NEVERLAND

By anotherblackspace

19.7K 1.3K 200

Side story of esperanza Tentang Aga dan dunianya, Selamat datang di dunia Aga... More

Aga : Opening
Aga : 1
Aga : 2
Aga : 3
Aga : 4
Aga : 5
Aga : 6
Aga : 7
Aga : 8
Aga : 9
Aga : 10
Aga : 11.1
Aga : 12
Aga : 13
Aga : 13.2
Aga : 14

Aga : 11.2

789 79 40
By anotherblackspace

Cerita ini dibagi 2 yaaa, ini bagian lanjutannya, selamat menikmatiiii...

Entah bagaimana caranya Bella menempuh jarak 10 km hanya dalam waktu 10 menit. Tepat setelah Shasa selesai membereskan kekacauan yang dia buat saat mendandani Evan, deru mobil Bella terdengar di depan rumah.

"Tante Genit udah dateng, semuanya ngumpet!" perintah Aga yang langsung dilaksanakan oleh semua orang yang ada di sana. Aga langsung lari menuju pintu, mengunci pintu seperti permintaan Bella sedangkan yang lainnya berlari kocar-kacir mencari tempat persembunyian terdekat dengan pintu masuk.

"Ga, kok malah di kunci?" tanya Shasa bingung, dia sudah ingin maju membukakan pintu untuk Bella, namun tangannya buru-buru ditarik oleh Evan dan malah diajak bersembunyi.

"Bella punya kunci cadangannya. Ayo buruan sembunyi!" kata Evan antusias. Jarang sekali laki-laki itu seantusias ini bermain dengan Aga. Mereka berdua memilih berbaring di atas sofa besar yang ada di ruang tamu, membuat tubuh mereka tidak terlihat sama sekali dari arah pintu.

"Lo diem ya?" bisik Evan. Shasa hanya memejamkan matanya. Posisi mereka berdua ini hampir seperti orang yang tengah berpelukan. Evan menyembunyikan tubuh Shasa dengan merangkulnya sedangkan dirinya sendiri merapat ke sandaran sofa.

Di balik pintu, Bella tergesa-gesa mengambil kunci cadangan rumah Evan yang ada di dalam tasnya dan membuka pintu itu dengan keras saking paniknya. Dia langsung meneriakkan nama Aga bahkan sebelum kakinya masuk ke dalam rumah. Tepat saat Shasa menutup pintu rumah itu, lima orang zombie bergerak pelan dengan kepala miring menuju ke arahnya. Tangan mereka mengarah ke depan seolah-olah ingin mencekiknya. Mulut mereka mengeluarkan suara menggeram yang menakutkan. Evan pun tidak mau kalah. Dia muncul dari balik sofa dan langsung berlari menerjang Bella dengan langkah terseok-seok dan menggeram rendah.

"Argh!"

Bruk!!

Evan yang paling dekat dengan Bella refleks langsung berhenti, kaget melihat tubuh Bella yang tiba-tiba meluruh jatuh ke lantai dengan suara debuman keras. Evan langsung memangku kepala Bella, meneliti ada luka atau tidak di kepala itu sebelum menghela napas lega.

"Tante genit pingsan?" tanya Aga polos dengan mata bulatnya yang menatap Bella seolah tidak tahu apa-apa, padahal anak itu sendiri yang merencanakannya.

"Iya nih, kayaknya ketakutan. Idenya Aga sih." Aga mengerucutkan bibirnya, tidak terima disalahkan.

"Abang yang salah, kenapa nakut-nakutinnya keterlaluan, kan tante Genit jadi takut. Kalo jantungan gimana?" tanya Aga dengan nada suara yang begitu lucu, seolah dia benar-benar tidak ambil andil. Evan menghela napas panjang dan menggendong tubuh lemas Bella ke sofa.

"Yah, padahal Aga kan belom gigit tangan tante Genit. Tante Genit belom jadi zombie deh," Aga mengercutkan bibirnya dan duduk bersimpuh di bawah, dekat dengan kepala Bella. Tangan Aga membelai wajah Bella, kemudian menggoyang-goyangkan tangannya pelan.

"Tante Genit bangun dong, ayo main sama Aga. Ih tante Genit gak asik deh, bangun tante!" panggil Aga sambil menggoyang-goyangkan tangan Bella.

"Kasih minyak ini coba Ga." Shasa mengulurkan satu botol minyak kayu putih pada Aga yang langsung didekatkan ke hidung Bella. Tiba-tiba Aga menatap Shasa dengan senyum lebar di wajahnya, membuat Shasa kebingungan ditatap seperti itu.

"Ada apa?"

"Jadiin tante Genit zombie juga dong, mumpung masih tidur."

"Jangan ah Ga, kasian Bella nya, nanti pingsan lagi gimana? Kan Abang yang repot angkat-angkat," protes Evan tidak terima. Bella memang kurus dan dia juga mengangkat tubuh itu tidak terlalu jauh, hanya ke sofa yang tadi dia gunakan untuk bersembunyi, tapi tetap saja berat.

"Kalo pingsan lagi seret aja, atau biarin di lantai."

"Eh, gak boleh jahat gitu dong."

"Ayo micin cepet!" ucapnya, tidak mengindahkan kata-kata Evan. Di samping kaki Bella, Evan hanya bisa menghela napas pasrah. Kalau Aga sudah punya keinginan pasti sulit untuk dibantah. Sekali A tetap A, apapun yang terjadi. Shasa menatap Evan, menunggu perintah yang akhirnya mendapatkan anggukan pelan dari Evan.

"Yes! Buruan-buruan!"

Shasa mengambil peralatan make up nya yang dia sembunyikan di bawah meja dan memulai pekerjaannya dengan sangat hati-hati, takut akan membangunkan Bella sebelum waktunya. Aga bertepuk tangan heboh, senang karena zombie-nya bertambah banyak. Melihat hp Shasa yang tergelak di atas meja, ide brilian Aga muncul kembali. Cepat-cepat Aga membawa ponsel itu berlari dari ruang tamu dan menekan panggilan cepat milik Mario.

"Om ganteng, tolong!" teriak Aga saat panggilannya terhubung dengan Mario.

"Ada apa Ga? Aga gak kenapa-kenapa kan? Om lagi di Bogor nih."

"Ngapain?"

"Kerja Ga, Aga kenapa telpon? Aga baik-baik aja kan? Ada yang sakit? Abang mana?"

"Kok kerja sih, padahal hari minggu."

"Om gak ada liburnya Ga, ada apa? Ini mau selesai kok."

"Ini Om, tante Genit pingsan di rumah, Aga cuma sendirian sama tante Genit, semua orang udah dimakan monster."

"Abang sama Shasa kemana? Kok Aga sendirian di rumah?" Mario mulai panik, tapi dia berusaha menekan suaranya agar lawan bicaranya tidak tahu dirinya panik. Bahaya jika Aga tahu, bisa-bisa anak itu kambuh sebelum dia sampai di sana. Mario buru-buru berlari keluar, membisikkan pada salah satu rekan kerjanya, "Gue harus balik ke Jakarta sekarang, pasien gue lagi urgent banget."

"Coba jelasin pelan-pelan sama om."

"Kan Micin bilang mau libur Om, terus Abang pergi abis terima telpon, terus tante genit dateng temenin Aga, terus sekarang tante Genit pingsan, soalnya perut tante Genit bunyi-bunyi, monster perutnya laper tapi gak ada makanan, cuma punya es krim sama mangga, jadi tante Genit pingsan." jelas Aga panjang lebar sambil menahan diri untuk tidak terkikik geli, mengagumi kepintarannya berbohong.

"Ya udah Om ke sana, tunggu ya? Mau nitip apa?"

"Burger! 10! Om buruan dateng ya, dadah!"

Mario menatap layar ponselnya yang sudah kembali menggelap dengan heran. Ada yang aneh dengan suara Aga, entah anak itu benar-benar menangis atau tengah menggodanya. Seingatnya suara tangis Aga tidak seperti itu. Dan tunggu dulu, bukankah hanya ada dia dan Bella di rumah? Kenapa minta 10 burger? Evan sendiri yang memberikan peraturan Aga hanya boleh memakan makanan junk food itu maksimal 2.

"Ah, pasti gue lagi dikerjain nih," simpul Mario sambil terkekeh pelan. Percuma juga dia kembali ke lokasi tadi, dia sudah mengemudikan mobilnya cukup jauh. Dia tidak sadar memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi saat mendengar Aga sendirian di rumah.

Evan yang tengah menemani Shasa merias Bella tiba-tiba berdiri saat merasakan ponselnya yang berada di saku bergetar panjang tanda panggilan masuk. Dia buru-buru menjawab panggilan yang masuk itu saat dilihatnya nama Mario yang tertera di layarnya.

"Lo di rumah kan Van?"

"Iya, kenapa?"

"Aga lagi ngapain sih? Dia nyuruh-nyuruh gue dateng, sampe boong katanya Bella pingsan lagi."

"Abis diajak nonton film zombie sama Shasa, sekarang lagi ngajakin semua orang main zombie. Tapi soal bella, Aga gak bohong, bella beneran pingsan. Kaget liat kita dandan zombie."

"Hah? Terus? Udah sadar belom? Dia gapapa kan? Kepalanya kebentur lantai gak pas pingsan? Lo gak bawa ke rumah sakit?"

"Dih segitunya kalo sama pujaan hati. Udah lo ke sini aja, liat sendiri."

Evan mengakhiri panggilannya sambil menghela napas panjang. Setelah Bella, rupanya Aga menargetkan Mario juga. Jangan sampai setelah ini Marcel yang jadi incarannya. Evan beranjak dari tempatnya duduk, mencari Aga yang entah bersembunyi di mana.

"Halo om jahat!"

"Halo juga anak jelek." Aga langsung manyun mendengar Marcel memanggilnya jelek.

"Yang jelek itu om jahat, Aga itu kata Abang cakep, imut, bikin gemes."

Evan yang akhirnya menemukan tempat persembunyian Aga tersenyum simpul mendengar kata-kata Aga. Benar dugaannya, anak itu tengah menghubungi Marcel.

"Masa sih? Om liatnya Aga jelek tuh. Tante Bella juga bilang Aga jelek," Agar semakin berteriak-teriak tidak terima dipanggil jelek.

"Ih jahat! Tapi Aga kangen," rayunya.

"Tumben? Biasanya gak pernah tuh."

"Ih kok nyebelin sih! Om, main ke rumah dong, temenin Aga main. Lama nih gak main bareng," Aga makin merayu.

"Oh jadi kangen sama Om cuma buat minta ditemenin main aja nih? Emangnya shasa kemana?"

"Dimakan monster. Cepet dateng ya Om? Temenin Aga ya? Ini kan hari minggu, Om gak sibuk kan?"

"Mana bisa Shasa dimakan monster, dia kan lebih serem dari monster."

"Ayo lah Om, main sama Aga ya Om. Aga baru dapet mainan baru nih, Om ke sini ya?"

"Iya deh iya, adiknya Evan banget sih, gak pernah bisa denger penolakan. Om kesana setengah jam lagi ya? Mau mandi dulu."

"Yes, oke, dadah om Jahat!"

Aga mematikan panggilannya sambil berbalik. Aga berteriak kaget melihat tubuh tinggi Evan sudah berdiri di hadapannya dengan tangan terlipat di depan dada dengan pandangan mengarah lurus padanya.

"Abang ngapain berdiri di situ, kan Aga jadi kaget."

"Ngerjain siapa lagi sekarang? Marcel?" Aga hanya menggaruk-garuk tengkuknya sambil tertawa, kemudian memilih kabur dari hadapan Evan sambil tertawa terbahak-bahak. Dia benar-benar senang sekarang, permainan yang dia mainkan benar-benar seru.

🐭🐰🐭🐰🐭🐰🐭🐰🐭🐰

Evan duduk di dekat Bella, menunggu gadis yang sekarang sudah berubah menjadi zombie itu untuk bangun. Setengah hatinya merasa bersalah melihat kondisi Bella seperti ini. entah bagaimana reaksi gadis itu saat dia bangun nanti. Eva kaget melihat tangan bella tiba-tiba bergerak. Gadis itu perlahan mulai membuka matanya, membuat Evan dan Shasa refleks mendekat melihat kondisi Bella.

"Argh!" teriak bella kaget melihat wajah zombie berada tepat di depannya, tengah menatapnya lekat-lekat. Bella berusaha memberontak, membuat Evan refleks memegangi Bella.

"Tenang Bel, ini gue Evan."

"Ini gue Shasa," kata zombie lain yang ada di sebelah zombie bertubuh tinggi di depannya. Kali ini ada satu lagi zombie tengah berlarian sambil melompat-lompat senang.

"Yey, tante Genit udah bangun! Ini Aga tante, tante jangan takut!"

Bella mengerjapkan matanya berkali-kali, mencoba memproses informasi yang berebut masuk ke dalam otaknya. Suara tiga orang itu memang dia kenal baik, membuatnya perlahan bisa memproses informasi itu dengan baik.

"Evan? Ini Shasa? Terus yang ini Aga? Astaga kalian ngapain sih?" tanya Bella bingung.

"Ini nih, bocah satu ini ngajak main zombie, semua dipaksa dandan zombie begini. Noh di ruang makan ada bu Sum, mang Jajang sama mang Adi, mereka juga dipaksa dandan zombie sama Aga," jelas Evan segamblang mungkin agar Bella tidak ketakutan lagi.

"Argh!" Tiba-tiba Bella berteriak lagi. Kepala Aga yang masih menempel di betisnya mendongak pelan sambil tertawa renyah. Shasa dan Evan saling pandang, sudah tahu apa yang tengah dilakukan oleh anak itu sedangkan Bella masih memandangnya bingung.

"Tante Genit udah digigit zombie, sekarang tante genit berubah jadi zombie," kata Aga heboh. Dia membawakan cermin yang tadi Shasa gunakan untuk mendandani mereka.

"Ah! Muka gue kenapa jadi kaya gini?!" teriak Bella histeris saat melihat wajahnya yang mengerikan.

"Ih dibilangin juga, sekarang tante itu udah jadi zombie kayak Aga!"

Bella mengerang tertahan, terpaksa mengikhlaskan muka mulusnya yang baru saja melakukan perawatan kulit dipenuhi make up asing. Entah apa yang akan terjadi pada muka mulusnya nanti setelah dia menghapus make up yang menempel di wajahnya. Semoga saja tidak paah.

"Yes, tinggal nunggu om Ganteng sama om Jahat dateng, trus Aga gigit biar jadi zombie juga!"

"Mario mau dateng ke sini?" tanya Bella antusias. Aga tersenyum lebar sambil mengangguk.

"Iya, tadi Aga udah bohongin om Ganteng buat dateng ke sini. katanya masih perjalanan, bentar lagi juga sampe. Nanti kalo sampe mau Aga gigit kuat-kuat biar jadi zombie."

"Boleh tante Bella aja gak yang gigit?"

"Eh? Kenapa?"

"Itu, kan tadi Aga udah ngerubah Abang sama tante Bella. Sekarang giliran tante Bella ya yang ngerubah om Mario, tante kan juga pengen ngerasain ngerubah orang. Boleh ya? Nanti Aga yang ngerubah om Marcel deh."

"Hmm..." Aga seolah tengah berpikir keras dengan wajahnya yang menyeramkan sebelum akhirnya mengangguk, "Oke deh!"

Begitu deru mobil terdengar kembali di depan rumah Aga dan setelah Evan memastikan mobil itu milik Mario, semua orang kembali bersembunyi di tempatnya masing-masing seperti saat mereka bersiap mengerjai Bella.

Mario turun dari mobilnya sambil menenteng dua kantung plastic berisi burger pesenan Aga dan beberapa makanan ringan yang boleh Aga konsumsi. Di belakang pintu, dirinya berhenti, mempersiapkan diri untuk berpura pura kaget. Mario menghela napas, bersiap membuka pintu.

"Ga?" panggil Mario sambil menutup pintu yang baru saja dia buka. Sepi. Tebakannya, semua orang pasti tengah bersembunyi, mencari waktu yang tepat untuk mengagetkannya. Dengan santainya Mario berjalan masuk ke dalam rumah, dan langsung menuju ruang makan untuk meletakkan makanan yang dia bawa.

Tanpa Mario sadari, di belakangnya sudah ada Bella yang mengikutinya sambil mengendap-endap. Begitu dekat dengan Mario, Bella langsung melompat ke punggung mario dan menggit lehernya seperti seorang vampire.

"Argh!" Mario berteriak keras, antara kaget dan kesakitan karena Bella benar-benar menggigitnya dengan kuat. Setelah mendengar teriakan Mario, Aga yang bersembunyi tidak jauh dari tempat itu langsung berlari dengan terseok-seok dan menggeram, kemudian menggigit lengan Mario yang terbuka.

"Argh!" Mario menjerit untuk yang kedua kalinya. Matanya membulat melihat dua orang yang baru saja menggigit leher dan lengannya itu tengah menggeram-geram menyeramkan dengan wajah menyeramkan, mata memerah dan langkah pincang. Tangan mereka menjulur-julur ke depan, seolah bersiap mencakarnya. Reflek Mario membawa tubuhnya mundur ke belakang.

Dari arah berlawanan, muncul beberapa orang lagi dengan wajah tak kalah menyeramkan. Mereka semua berebut bergerak menyerang Mario dengan terus menggeram. Tanpa sadar Mario bergidik ngeri. Ini beneran cuman make up? Kenapa serem banget sih? Jangan-jangan mereka beneran berubah jadi zombie?

Mario memandangi mereka semua ngeri. Merasa terkepung, Mario memilih jongkok dan melindungi kepalanya dengan kedua tangan, membiarkan orang-orang menyeramkan itu mengerubunginya dengan suara aneh. Tidak jauh dari tempatnya, Evan menatap Mario yang ketakutan sambil terkikik geli, tidak menyangka Mario yang sudah tahu kenyataannya justru malah ketakutan seperti itu.

"Ampun, ampun, jangan gigit gue, gue belom nikah!" celetuk Mario yang membuat Evan tertawa terpingkal-pingkal. Aga langsung memandangnya tajam, terlebih saat Mario mengangkat kepalanya dan memandangi satu per satu orang yang ada di sana.

"Bella?" Mario justru mengenali Bella lebih dulu dari senyuman lebarnya.

"Abang! Ngapain ketawa sih? Kan jadi ketauan!" protes Aga kesal.

Evan hanya tertawa sambil mengulurkan tangannya pada Mario, membantu sahabatnya itu untuk berdiri. Mario masih menatap semua orang yang ada di sana dengan tatapan ngeri. Jujur, dia paling takut dengan wajah-wajah rusak seperti itu, makanya dia memilih bekerja sebagai psikiater daripada dokter umum meskipun dia sekolah keduanya.

"Sumpah kalian semua serem banget!"

"Aw!" Bella kembali menggigit lengan Mario, membuat Mario kembali menjerit dan menatap Bella bingung.

"Kenapa digigit lagi sih?"

"Biar jadi zombie!" teriak Aga girang. Dia langsung menarik Mario untuk duduk di ruang tamu, menghampiri Shasa yang sudah bersiap dengan alat tempurnya, make up.

"Ini mau ngapain?" tanya Mario bingung.

"Om Ganteng harus berubah jadi zombie juga dong, kan udah digigit tante Genit tadi."

"Harus dandan kayak kalian gini? Enggak ah, gak mau!"

"Harus mau!"

"Enggak!"

"Udah lah, nurut aja, daripada ini anak jelek nangis. Emang sanggup nenanginnya?" kata Bella menangahi Mario dan Aga. Di sampingnya, Aga mengangguk-angguk setuju, membuat Mario menghela napas pasrah.

"Iya deh, demi Aga."

"Yes!"

"Tapi lo yang makeup in."

"Lah, kok gue? Gue gak bisa, Shasa yang bisa."

"Gak mau tau, harus lo yang makeup in."

"Dasar modus!" sindir Evan dari kejauhan. Dia bahkan sudah membuka kantung makanan yang tadi Mario bawa dan menyuruh Aga membagikannya pada orang-orang yang ada di sana setelah mengucapkan terima kasih pada Mario.

"udah sini Sha, makan burger aja sama gue, gak usah meduliin mereka." Entah Evan sadar atau tidak dia merangkul Shasa menjauh dan menyuapi gadis itu burger di tangannya sambil memanas-manasi Mario dan Bella. Shasa menerima suapan itu dengan kikuk, membuat Bella dan Mario yang melihatnya justru mencibirnya.

"Ngaca! Situ juga modus!"

🐰🐭🐰🐭🐰🐭🐰🐭

Semua orang tengah menunggu korban terakhir sambil memakan camilan yang Mario bawa. Mario sendiri sudah berdandan seperti zombie. Kemejanya yang baru dia beli beberapa hari lalu harus rela dicoret-coret agar menyerupai darah, sama seperti pakaian yang lain, kumal dan penuh darah.

"Gue serem gak?" tanya Mario pada Bella dengan nada polos. Bella yang tadi bertugas merias Mario refleks membandingkan riasan Mario dengan milik Evan. Lebih menyeramkan mirip Evan memang, tentu saja karena ini kali pertama Bella mendandani seseorang menjadi zombie, tapi keseluruhan tidak buruk juga. Mario tetap terlihat menyeramkan.

"Serem."

"Lo takut gak?"

"Enggak."

"Suka gak?"

"Biasa aja."

"Modus, modus. Modusin aja terus, dilamar kagak, apalagi dinikahin," sindir Evan yang duduk tidak jauh dari mereka berdua. Shasa langsung menyikuti Evan yang sejak tadi menggoda Mario dan Bella. Memang kedua sahabatnya ini sudah saling suka, hanya tinggal menunggu waktu untuk mengungkapkannya, tapi entah apa yang mereka tunggu.

Tin! Tin! Tin!

Aga tersenyum mendengar orang yang sedari tadi ditunggunya sudah memberikan tanda. Sesuai instruksi Aga, kali ini mereka tidak bersembunyi seperti saat menakuti Mario dan Bella melainkan menunggu marcel di depan pintu.

Begitu marcel membuka pintu, ia dikejutkan oleh beberapa zombie yang siap memangsanya. Marcel langsung berlari menghindari kejaran para zombie, melompati sofa, berlari ke arah ruang keluarga dan mencari tempat sembuyi sementara para zombie itu berlarian mengejar Marcel sambil menggeram dan mengangkat tangannya ke depan.

"Tolong! Tolong! Evan! Aga! Kalian dimana? Tolong!" teriak marcel ketakutan. Di belakangnya, para zombie menahan tawa melihat marcel yang benar-benar ketakutan, membuat mereka semakin semangat mengejar Marcel. Tapi Marcel sangat susah dideketi. Dia selalu berhasil kabur dan menghindar saat akan digigit, membuat Aga kesal bukan main.

"Om Jahat, stop!" teriak Aga menghentikan langkah Marcel yang akan berlari keluar rumah menuju taman belakang. Tidak menyia-nyiakan kesempatan, Aga langsung menghampiri Marcel dan menggigit tangannya dengan kencang tanpa ampun, membuat Marcel menjerit-jerit kesakitan, tapi saking kesalnya anak itu tidak mau melepaskannya hingga Evan datang dan menggeliti perut Aga.

"Lepasin om Marcel gak?" kata Evan sambil terus menggeliti perut Aga. Aga menggeliat-geliat kegelian, akhirnya dia menyerah dan melepaskan gigitannya pada Marcel.

"Ampun Bang, ampun!" teriak Aga di sela tawanya. Aga dan Evan bahkan sampai berguling-guling di lantai, saling menggelitiki sampai terengah-engah. Hampir semua orang yang ada di sana tertawa melihat tingkah Aga dan Evan, kecuali Marcel yang masih bingung dengan apa yang terjadi.

"Ini, ada apa sih?" tanya Marcel polos. Aga dan Evan kompak langsung berhenti dan menatap Marcel dengan seringaian di wajahnya yang menyeramkan. Aga sekali lagi menggigit lengan Marcel, membuatnya berteriak-teriak kesakitan sebelum melepaskannya dan bersorak riang,

"Yey! Om Marcel jadi zombie!"

Continue Reading

You'll Also Like

509K 25.3K 35
Menjadi istri antagonis tidaklah buruk bukan? Namun apa jadinya jika ternyata tubuh yang ia tepati adalah seorang perusak hubungan rumah tangga sese...
2.3M 123K 53
[PART MASIH LENGKAP] "Lihat saudaramu yang lain! Mereka berprestasi! Tidak buat onar! Membanggakan orang tua!" Baginya yang terbiasa dibandingkan den...
3.9M 232K 59
[USAHAKAN FOLLOW DULU SEBELUM BACA] Menikah di umur yang terbilang masih sangat muda tidak pernah terfikirkan oleh seorang gadis bernama Nanzia anata...
2.9M 251K 62
⚠️ BL Karena saking nakal, urakan, bandel, susah diatur, bangornya Sepa Abimanyu, ngebuat emaknya udah gak tahan lagi. Akhirnya dia di masukin ke sek...