NEVERLAND

Von anotherblackspace

19.7K 1.3K 200

Side story of esperanza Tentang Aga dan dunianya, Selamat datang di dunia Aga... Mehr

Aga : Opening
Aga : 1
Aga : 2
Aga : 3
Aga : 4
Aga : 6
Aga : 7
Aga : 8
Aga : 9
Aga : 10
Aga : 11.1
Aga : 11.2
Aga : 12
Aga : 13
Aga : 13.2
Aga : 14

Aga : 5

900 66 9
Von anotherblackspace

"Bang!"

"Abang!"

"Ih Abang!"

"Abang, Abang, Abang, Abang, Abang!!" Teriak Aga tepat di telinga Evan, karena sejak tadi kakaknya itu tidak merespon panggilannya sama sekali. Bagaimana bisa merespon jika Aga meneriakinya dengan bisikan, sampai akhirnya dia berteriak tepat di telinga Evan, membuat laki-laki yang tengah serius memeriksa laporan keuangan perusahaan itu terlonjak kaget.

"Apa sih Ga? Kenapa teriak-teriak di telinga Abang coba? Kalau Abang budek gimana?" Protes Evan sambil menutup laptop nya, sepertinya sudah tidak kondusif lagi kondisinya untuk melakukan pekerjaan sekarang.

"Aga punya berita penting buat Abang!"

"Penting?" Tanya Evan lagi memastikan, Aga mengangguk dengan wajah yang sangat serius, terlalu serius malah dengan mata bulatnya yang entah bagaimana terlihat semakin bulat saat Aga menampilkan ekspresi serius seperti itu, membuat Evan justru ingin mencubit pipi adiknya itu saking menggemaskannya.

"Sini, Aga bisikin. Ini kan rahasia!" Aga mengode Evan dengan gerakan tangan seolah-olah meminta Evan menunduk sedikit, Evan tanpa sadar mengikuti permintaan Aga tanpa banyak bertanya. Aga menatap ke sekeliling, memastikan tidak ada seorangpun di sekitar mereka berdua, kemudian mendekatkan bibirnya ke telinga Evan.

"Kemarin Aga liat poto-poto pacarnya Micin Bang!"

"Hah!" Reflex Evan berteriak karena syok, entah Aga tahu dari mana info itu, tapi tidak mungkin kan, karena selama shasa kerja di sini, belum pernah sekalipun Evan meliat shasa menerima atau membawa laki-laki masuk ke rumah ini, dan entah kenapa, hati Evan langsung sakit mendengarnya.

"Ih Abang berisik deh, jangan teriak-teriak dong, nanti ketahuan!" Aga reflex ikutan teriak juga.

"kamu tau dari mana Ga?" Tanya Evan, tanpa sadar dia bertanya dengan berbisik pada Aga, bahkan dia mendekatkan bibirnya ke telinga Aga agar anak itu bisa mendengar dengan jelas bisikannya.

"Aga liat sendiri di kamar micin banyak poto-poto pacar Micin ditempel di dinding." Jawab Aga dengan bisikan juga. Keduanya jadi seperti anak kecil yang sedang berbisik-bisik dan tidak ingin orang lain tahu percakapannya. Bahkan keduanya refleks memandang ke sekeliling setiap kali akan mengatakan sesuatu.

"Di kamar Shasa? Kamu ngapain Ga ke kamar shasa?" Evan penasaran, pasalnya Aga jarang sekali mau ke kamar perawatnya itu karena Shasa jarang merapikan kamarnya dan membiarkannya berantakan, terutama bagian meja riasnya.

"Jadi kemaren kan di rumah gak ada siapa-siapa, bu Sum lagi belanja dianter mang Jajang, truss, Micin tiba-tiba narik Aga ke rumah belakang, ke kamar Micin, terusss, micin suruh Aga diem-diem di kamar micin, pintu kamar micin aja di kunci, terus kunci nya di bawa micin, terusss Aga tanya kan kenapa sih Aga di kesin, kata Micin, ini urusan wanita, mendadak, setiap bulan wanita punya urusan yang mendadak, jadi Aga diem di sini, kakak cuma sebentar, diam ngerti kan Aga!!!terus Aga nganguk aja." Aga berhenti sebentar saat bercerita, menarik napas dulu.

"Tapi Bang, Micin aneh banget!"

"Aneh kenapa?" Desak Evan, sepertinya dia sudah tidak sabar dengan inti cerita Aga. Seperti anak kecil pada umumnya yang selalu bercerita dengan berbelit-belit, Aga pun sama, membuat Evan benar-benar jengkel karena sudah penasaran dengan laki-laki yang Aga maksud. Tapi dia berusaha menahan diri untuk bersabar sambil mencoba memahami cerita Aga.

"Aneh Bang, Micin ambil sesuatu di lemarinya bentuk nya kotak kecil, terus diumpetin di kantong celana, terus micin buru-buru masuk kunci kunci pintu, tuh aneh kan Bang! Jangan-jangan Micin sebenernya penjahat!"

Evan mengerutkan keningnya, bingung mendengarkan cerita Aga yang tiba-tiba berpindah topik, padahal Evan sudah sangat penasaran dengan laki-laki itu. Hatinya sakit, sepertinya dia mendengar suara patah di dalam hatinya. Apa Shasa tidak pernah melihat rasa cinta Evan? Apa Shasa sebegitu butanya dengan perasaan Evan? meskipun Evan tidak pernah mengatakan secara langsung, harusnya Shasa peka dong dengan perasaan Evan, wanita kan tingkat kepekaannya tinggi!

"Nanti deh Abang periksa, terus poto pacar shasa mana cerita nya?" Tagih evan, berusaha mengembalikan Aga ke jalur yang benar, jalur menceritakan pacar Shasa yang ditempel di dinding. Segila apapun Evan, dia tidak pernah menempelkan foto orang yang dia cintai di dinding, apa Shasa selebay itu sampai harus menempelkan foto pacarnya di dinding? Hell! Itu masih pacar, bukan suami! Tiba-tiba saja Evan menjadi sensi dengan pemikiran tentang pacar Shasa.

"Ih! Sabar kenapa sih Bang, Aga kan belom selesai kalo cerita!"

"Iya-iya maaf, lanjut gih ceritanya."

"Nah, pas Micin di kamar mandi, kan Aga bosen nunggu nya lama, terusss Aga liat-liat kamar Micin, nah disitu, di tembok, Aga liat banyak poto-poto pacar Micin ditempel-tempel gitu!"

"Ganteng gak?" Tanpa sadar Evan menanyakan hal itu, setengah hatinya dia ingin membandingkan dirinya dengan laki-laki yang disebut-sebut Aga sebagai pacar Shasa itu. Laki-laki itu tidak boleh lebih tampan darinya, tidak boleh!

"Ganteng banget, kayak om Dokter mukanya. hidungnya juga mancung kayak om Dokter, putih juga kayak om Dokter." Evan semakin mengerutkan keningnya, om Dokter yang dimaksud Aga pasti Mario, apa mungkin foto yang dimaksud Aga benar-benar foto Mario? Apa diam -diam Shasa menyukai Mario?

"Maksud Aga pacar Shasa om Dokter?" Tanya Evan memastikan.

"Bukan! Bukan om Dokter ganteng Bang, tapi mirip!"

'Mirip'? Apa mungkin laki-laki itu bule juga seperti Mario?

"Di pipinya, sama di dagunya pacar Micin ada...... ada... apa yah namanya, yang kaya rambut-rambut tapi ga panjang, tapi ga pendek juga, Aga ga tau nama nya apa itu." Jelas Aga sambil menunjukan sekitar area rahang sampai dagu.

"Jenggot Ga, itu namanya jenggot tipis, biasanya disebut berewok." Jelas Evan.

"Tapi kok Abang ga ada, tapi pacar Micin ada?"

"Abang cukur."

"Berarti nanti kalo Aga udah gedhe, Aga juga punya kayak pacar Micin itu ya Bang?"

"Iya, tapi lebih bagus dicukur Ga, bersih. Ayo dilanjut lagi ceritanya." Evan semakin penasaran.

"Terus apa ya?" Aga malah berpikir sebentar menggantungkan cerita, membuat Evan semakin kesal menunggu kelanjutan ceritanya, tapi sebisa mungkin dia tersenyum, sabar menanti, daripada adiknya itu marah padanya, hilang sudah kesempatannya untuk mengetahui laki-laki yang Shasa sukai.

"Ah iya! Pacar Micin, kaya preman deh Bang!"

"Hah? Preman gimana Ga?"

"Iya, Aga liat tangan pacar Micin itu digambar-gambar, kan kaya pereman itu Bang, Aga pernah liat di lampu merah, kata Micin preman itu orang jahat, apalagi tangannya digambar-gambar, kata Micin Aga harus jauh-jauh dari orang kaya gitu, berarti pacar Micin preman kan? Abang harus kasih tau Micin Bang, kasih tau Micin jangan pacaran sama preman!"

"Ga, gak semua orang yang tangannya digambar-gambar itu orang jahat loh, ada orang baik yang tangannya digambar-gambar juga, karena mereka suka, itu namanya tato." Jelas Evan supaya Aga tidak salah paham.

Diam-diam Evan berpikir, apa laki-laki idaman Shasa itu laki-laki yang seperti itu ya? yang brewokan dan bertato? Apa Evan harus brewokan dan bertato juga agar Shasa menyukainya? Evan buru-buru menggelengkan kepalanya, bagaimana bisa dia berpikir seperti itu? Apa yang akan dikatakan pekerjanya kalau dia tiba-tiba berubah brewokan dan bertato?

"Ah lupa! Aga punya potonya Bang!"

"Ck" Evan tanpa sadar berdecak kesal, tidak dari awal?! Dia kan tidak perlu mendengarkan cerita abstrak Aga!

"Micin! Ambilin hp dong!" Teriak Aga kencang sekali, supaya Shasa yang ada di belakang bisa mendengarkan suaranya.

"Ga, kalo mau minta sesuatu itu, harus bilang apa?" Tanya Evan dengan nada pelan. Aga terdiam sebentar sebelum menjentikkan jarinya sambil tersenyum.

"Tolong..."

"Nah, itu jangan pernah lupa, harus bilang tolong dulu." Aga mengangguk paham,

"Micin tolong ambilin hp dong!" teriak Aga lagi, tapi saat Shasa sudah berada di ambang pintu, Evan mengkode Shasa untuk kembali ke belakang yang dituruti Shasa sambil menghentak-hentakkan kakinya, kesal karena sudah jauh-jauh datang kesana.

"Ih Abang, kok Micin disuruh balik sih kan..."

"Ga, kalo kita masih bisa mengerjakan sendiri, kerjakan sendiri, lagian kan shasa juga lagi sibuk, untung apa kita punya kaki, tangan, mata kalo ga kita gunakan kan. biar pun mereka kerja sama kita, tetap saja jangan selalu minta tolong sama mereka, kerjakan sendiri Aga ngerti kan?"

"Iya."

"Pinter, sekarang kamu ambil gih." Tanpa disuruh 2x Aga langsung berlari, menuju kamarnya dan mengambil Hp yang tergeletak di atas nakas. Tidak lama Aga datang sambil membawa Hp nya.

"Sst! Abang jangan bilang-bilang Micin, Aga diem-diem ambil poto pacar Micin." Ujarnya sambil membuka folder galeri dan sibuk mencari poto yang berhasil Aga abadikan kemerin.

"Nih bang potonya, tuh kan ganteng Bang." kata Aga sambil menunjukkan foto di layar Hpnya. Seketika Evan membelalakkan matanya, bahkan mata itu mungkin bisa menggelinding jika tidak ada otot dan rongga mata yang menahannya. tanpa sadar dia menghela napas lega dan tersenyum senang sambil memeluk Aga erat-erat dan mengucap syukur yang berlebihan.

Cinta gue aman, hati gue aman, gak jadi patah hati deh gue!

P.S Gambar diambil dari berbagai sumber

Weiterlesen

Das wird dir gefallen

229K 30.4K 62
Lift yang Caine naiki tiba tiba jatuh, dan ia masuk ke portal dunia lain. Apa yang harus Caine lakukan.... CERITA INI 100 % HANYA KHAYALAN. JANGAN C...
4.8M 255K 57
Dia, gadis culun yang dibully oleh salah satu teman seangkatannya sampai hamil karena sebuah taruhan. Keluarganya yang tahu pun langsung mengusirnya...
5.1M 215K 52
On Going ❗ Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan yang tak s...
3.9M 233K 60
[USAHAKAN FOLLOW DULU SEBELUM BACA] Menikah di umur yang terbilang masih sangat muda tidak pernah terfikirkan oleh seorang gadis bernama Nanzia anata...