NEVERLAND

By anotherblackspace

19.7K 1.3K 200

Side story of esperanza Tentang Aga dan dunianya, Selamat datang di dunia Aga... More

Aga : Opening
Aga : 1
Aga : 2
Aga : 3
Aga : 5
Aga : 6
Aga : 7
Aga : 8
Aga : 9
Aga : 10
Aga : 11.1
Aga : 11.2
Aga : 12
Aga : 13
Aga : 13.2
Aga : 14

Aga : 4

1K 89 2
By anotherblackspace

"Ga, Aga! Sini deh!" Shasa memanggil Aga yang sedang duduk diam dengan tangan dan matanya fokus pada sesuatu yang berada di meja pendek yang ada di ruang bermainnya. Ya, Aga tengah serius memasang puzzle doremeon kesukaannya.

"Ih apaan sih Micin ganggu aja!" Sahut aga marah-marah, tidak suka kegiatannya diganggu.

"Sini bentar, ka Shasa mau kasih liat sesuatu nih."

"Yang butuh kan Micin, jadi Micin dong yang kesini, kaki Aga gak bisa di gerakin nih." Kata Aga pura-pura memegang kakinya yang sebenarnya memang tidak bisa digerakkan, kesemutan karena terlalu lama dilipat di bawah meja. Shasa tidak punya pilihan lain selain berjalan mendekati Aga. Padahal dia sedang dalam posisi terbaik, berbaring di sofa sambil menonton televisi, tentu saja kartun anak-anak. Dia tidak berharap mendapatkan satu SP lagi dari Evan karena mengajak Aga menonton drama korea lagi.

"Liat deh, barongsai nya lucu kan?" Tanya Shasa sambil menunjukkan gambar barongsai di ponselnya, Aga menatap Shasa dan gambar itu bergantian, sedikit bingung dengan maksud Shasa.

"Itu ular?"

"Bukan, ini tuh dalemnya ada orangnya. Seru banget. Mau nonton gak?" Shasa memperlihatkan sebuah vidio atraksi barongsai di tablet yang ada di sebelahnya. Aga menontonnya tanpa bergerak sedikitpun tapi matanya bergerak-gerak atraktif mengikuti pergerakan barongsai di layar itu.

"Wah, Aga mau liat langsung dong!" Aga yang memang baru pertama kali ini melihat atraksi barongsai langsung tertarik. Shasa tersenyum penuh kemenangan, misinya mengajak Aga pergi menonton barongsai sukses. Dia pasti akan dapat gaji tambahan dari Evan!

"Ya udah, yuk siap-siap yuk, kita pergi ke kampung China habis ini."

"Hah? Nonton ini harus ke China dulu? Jauh dong, harus naik pesawat ya?" Mendengar celetukan Aga, Shasa refleks langsung menepuk dahinya, lupa kalau Aga tidak pernah pergi ke kampung China sebelumnya.

"Ya gak pergi ke China juga kali Ga, kampung China. Kita pergi ke pemukiman orang China yang ada di Indonesia. Di deket sini ada kok."

"Oke ayo siap-siap. Telpon Abang, tante Genit, om Jahat sama om Ganteng juga. Kita pergi kesana bareng-bareng." Shasa mengangguk sambil tersenyum masam, selalu saja semua orang diajak, padahal dia hanya ingin bersama Aga dan Evan saja kali ini, tapi apa boleh buat. Aga sendiri yang minta.

"Tapi ramai loh Ga, banyak orang di sana, karena kan kita perginya pas hari imlek, tahun baru China, banyak orang yang pergi kesana, bukan cuma orang yg merayakan imlek aja pergi ke sana, gapapa?" Tanya Shasa meyakinkan, dia takut disalahkan kalau nantinya Aga histeris ketakutan saat sudah sampai disana.

"Iya gapapa, kan ada Abang sama Micin nanti. Micin pernah kesana??"

"Sering dong , nanti ada anggota-anggota dari barongsai yang kasih-kasih amplop kosong, nah, nanti kita isi uang amplop nya, terserah mau berapa aja, trus pas kita kasih amplopnya ke mulut barongsai nya, sama barongsai nya nanti amplop itu di makan loh. Itu yang paling kak Shasa suka, pas amplop ke mulut barongsai." Aga bengong mendengar penjelasan Shasa, sepertinya dia sulit membayangkan kejadiannya, tapi dari sorot matanya, dia terlihat begitu tertarik.

"Aga juga mau kasih makan barongsai!" Teriak aga antusias, heboh karena penasaran mendengar cerita Shasa. Membayangkannya saja sudah seru, apalagi bisa langsung kesana.

"Sip, kalo gitu nanti kalo Abang pulang kita bilang ke Abang ya?"

"o......"

"Ga! Loh kamu disini, abang cariin di belakang taunya malah main disini. Biasanya kalo sore-sore suka panjat pohon di belakang." Perkataan Aga terputus saat Evan tiba-tiba membuka pintu kamar bermain Aga. Dari pakaian yang melekat di tubuhnya, terlihat evan yang baru pulang kerja.

"Hore Abang pulang cepet, ayo nonton barongsai!" Evan mengerutkan keningnya bingung. Dia menatap Shasa, meminta penjelasan. Shasa buru-buru memperlihatkan tablet yang tadi dia tunjukkan pada Aga.

"Oke, ajak yang lain gak?"

"Iya lah, ajak semua, tante Genit, om Jahat, om Ganteng juga. Mamang sama Bu Sum juga diajak."

"Ya udah, biar Shasa yang hubungi Bella, Marcel sama Mario, Aga kasih tau bu Sum sama yang lainnya ya?"

"Siap Boss!!" Aga langsung pergi berlari sambil berteriak-teriak memanggil bu Sum, mang Jajang, dan mang Adi. Sepeninggal Aga, Evan langsung menghampiri Shasa dan duduk tepat di samping Shasa.

"Maksudnya gimana? Lo udah tanya ke Aga? Lo udah kasih dia gambaran situasi disana?"

"Udah kok. Gue juga udah kasih tau videonya. Lagian ada semua orang yang ikut sama kita, mereka bakal bantuin kita jagain Aga kan? Kapan lagi kamu kasih Aga kesempatan terjun ke masyarakat kalo bukan sekarang? Mumpung situasi dan kondisinya mendukung kan?"

"Iya juga sih, kamu hubungi mereka semua dulu, gue siapin kebutuhan Aga dulu."

"Oke."

Evan bergerak meninggalkan Shasa yang kini sudah sibuk dengan ponselnya. Evan berhenti sejenak, menatap wajah antusias Shasa dan senyum bahagia yang tercetak di wajah gadis itu. Tiba-tiba hatinya menghangat, dia salut pada kasih sayang dan perhatian yang Shasa berikan untuk Aga padahal dirinya sendiri tidak pernah terpikir untuk melakukan hal ini.

"Sha?"

"Ya?"

"Makasi banyak."

"Buat?"

"Idenya yang luarbiasa."

"Sama-sama Van."

🐰🐰🐰🐰🐰

Aga menatap keramaian di depannya dengan mata panik. Meskipun sudah menyangka akan berada di keramaian, sepertinya Aga tidak membayangkan akan seramai ini. Dia merapatkan dirinya ke dalam pelukan Evan, bersembunyi disana.

"Bang takut..." Lirih Aga makin memeluk erat lengan Evan.

"Sstt Aga gak usah takut, kan ada Abang di sini, Abang janji gak akan lepasin tangan Aga, Aga harus tenang, oke?"

"Abang janji jangan lepasin Aga."

"Iyaa, janji!"

Ternyata hanya Shasa, Mario, Evan dan Aga yang bisa berangkat. Marcel dan Bella ada acara sendiri. Mang Adi harus menjaga rumah, Mang Jajang pulang kampung sedangkan bu Sum sedang tidak enak badan. Mereka semua berjalan-jalan masuk ke dalam, dijumpainya kios pernak penik baju2 berasal dari China, Shasa mengajak Evan dan yang lainnya untuk melihat-lihat dulu sebelum atraksi barongsai dimulai. Shasa terdiam melihat Mario yang serius memilih-milih baju China untuk wanita,

"Duh pak dokter kok liat-liat baju wanita sih, jadi makin suamiable deh" Goda Shasa yang dihadiahi tatapan heran Mario.

"Sha, kenapa lo? Gak kesambet penunggu di sini kan?" Mario langsung berlalu, meninggalkan Shasa yang tengah menunduk malu, dan menghampiri Aga yang sedang merajuk minta dibelikan gulali.

"Nanti giginya bolong kalo makan manis-manis, kan tadi baru makan coklat. Beli baju aja ya?"

"Ya udah, mau yang itu!" Aga menunjuk baju kungfu berwarna merah dengan topi rambut kepang belakang, Aga mencoba nya dan entah bagaimana anak itu malah terlihat imut, bukan keren seperti anak-anak seumurannya yang tengah memakai pakaian senada.

"Lo ga beli Van?" Tanya Mario yang tengah melihat-lihat pakaian di depannya.

"Gak lah, emang gue bocah?"

"Lah, emang cuman bocah yang beli beginian? Noh, si Glenn yang artis aja pake. Kenapa? Bukan level lo? Takut ujan kalo lo pake?"

"Sialan lo!"

"Ga mau beliin satu buat Shasa?"

"Hah?"

"Lo gak pengen beliin satu buat shasa? Bukannya daritadi lo ngeliatin baju itu ya?" Kata Mario sambil menunjuk baju yang sedari tadi dia tunjuk.

"Ngapain, dia bisa beli sendiri." Evan segera mengandeng tangan Aga lagi, lalu membayar baju yang dipilih Aga, meninggalkan Mario yang tertawa di belakangnya dan Shasa yang memandang heran mereka berdua.

keluar dari toko,mereka berjalan ke tempat yang lain dan Shasa sengaja berhenti di pinggir jalan, yang di belakang tambang pembatas, Shasa langsung menarik Sga untuk berdiri di sebelah nya. Aga memang mulai bisa beradaptasi tidak setakut saat datang.

"Micin, kenapa kita berhenti sih?"

"Bentar lagi Ga,bentar lagi pertunjukan barongsainya."

"Ga Ga Ga, itu Ga, itu barongsai nya!" Tunjuk Shasa dari arah kiri, terlihat barongsai yang berjalan pelan sambil menggerakan kepalanya ke kiri dan ke kanan sambil menyapa para pengunjung, begitu sampai di tengah-tengah, barongsai memulai atraksinya,

Aga terlihat serius, terlebih saat barongsainya menghampiri Aga, dia tampak terkejut, bahkan reflex langsung memeluk Evan, tapi Evan dengan cepat mampu membuat Aga nyaman dan menikmati pertunjukkan kembali.

barongsai sudah kembali ke tengah-tengah jalan dan sedang menaiki semacam balok-balok kayu, berlompat-lompat, dan berdiri di atas balok yang cukup tinggi, sambil mata nya berkedip2,

"Bang lihat barongsai nya bisa berdiri!"

"Keren ya Ga?"

"Iya bang, om Ganteng liat itu, horeeeee!" Teriak Aga heboh,

Evan seketika terseyum bahagia, liat Aga yang senang hanya melihat barongsai dan bisa beradaptasi dengan keramaian. Evan masa bodoh dengan orang-orang yang ada di sekitarnya yang mungkin tengah mencibir Aga dengan sebutan 'idot, bodoh' dan sebut-sebutan lain, Evan hanya tersenyum membalas hinaaan untuk Aga.

"Bunny-Bunny liat tadi barongsainya keren bisa berdiri!" Aga semakin heboh saat berbicara dengan bunny. Bersamaan dengan barongsai berdiri, anggota yang lain membagi-bagi amplop merah kosong, tidak dipaksakan hanya yang mau memberi sedikit saja uang untuk barongsai, jadi hanya pengunjung yang akan meminta amplop itu pada anggota yg berjalan mengitari penonton. Shasa meminta 2 buah amplop, satu untuk Aga dan satu untuknya.

"Ga, ini amplop nya, minta uang sama abang suruh abang isi uang nya ke dalam amplop nya. Sebentar lagi, waktu nya barongsai makan amplop ini, nanti Aga kasih makan barongsainya" Jelas Shasa cukup kencang karena suara tabuhan musik yang cukup kencang.

"Bang!" Aga memanggil Evan sambil menggoyangkan lengan Evan,

"Apa Ga?"

"Minta uang buat makan barongsai" Untungnya Evan cepat mengerti saat melihat Shasa memasukan uang lembar seratus ribu yang di lipat kecil. Evan mengeluarkan 5 lembar seratus ribu dan melipatnya jadi kecil juga dan memasukkannya ke dalam amplop.

"Sekarang waktunya Ga,liat ya?" Shasa melambaikan amplop merah ke arah barongsai dan barongsai saat itu yang berada di sebrang langung berjalan menghampiri Shasa, mulut barongsai terbuka lebar, shasa memasukan tangan nya kedalam mulut barongsai, saat barongsai memakan amplop kepala barogsai langsung menunduk sambil berkedip2 matanya tanda mengucapkan terima kasih,shasa tidak melewatakan kesempatan untuk mengelus kepala barongsain. Aga melihat shasa antara takut dan penasaran, takut kalau tangan aga nanti nya di makan barongsai dan putus,penasaran ingin mengelus kepala barongsai juga.

"Jangan takut, barongsai nya ga akan makan tangan Aga."

Aga dengan tangan sedikit gemetar melambaikan ke barongsai, barongsai yang melihat aga, langsung berjalan sambil melompat-lompat dan begitu di depan aga, barongsai mengedipkan mata nya, saat mulut barongsi terbuka, Aga terkejut karena di lihatnya ada kepala orang yang menjulurkan tangannya. Aga memberikan amplop itu, orang itu tersenyum ke Aga, Aga langsung menarik tangan nya karena takut di makan.

setelah nya kepala barongsai menunduk dan berkedip kembali,aga ragu memegang kepala barongsai, dan akhirnya aga berani juga mengelus kepala barongsai, shasa tidak melawatkan momen2 dr aga melambaikan amplop sampe mengelus kepala barongsai

"Bang liat kan aga berani bang, tadi aga liat ada orang di dalam nya"

"Hebat adik Abang, siapa dulu dong Abangnya!"

"Abang Evan"

"Najis Van!"

"sirik aja lo!"

Continue Reading

You'll Also Like

5.1M 215K 52
On Going ❗ Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan yang tak s...
2.3M 148K 45
‼️ NEW VERSI ‼️ FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA!! "𝓚𝓪𝓶𝓾 𝓪𝓭𝓪𝓵𝓪𝓱 𝓽𝓲𝓽𝓲𝓴 𝓪𝓴𝓾 𝓫𝓮𝓻𝓱𝓮𝓷𝓽𝓲, 𝓭𝓲𝓶𝓪𝓷𝓪 𝓼𝓮𝓶𝓮𝓼𝓽𝓪𝓴𝓾 𝓫𝓮𝓻𝓹𝓸𝓻...
MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

304K 15.7K 46
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
761K 67.7K 44
Setelah kematian ibunya Rayanza yang tadinya remaja manja dan polos. Berubah menjadi sosok remaja mandiri yang mampu membiayayi setiap kebutuhan hidu...