jelas hanya sebuah godaan untuk menjahili istrinya.

Putri Harmony tidak membalas kalimat itu. Ia membuang wajahnya, bangun dari tidurannya untuk menghindari Pangeran Silas menangkap semburat merah yang pasti sudah muncul di pipinya.

Masyarakat Lorechester benar... Pangeran Silas adalah cassanova. Pangeran ini liar, jahil dan sangat hebat soal ranjang. Putri Harmony tidak bisa menolak fakta bahwa beberapa jam lalu ia baru saja mendapatkan pengalaman luar biasa. Pangeran Silas bisa membuatnya mendesah nikmat dan melupakan segala hal, termasuk dirinya yang melakukan hal ini bersama pria yang tidak dicintainya.

Pangeran Silas bisa membuat perempuan manapun berbuat dosa hanya dengan sentuhan satu jarinya.

"Aku mau membersihkan diri," ujar Putri Harmony, menarik selimut untuk menutupi tubuhnya saat menginjakkan kaki ke lantai.

Pangeran Silas tiba-tiba terkekeh, membuat Putri Harmony yang sedang membungkuk memungguti pakaiannya mengerutkan dahi.

"Look at that, baby. Dia bangun lagi."

Apa? Putri Harmony berhenti dengan aktivitasnya, menolehkan pandangan pada Pangeran Silas yang jelas merupakan kesalahan fatal karena sekarang dia benar-benar melihat tubuh polos Pangeran Silas. Seluruhnya.

"Silas!" Putri Harmony menggerutu protes, menutupi mata dengan telapak tangannya.

Pangeran Silas tertawa, mengerti dan justru makin sengaja. Ia bangkit dari tidurannya, mengikuti istrinya turun dari ranjang.

"Come on, Harmony. Kau sudah melihatnya."

"Cari sesuatu untuk menutupinya, Silas," tegur Putri Harmony.

Pangeran Silas mengangkat bahunya, memunggut celananya dan memakainya.

"Well done," katanya geli, membuat Putri Harmony akhirnya membuka mata. "Sekarang waktunya mandi," serunya semangat.

"Tidak, Silas," tolak Putri Harmony halus. "Aku tahu kau tidak akan membiarkanku benar-benar mandi."

Lagi-lagi Pangeran Silas tertawa. Syukurlah pria ini bisa tertawa karena Putri Harmony merasa hatinya tidak enak melihat sejak semalam sampai pagi tadi pangeran ini menangis dan terluka.

"Baiklah. Aku mengalah." Pangeran Silas mengangkat kedua tangannya ke udara, menyelesaikan memakai seluruh pakaiannya. "Aku akan melihat apakah Dior sudah membuat makan siang untuk kita," sambungnya setelah selesai.

"Silas," panggil Putri Harmony, mengurungkan niat Pangeran Silas melangkah.

"Berubah pikiran, Sayang?" seringai Pangeran Silas sambil memiringkan kepalanya ke satu sisi.

Putri Harmony cepat-cepat menggeleng. "Kau... Maksudku... Eh... Tidak merapikan diri dulu?" tanyanya ragu-ragu.

Well... Seorang Pangeran tidak seharusnya bertemu bawahannya dengan rambut acak-acakan juga kemeja yang keluar dari celana, tanpa dasi pula. Mereka jelas punya aturan soal berpakaian.

Pangeran Silas mendecak, memutar bola matanya malas. Dia paling malas mengikuti aturan kuno kerajaan itu. Memangnya mereka masih hidup di zaman Raja Edward I moyangnya? Beruntung aturannya hanya soal berpakaian rapi, bukan memakai kostum rumit kerajaan Raja Edward I pada zamannya.

"Tidak perlu." Pangeran Silas agak sedikit menggerutu. "Aku senang dengan penampilanku. Akibat dirimu," ujarnya jahil lalu berlalu begitu saja.

Putri Harmony menghela napas, geleng-geleng kepala. Lagi, isu para masyarakat memang tidak salah, Pangeran Silas benci aturan dan suka semau dirinya.

"Dior, kau sudah menyiapkan makan siang?" Pangeran Silas memasuki dapur tanpa permisi, bertanya tiba-tiba yang tentu membuat seisi dapur terkejut.

Dior kaget mendapatkan pertanyaan seperti itu dari pangerannya, Gail yang sedang menyiapkan alat makan di meja makan langsung menoleh heran, pun dengan para pelayan yang bertugas di sana, mereka memandangi pangeran mereka tanpa berkedip.

"Baru akan, Yang Mulia," jawab Dior agak bingung.

"Perfect." Pangeran Silas mengangguk. "Dior, kau sudah lama tidak berlibur, kan? Aku mau memberi dirimu waktu bebas dulu, biarkan aku yang memasak," katanya ringan.

Semua kepala membuka mulut mereka tidak percaya. Really? Sepanjang mereka bekerja dalam istana, belum pernah ada satu pun anggota kerajaan yang menyentuh dapur, untuk memasak pula. Dan sekarang... Pangeran Silas memenangkan piala pertama untuk anggota kerajaan yang mau menyentuh dapur. Lagi, mereka tidak pernah tahu pangeran ini bisa memasak, selain fakta Pangeran Silas jarang memasuki dapur.

"Anda akan apa?" Dior sampai melonggo.

"Meminjam dapurmu," balas Pangeran Silas setenggah mendengus.

Tanpa mempedulikan semua orang di dapur, Pangeran Silas bergerak ke arah kulkas, mengeluarkan bahan-bahan dari sana dan sesekali bertanya di mana letak bahan yang ia perlukan. Dior sendiri langsung memilih menyingkir, bergabung bersama pelayan lainnya, termasuk Gail yang berdiri rapi memperhatikan pangeran mereka.

Sejujurnya, Dior tegang, takut alat dapur canggih kerajaan rusak atau yang paling parah pangeran mereka terluka.

"Ah, pangeran, saya bisa membantu Anda jika Anda tidak keberatan," kata Dior cepat, jelas nada suaranya agak ragu melihat Pangeran Silas akan menggunakan kompor.

Pangeran Silas menggerutu dalam hati, lalu melempar tatapan peringatan pada Dior.

"Jangan menggangguku, Dior. Kau membuat mood-ku rusak," peringat Pangeran Silas yang langsung membuat Dior tak lagi berkata-kata.

Seisi dapur kemudian menutup mulut mereka, tetap awas selama Pangeran Silas menggunakan dapur. Faktanya, pangeran itu menggunakan dapur dengan baik, gerakannya lihai, selihai Dior - sang koki kerajaan yang punya sertifikat koki dari universitas terbaik di Lorechester. Dior sampai tak percaya, begitu pula Gail dan jangan tanyakan para pelayan yang lain, setidaknya beberapa dari mereka yang masih muda menatap pangeran mereka sambil menelan ludah diam-diam, apalagi ketika Pangeran Silas dengan santainya menggulung kemeja sampai siku, menampilkan lengannya yang berotot ketika akan mencuci tangan.

Astaga... Butuh iman kuat untuk tidak membuat fantasi liar dalam kepala mereka melihat Sang Pangeran yang benar-benar menggundang - kemeja kusut, keringat di sekitar dahi akibat uap panas kompor, rambut acak-acakan dan lengannya yang berotot!

Selama itu, Putri Harmony memasuki dapur, mengerutkan dahi melihat para pelayan yang membentuk setenggah lingkaran berbaris rapi seperti sedang menonton pertunjukan. Dan saat melihat siapa orang yang sedang menjadi aktornya, Putri Harmony geleng-geleng kepala.

Benar-benar Silas... Lihat para pelayan perempuan yang Putri Harmony seratus persen yakin mereka pasti sedang membayangkan yang tidak-tidak bersama pangeran mereka.

"Excuse me." Putri Harmony terbatuk-batuk kecil, membuat seisi dapur pada akhirnya menyadari kehadirannya. Ia jadi tidak enak saat melihat para pelayan perempuan itu menunduk malu.

"Duduklah di sana. Ini akan selesai sebentar lagi," kata Pangeran Silas, mengarahkan Putri Harmony agar duduk di kursi bar dengan gerakan dagunya.

Putri Harmony tentu memilih duduk di meja makan. Aturannya begitu dan dia tidak mau mengikuti Pangeran Silas yang suka melanggar aturan.

"Gail, maafkan Silas yang membuat kekacauan." Putri Harmony berujar saat Gail menarik kursi untuknya. Jelas ada maksud lain di balik kata 'kekacauan'.

Pangeran Silas yang sedang memindahkan karyanya dari wajan ke piring mengangkat satu alisnya mendengar kalimat istrinya, menatap penuh arti pada Putri Harmony. Ia kemudian melempar tatapannya pada para pelayan perempuan yang ia tahu tak lepas menatapnya lapar sepanjang dirinya memasak. Dengan iseng, ia mengedipkan sebelah matanya pada mereka dan kembali melanjutkan aktivitasnya sambil tersenyum miring.

Sorry, Ladies, Silas Maranello sudah ada yang punya dan yang punya sedang bertopang dagu, memutar bola mata saat menyaksikan Pangeran Silas flirting dengan para pelayan.

"Ehem." Pangeran Silas berdeham, menghampiri istrinya dengan sepiring fettucini carbonara, lalu meletakkannya di hadapan Putri Harmony. "Makanlah. Untukmu," ucapnya lembut, menarik kursi di samping istrinya lebih dulu sebelum Gail yang seharusnya melakukannya.

"Makasih. Kebetulan, aku benar-benar lapar, Pangeran," ujar Putri Harmony, langsung membuka alat makannya dan menikmati apa yang tersaji di hadapannya.

Pangeran Silas mengusap rambutnya, tersenyum geli mengerti maksud istrinya. Putri Harmony pasti sedang menyindir para pelayan perempuan itu.

"Bagianmu mana?" tanya Putri Harmony, mendapati Pangeran Silas hanya menontonnya.

"Oh." Pangeran Silas bergeming. "Seharusnya itu menjadi bagianku juga, tapi kalau kau ingin memakan semuanya, it's alright, aku suka kalau istriku berisi," godanya dengan sinar mata jahil.

"Aku tidak akan gendut hanya karena satu piring spaghetti, Silas." Putri Harmony menggerutu. "Kalau begitu, bagi dua saja," lanjutnya, membuka piring Pangeran Silas dan ingin memindahkan setenggah bagiannya.

"Tidak perlu." Pangeran Silas menyentuh tangan Putri Harmony. "Aku lebih suka begini." Pangeran Silas mendorong piring kosongnya, mengambil garpu dan langsung melahapnya lewat piring Putri Harmony. "Berdua lebih baik, kan, Sayang?"

"Makan." Pangeran Silas menyodorkan garpunya pada Putri Harmony.

"Silas, berhenti bertingkah, kita sudah banyak melanggar aturan," bisik Putri Harmony, memijat pelipisnya lelah.

Pangeran Silas berdecak. "Tidak ada aturan buatku. Omong kosong kalau aku dilarang untuk sepiring berdua denganmu dan menyuapi istriku."

"Ayo, Sayang, buka mulutmu," desak Pangeran Silas.

Putri Harmony akhirnya pasrah, membiarkan Pangeran Silas menyuapinya. Ia kemudian perlu melebarkan matanya saat tanpa permisi Pangeran Sikas mengecup bibirnya setelah memasukkan spaghetti ke dalam mulutnya.

Sebelum sempat memprotes, Pangeran Silas lebih dulu bangkit berdiri, mengusap kepala Putri Harmony lembut dan bergumam, "Aku akan membuatkan jus untukmu."

Putri Harmony menutup wajahnya, sadar pipinya memerah malu sebab mereka menjadi perhatian seisi dapur.

Sementara para pelayan yang lain mungkin merasa iri, Dior dan Gail tersenyum dalam hati melihat pemandangan baru bagi mereka. Tidak pernah mereka melihat Pangeran Silas tampak riang dan bahagia, tidak pernah mereka melihat tingkah pasangan dalam kerajaan seperti mereka, bahkan Raja Maranello dan Ratu Gricella pun tidak terlihat sehangat ini.

"Carlos." Pangeran Henrik yang baru selesai diperiksa oleh Doktor Rowan memanggil Carlos yang akan mengantarkan Sang Doktor keluar dari kamar. Bersyukurlah sebab tidak ada satupun anggota tubuh Pangeran Henrik yang mengalami retak akibat pukulan bertubi-tubi Pangeran Silas, meskipun dampaknya adalah memar-memar. "Aku ingin bicara denganmu sebentar," sambungnya.

Carlos diam sebentar, tapi kemudian mengangguk dan meminta anak buahnya yang berjaga di depan pintu kamar untuk mengantarkan Doktor Rowan.

"Ada apa, Yang Mulia?" tanya Carlos.

Pangeran Henrik melirik pintu, memastikan Doktor Rowan sudah diantar oleh pengawal istana, ia lalu menjawab, "Ini mengenai keponakanku. Magnus."

"Ya, Yang Mulia." Carlos tampak siap mendengarkan.

"Surat yang ditinggalkan Magnus. Di mana surat itu sekarang? Gambaran CCTV yang didapatkan Inspektur Phill, apakah aku boleh mendapatkannya?" tanya Pangeran Henrik.

Carlos mengerutkan dahi. "Untuk apa, Pangeran?"

"Berikan saja padaku, Carlos. Aku membutuhkannya," jawab Pangeran Henrik, memasang ekspresi tidak suka dengan pertanyaan Carlos.

"Surat Pangeran Magnus masih di tangan Inspektur Phill, Yang Mulia. Beliau masih mencari tahu siapa penulis surat itu. Mengenai CCTV, saya akan memberikannya untuk Anda," jelas Carlos.

"Apakah ada jejak lainnya selain dua hal itu yang didapat Inspektur Phill?" tanya Pangeran Henrik lagi.

"Sampai saat ini sepertinya belum, Pangeran. Inspektur Phill masih menjalani perawatan intensif di rumah sakit. Beliau kecelakaan akibat mobil beliau yang ditabrak oleh Pangeran Silas saat beliau diberi tugas untuk membuntuti Pangeran Silas demi mencari tahu tempatnya tinggal."

"Bocah sialan itu...." Pangeran Henrik menggeram. "Ternyata dia sudah melukai dua orang dalam waktu dua hari. Dia memang selalu bikin malu. Rasanya aku ingin mendepaknya dari istana," rutuknya.

Carlos tidak membungkam mulutnya, merasa tidak berhak menghakimi pangerannya yang lain.

"Sepertinya hanya itu saja, Carlos. Aku ingin gambaran CCTV-nya. Satu lagi, tolong kabari Inspektur Phill aku akan menemuinya dalam waktu dekat. Katakan padanya aku membutuhkan surat Magnus," perintah Pangeran Henrik.

Carlos mengangguk patuh. "Baik, Yang Mulia."

Pangeran Henrik balas mengangguk, untuk kemudian mengambil ponsel yang ia letakkan dalam saku celananya setelah Carlos keluar dari kamarnya dan menghubungi seseorang, "Erosh, aku perlu bantuanmu."

COPYRIGHT 2018 by V.K.
All Right Reserved.

Continue Reading

You'll Also Like

691 51 10
(HIATUS DULU) Agil hanya seorang pemuda biasa, pemuda yang berasal dari keluarga miskin, sejak meninggalnya kedua orang tua, Agil hidup sebatang kara...
1.3K 106 9
BOOK 2 - BLUE EYES : EYES OF THE DEVIL Dalam dua tahun Marshall El Blackton berubah menjadi kasar, kejam, dan bengis. Sifat tenangnya berubah setelah...
Need a Wedding By Tyaa

General Fiction

3K 320 11
Setelah menjalin hubungan selama beberapa tahun, bukannya sebuah lamaran yang di dapat oleh Luna, melainkan sebuah kata putus, yang mengakhiri hubung...
3.4M 26.6K 47
harap bijak dalam membaca, yang masih bocil harap menjauh. Kalau masih nekat baca dosa ditanggung sendiri. satu judul cerita Mimin usahakan paling b...