𝑰𝒏𝒏𝒆𝒓𝒎𝒐𝒔𝒕

By pluviolaa

422K 53.6K 11.4K

(Sudah Diterbitkan) Note: karena restock fanbook habis, untuk pembelian versi pdf bisa DM di ig *pluveejey ... More

0; PROLOGUE
1; Curious
2; Pregnant?
3; Make It Deep
4; Bathtub 17+
5; Damn It!
6; Terror
7; Betrayed
8; Flavour
9; Awake
10; Riddle
11; Speechless
12; Bring The Pain
13; Innermost
14; Memory
15; Change
16; This Time
17; Because Of You
18; Unknown
19; Playing Around
20; Know
21; Suivre
22; Me and My Broken Heart
23; Choose
24; One Side
25 ; Bad Flowers
26; Crazy Morning
27. Blushing
28; Mistake
29; Unbeatable
30; Latte
31; The Same
32; Dark on all fours
34; EVANESCENT
35; Dumb & Doubt
36; Red Wife
37; Prison
38; Clandestine
39; 3 AM
40; Dangerous Room
41; Witness
42; Eucalyptus
43; Killed by hope
44; Anxious
45; Healing
46; Black & Blue
47; Code Name
48; Tragic Secret
49; Burn
50; Vilest
51; The Deepest Wound
52; Disease
53; Eternal regret
54; Agreement
55; Madly / Epilogue

33; Tear

6.8K 1.1K 206
By pluviolaa

Selamat datang di labirin jiwaku, pintu sudah kubuka dan ayo masuk! Sebentar lagi kalian akan menyaksikan aku.

Aku dan inginku yang terkunci
Aku dan hitamku yang melekat
Aku dan harapku yang ringkih
Aku dan segala kaki yang patah

Aku dan hidupku yang mati
Jua aku dan yang tak bisa kau raih
Di tepi jurang
Saksikan saja, jangan melambai.

-pluviola

[]

Hyoji merasa terlalu sering ingin menenggelamkan diri pada dasar lautan sampai kini rasanya pasrah. Hidup seolah mati. Teramat lelah tetapi Tuhan tak kunjung mengambil oksigennya. Padahal ia ingin berbaring di samping ibunya, ingin tidur bersama meski tak dalam dekapan serupa. Waktu ia ditemukan warga pingsan di depan rumah dengan kaki tangan terikat bahkan sampai kasusnya cuma jadi berita mistis tanpa penyelidikan lebih dalam, Hyoji tetap menunggu ibunya kembali.

Orang bilang Hyoji sakit jiwa, laporan dari warga setempat mengatakan bahwa gadis SMA itu mengamuk dan melempari jendela warga sekitar dengan kerikil sampai jendela rumah dan mobil mereka pecah. Pada sabtu pagi ia diseret keluar dari kamarnya dan dibawa ke kantor polisi untuk diinterogasi. "Kenapa kau membuat keributan? Kenapa kau membalas air susu dengan air ketuban?" Hyoji tertawa di sana. Apa? Oh, iya mereka bilang selalu memberi makanan untuk Hyoji agar gadis malang itu tak mati cuma menelan duka. Padahal dua bulan lamanya ia hanya mendekam di kamar, meraba tempat terakhir kali ibunya merebahkan diri di sana. "Aku tak mengganggu. Aku diam di kamar. Tanpa makan dan tanpa sapaan." Hyoji membela diri saat salah satu warga memintanya untuk dimasukkan ke rumah sakit jiwa.

"Aku tidak gila. Biarkan aku tetap di rumah. Aku menunggu ibu. Dia akan kembali. Aku mohon." Suaranya dibungkam. Ia dimasukkan ke salah satu kamar berisi tangis dan tawa jiwa-jiwa yang sakit dan terluka. Hyoji ikut menagis bersama mereka, semakin deras air matanya, semakin membeludak tawa dan amukan mereka. Lantas sebenarnya tempat terburuk bukanlah rumah sakit jiwa, tetapi rumah-rumah besar yang dihuni oleh orang yang diutus mensejahterakan rakyat-yang seolah tak lagi berfungsi memberi sepercik keadilan.

Terakhir kali jasad ibunya ditemukan, tepatnya dikembalikan, dengan bola mata yang rusak dan beberapa organ yang hilang termasuk jantungnya. Di atas tubuh yang telah membeku, ia menemukan catatan kecil berbunyi, "Ibu akan sangat bahagia kalau kamu mampu menjalani hidup dengan baik, dengan tegar dan terimalah dengan lapang, Ji-yaa Sayang. Kita tidak lagi satu rumah, tetapi Hyojiku pasti akan mendatangi rumah ibu yang baru, kan? Ibu akan beristirahat, jadi kalau mengunjungi jangan membawa duka, ya. Bawa senyuman dan ketegarannya saja. Ibu merindukan Hyoji selalu. Ibu mencintai Hyoji." Benar-benar tulisan ibunya.

Belum reda sakit dalam dada, ia diculik dari rumah sakit jiwa dan dibawa ke suatu tempat buat dijadikan hidangan di atas meja. Lagi-lagi dengan penutup mata dan kaki tangan yang diikat, tubuh telanjangnya disiram alkohol seolah menyerap ke dalam dirinya dan berubah jadi sembilu yang mengulitinya hidup-hidup. Selagi mengendus dan menjilati, tawa mereka bergaung keras di telinga. Ia dicengkeram kegelapan, ditusuk oleh jemari nakal dan dibaluti biru lebam di luar pun dalam.

Hyoji ingat saat langkah seseorang menggema dalam ruangan, detak sepatunya seolah ditopang kekuasaan. "Jangan menyentuhnya! Dia milikku. Tubuh gadis ini milikku. Mutlak akan menjadi cinta sejatiku." Suara angkuhnya merayap dalam rungu dan membuat jantungnya berdebar takut. Maka ketika itu juga, tubuhnya disekap. Dinikmati ketika malam, diberi makan saat fajar datang dan disiksa saat siang. Tanpa dibiarkan ia melihat dunia yang hina.

Sialnya, Hyoji baru menyadari setelah sekian lama, suara itu tak asing dengan seseorang yang menjadikannya hidangan tadi malam. Seolah sedang disayang lantas mendadak dilempar dalam kubangan masa lalu. Membuat ketakutannya merayap cepat dan tubuhnya refleks terdiam bak patung seperti belasan tahun yang lalu. Atas luka dan derita yang seolah jadi kawan hidupnya, juga kepasrahan diri pada hidup yang sebenarnya telah mati, Hyoji membiarkan luka yang menganga ditaburi garam.

Jadi apa yang bisa dibanggakan? Ia hanya benalu dan sembilu bagi orang-orang di sekitar. Tak ada yang bisa ia beri selain getirnya hidup yang ia jalani. Jika ia bertahan, semuanya akan tersakiti dan perlahan cinta itu binasa, bukan? Ia tak pernah sesakit ini sejak terakhir kali, tak pernah merasa tak berdaya dan sepasrah ini. Ia tak layak untuk lelaki seperti Jeon Jungkook.

Dengan perih hati dan pukulan yang tiada henti, Ia benar-benar ingin pergi. Semua ketakutannya yang terkunci seolah kembali telah menunggu di depan pintu yang terbuka, ajal seperti tengah malambai, luka yang terkubur merangkak naik dan menguap menjadi duka siang ini.

Ia menaiki kursi, mengikat tali pada usuk kamar. Barangkali ia belum terlambat, sebelum semuanya hanya menjadi harapan hampa. Debar jantungnya memburu saat tangannya bergetar memegang tali dan bayangan Jungkook yang merengkuhnya berkelebat cepat. Semua hal yang dilakukan lelaki itu kembali terekam dalam kepala. Marahnya, cemburunya, sayangnya dan perhatiannya selama ini.

Terima kasih atas segalanya, setidaknya sebelum perasaan lelaki itu lebih dalam dan sebelum cinta terucap, ini adalah waktu yang tepat untuk mengatakan selamat tinggal pada lelaki yang pernah mengaku aku sayang padamu, Hyo.

Memasukkan kepala dalam lingkar tali, ditemani air mata yang mendadak berderai tatkala rasa sakit dalam jiwa mencabik dan merayap cepat ke seluruh tubuh. Mengapa rasanya aku yang akan kehilangan kamu, Jung? Mengapa rasanya jadi seperih ini? Lantas tepat pada sekon berikutnya, Hyoji menyingkirkan kursi dan menggatung dirinya dengan lautan air mata yang berlinang.

***

Rasanya begitu mengejutkan ketika dadanya dihantam secara mendadak dan berkali-kali pula. Jungkook jadi tak tenang dan melajukan mobilnya dengan cepat secara tiba-tiba. Sampai tak sadar kalau lampu hijau telah berganti merah dan lelaki itu menerobosnya. Menyalip dengan lihai lantas matanya langsung dihadiahi oleh wanita hamil yang tertabrak sebuah mobil yang menerobos lampu lalu lintas. Rasanya seperti peringatan untuknya agar tak menerobos sembarangan.

Kemacetan pun terjadi dan manusia buru-buru mendekat, tetapi tak ada yang mencoba mengangkat tubuh wanita itu. Jungkook terpaksa turun dan membelah keramaian. Ikut mendekat dan menyentuh nadinya yang berdenyut lemah. Ia lantas menggotong tubuh wanita tersebut dan memasukkannya ke dalam salah satu mobil terdekat di sana. "Cepat bawa dia, semoga saja masih bisa diselamatkan," ujarnya cepat.

Jungkook terdiam, tersentak tanpa alasan jelas. Membuatnya jadi berdelusi wajah wanita itu seperti Hyoji. Sampai seorang bapak tua menepuk punggung Jungkook dengan keras. "Hei, Nak. Cepatlah kembali ke rumah," katanya.

Ia berlari masuk ke dalam mobil, terbayang pesan Yoongi beberapa menit setelah keluar dari gedung Amysoft. Aku lupa memberitahumu hal penting, jangan tinggalkan Hyoji sendiri bila suatu saat ia mengunjungi makam ibunya. Cuma sebuah pesan tetapi membuat suhu tubuhnya naik drastis. Kenapa perasaanku tidak enak, ya?

Jantungnya berdebar menggiring kecemasan yang semakin menjadi tatkala sandi pintu rumahnya salah. Kenapa Hyoji mengubahnya? Ia lantas memutuskan untuk masuk melalui jendela ruang tamu dan segera berlari menaiki anak tangga.

Maka tepat ketika ia sampai di depan pintu kamar, kakinya melemas bersama seluruh tubuhnya yang seolah hendak melebur. Jungkook bisa merasakan hatinya nyeri bukan main melihat wanitanya ingin menggantung dirinya di usuk kamar. Tepat saat kursi kayu tergelatak dan tak lagi menjadi pijakan istrinya, Jungkook bersyukur belum terlambat menopang tubuh sang istri.

"Aku mohon lepaskan talinya dari lehermu, Hyo." Jungkook memohon seraya memeluk kaki Hyoji dan menahannya. "Hyoji, aku mohon..." Vokalnya mendadak serak, ketakutannya ikut merangkak cepat. Ia tak ingin kehilangan lagi, ia tak ingin Hyoji pergi dengan cara begini.

Hatinya sakit. Sangat sakit. Getir mencekik kerongkongannya saat dengar suara Hyoji di sela tangisnya sendiri. "Aku lelah, ingin menyudahi saja."

Menahan napas, merasakan dadanya terhimpit. Jungkook mengangkat Hyoji agar wanitanya bisa mengendurkan tali yang terikat pada lehernya. "Iya, aku tahu kamu lelah. Sekarang lelahmu boleh kamu berikan untukku, semunya tak masalah. Aku akan menerimanya demi kamu. Hei, dengarkan aku. Calon mama yang baik, di bawahmu ada suami dan calon bayi, kamu tidak kasihan pada kami? Hiduplah untuk kami." Suaranya bergetar saat memohon sekali lagi. "Lepaskan ya, Sayang?"

Setelah memakan waktu beberapa sekon, Hyoji luluh dan melepas tali di lehernya. Jungkook membopong dan membantu Hyoji duduk di tepi ranjang, sementara dirinya bersimpuh di hadapan Hyoji dan menggenggam erat kedua tangan istrinya. Mereka bisa meresakan tangannya yang sama-sama bergetar takut akan kehilangan.

Pandangan Hyoji kosong, tetapi air matanya terus keluar. Dengan deru napas yang saling sahut menyahut dan keringat dingin membanjiri keduanya. Jungkook menyembunyikan wajahnya di pangkuan sang istri dengan tubuh yang ikut terguncang. Tak lama setelah itu, Hyoji merasakan hangat air mata Jungkook menyentuh pahanya bersama dengan genggamannya yang semakin erat, membuat dirinya ikut tersengat dan tangisnya pecah.

Jungkook juga menangis. Lelakinya yang paling kuat segala-galanya menitikkan air mata untuk pertama kali di hadapannya. Seolah memecah keraguan, menggambarkan peraasaan terdalam yang melonjak ke permukaan. Jungkook memerosot, melepas genggamannya dan bersujud agak lama. Ia tengah bersyukur dan berdoa, berkeluh kesah sekaligus merontokkan rasa takutnya.

Lantas ia bangkit, duduk di samping Hyoji guna menatap wanitanya teduh. Hidung dan matanya memerah, tetapi ia mencoba tersenyum untuk menenangkan diri sendiri juga istrinya. Menarik bahu Hyoji lalu disandarkan pada dadanya. Jungkook mengelus surai Hyoji dan terus menatapnya, seolah tengah menunjukkan perasaan yang tumpah ruah.

"Aku pernah bilang kalau ketakutan terbesarku adalah kehilangan kamu. Dan hari ini kamu benar-benar membuatku takut." Ia tak bisa menerjemahkan perasaannya saat ini. Sedikit lega dan masih banyak ketakutan lainnya.

"Jangan begini lagi, Hyo. Jangan membuatku takut." Jungkook belum mampu banyak berbicara karena kejadian ini benar-benar membuatnya terhantam sampai rasanya ingin pingsan. Ia tak mampu membayangkan bagaimana perih dan putus asanya Hyoji. Rasa nyeri belum sepenuhnya hilang. Ia membalikkan tubuh Hyoji dan memeluknya erat tatkala sengatan panas kembali menjalar di seluruh tubuh dan berpusat pada netranya. "Aku serius mencintaimu."

Continue Reading

You'll Also Like

5.4K 1.1K 36
Bagaimana jika satu persatu orang di masa lalu hadir kembali dalam hidup kita? Itulah yang terjadi pada selebriti besar ini. Periode waktu kehi...
4.4K 394 17
[𝐌―𝐤𝐭𝐡] Kecelakaan tidak merenggut nyawanya melainkan identitas. Kim Jina bukan seorang baik hati hingga tidak turut menuai keuntungan atas kesal...
23.9K 3.8K 45
Hujan bukanlah bencana, melainkan secuplik kisah pahit yang sekian lama tidak dilihat ataupun didengarkan. ◉ Revisi setelah selesai. ✓ ◉ Dilarang pl...
41.2K 5.3K 30
Boneka bernadi ini adalah cintamu.