Andai hati ini bisa berkata
Aku mencintaimu
Agar kau bisa tahu
Bahwa ini bukanlah kebohongan
Tapi ini ketulusan yang terpusat dari hati
__Alberic
Aice, Manda dan Yuka kini tengah berada di kelas, Lena ia pergi ke toilet sejak tiga menit yang lalu. Aice seperti biasa selalu bergosip ria dengan Yuka sedangkan Manda? Ia malah membaca koleksi novelnya yang kemarin dibeli.
"lo tahu gak sih maksud si Jo itu apa?" tanya Aice kelewat kepo.
"Gak tahu, tapi kata gua mah itu tentang masa lalu si Eric."
"Udah-udah jangan pada ngegosip, tapi btw katanya Bang Barca mau kesini," timbrung Manda.
"Iya emang mau kesini, katanya sih kasus yang kemarin si Lena di bully sama si Lexa. Enak banget ya punya abang kayak si Lena." Aice mulai menghayal kedalam imajinasinya.
Yuka menepuk kepala Aice, sehingga membuatnya meringis. "Jangan ngekhayal deh. Emang enak sih jadi adiknya Bang Barca kayak si Lena, tapi abangnya itu sangan over protective apalagi sekarang pacarnya si Eric posesif nya minta ampun. Si Lena lagi temu kangen aja di kira yang enggak-enggak." cerocos Yuka panjang kali lebar.
Aice dan Manda membenarkan ujaran dari Yuka. Memang benar jika Barca adalah orang yang over protective kepada Lena begitupun dengan Eric yang posesif.
"Terus sekarang Lena kemana?" tanya Yuka.
"Pan tadi teh ke toilet," jawab Aice dengan logat sunda.
"Itu si Lena dianterin siapa?" Manda menunjuk Lena seorang lelaki yang saling berbagi senyum.
"MAMPUS!" Aice dengan kecepatannya menghampiri Lena dan menjauhkannya dari lelaki entah siapa dia.
"Ih Aice apa-apaan?" Lena bingung dengan sikap tiba-tibanya Aice. Begitupun dengan seorang lelaki yang kini ada dihadapan Aice.
"Lo!" Aice menunjuknya tepat di depan wajahnya. "Jangan dekat-dekat sahabat gue, karena dia udah punya pacar."
Lelaki itu tertawa terbahak-bahak mendengar penuturan Aice. Lena dan ketiga sahabatnya memandangnya bingung.
"Gue bukan penikung kali. Gue ini sahabat Lena di Sma-nya dulu." Aice hanya ber-oh ria.
"Oh sahabat Lena toh." Lena maju ke tengah diantara Aice dan Alta. Ya lelaki itu adalah Nialta.
"Aice udah tahu kan dia siapa?" tanya Lena. Aice sontak mengangguk. "Nah Nial ini namanya Aice, teman baru Lena yang udah Lena anggap sahabat." Aice dan Alta saling menjabat tangan.
"Terus Nial siapa?" tanya Aice tak ada habis-habisnya.
"Nial itu nama spesial dari Lena." PD-nya dengan mengangkat wajahnya angkuh.
"Elah cuma orang kek lo dikasih nama spesial? Mungkin dulu Lena khilaf jadi kasih nama lo Nial. Sesuai sih sama tinggi badan lo yang kayak sungai Nial." Aice tersenyum sinis ke arah Alta.
"Itu sungai Nil, bege," Alta menjitak kepala Aice membuatnya meringis.
"Udah-udah, Nial ini Manda dan ini Yuka," mereka menjabat tangan Alta, dengan senyum yang di paksakan.
"Oh yaudah Lena gue ke kelas dulu. Bye jangan kangen," Alta memberi kiss bye kepada Lena yang dibalas dengan kekehan kecil dari Lena. Sedangkan temannya mendelik kesal kearah lelaki yang kini telah menghilang.
Aice menarik tangan Lena dan mendudukannya di tempat duduk milik Lena sendiri. Yuka duduk di sampingnya menghadap Lena, sedangkan Aice dan Yuka yang ada didepannya harus membalikan badan kebelakang.
"Lo serius dia teman lo di Sma lo dulu?" tanya Yuka.
"Teman siapa?" tanya Lena kebingungan.
"Si Alta itu," timbrung Manda.
"Mantan pasti." celetuk Yuka.
"Bentar-bentar Lena gak ngerti maksud kalian itu apa ya Lena gak ngerti?" Lena mengernyitkan dahinya.
"Lo benar-benar gak peka ya? Eric marah sama lo gara-gara lo dekat sama cowok lain Len." Kesal Yuka.
Yuka kesal kepada Lena karena dia sama saja memainkan persaan Eric, sedangkan Eric? Dia mencintainya dengan tulus.
"Kenapa kalian yang ribet? Ini kan hidup Lena dan hak Lena mau dekat sama siapa saja," pernyataan Lena membuat ketiga sahabatnya menggeram kesal.
Ketiga sahabat Lena tidak mau Eric kembali terluka karena Lena sendiri, ia mau Eric bisa merasakan cinta yang tulus.
"Nih gini ya, Lena itu sama Nial_eh maksudnya Alta temenan dari pas MOS sekolah kemarin. Semua orang pada ejek Lena, cuma dia yang selalu dukung Lena. Jadi Lena cuma anggap sahabat gak lebih." Jelas Lena panjang lebar.
"Oke berarti lo janji jangan mainin perasaan Eric ya?"
"Iya Lena janji," angguk Lena mantap.
×××××
"Elah bos Lena sama si Alta itu cuma temenan, ingat! Cuma teman," Mike berucap dengan mengangkat satu jarinya tanda mengingatkan. Wajahnya terlihat konyol bagi sahabat-sahabatnya.
"Gue takut," ungkap Eric.
"Iya gue tahu lo pasti takut patah hati lagi. Tapi please Ric lo jangan gegabah dulu." Kini Farel ikut menasehati.
Alis Eric terangankat satu. Begitupun dengan sahabat-sahabatnya.
"Maksud gue, jangan bikin kelakuan lo itu buat Lena ilfeel sama lo." Semua sahabat Eric mengangguk setuju dengan penuturan Farel.
"Benar kata Farel Ric." Arie menepuk pelan bahu Eric dua kali.
"Hai!" seseorang mendatangi meja Eric yang ada dipojok kelas dengan senyum miringnya.
"Mau apa lo?" tanya Eric dingin.
"Gue mau kasih tahu lo. Lo itu seharusnya jauhin Lena, karena lo gak pantes buat dia!" desisnya membuat rahang Eric mengeras.
"Lo pikir lo siapa man ngatur-ngatus sahabat gue. Lo buka tuhan ini," jawab Deval dengan sinis.
"Lo itu jangan iku cam__"
"Alta, Eric, Joseph, Mike, Arie, Farel, Deval, Frans! Jangan ngerumpi udah kayak cewek aja kalian. Kembali ketempat masing-masing!" Suara Bu Tiwi menggelegar ke seluruh kelas XI-IPS1.
"Elah bu jangan sirik sama kita-kita. Kita ngerumpiin cewek-cewek cantik di kelas kita lho bu." Sontak ucapan Arie mengundang pekikan alay dari para siswi yang menatapnya kagum.
"Udah! Udah! Sekarang kembali ke tempat masing-masing!" titah Bu Tiwi dengan suara yang naik satu oktaf.
Ke enam sahabat Eric kembali ke tempatnya masing-masing. Mike dan Arie, dia sangat ingin mengerjai guru yang ada di depannya.
"Bu! Kapan freeclass pelajaran ibu?" tanya Mike to the point membuat sekelas menatapnya bingung dan ngeri.
"Nanti hari minggu," Bu Tiwi menurunkan amarahnya. Karena ia tahu bahwa Mike masih anak muridnya.
"Tapi kita pengennya sekarang bu," kini Arie memandang bu Tiwi dengan mata puppy eyesnya.
"Jika kalian ingin freeclass sekarang mending kalian keluar kelas, jangan ganggu yang lain belajar. Jika kalian ingin belajar, belajar yang benar jangan main-main." Bu Tiwi naik pitam membuat semua muris ketakutan terkecuali geng Eric.
Eric bangun dari duduknya diikuti ketiga temannya. Ia berjalan beriringan dengan Eric di paling depan, melewati Bu Tiwi begitu saja. Mereka berjalan dengan gaya so cool nya padahal aslinya absurd semua.
Bu Tiwi menghela nafas kasar, dan melanjutkan kembali materinya. Sebelum melanjutkan Bu Tiwi menegaskan sesuatu kepada miridnya. "Kalian jangan kaya Eric and the geng tadi ya? Jangan di contoh gak baik." lalu Bu Tiwi melanjutkan kembali materinya.
A/N : Nulisnya lagi gak mood, butuh moodboster. Moodboster'nya cukup raga dan hatinya pujaanku Jeon Jungkook Eaakk.