Love You, Latte! (COMPLETED)

nisayu1601 tarafından

397K 31.5K 2.4K

Dan Latte buatanmu mampu mengalihkan duniaku yang kelam ~Naura Chyntia Armilda Bhaskara *** Sekuelnya Hold My... Daha Fazla

Prolog
1 - Running away
2 - Special Latte
3 - Allies
4 - That Smile
5 - Savior
6 - This Cool Barista
7 - Friend of mine
8 - Old Friends
9 - Lovely Smile
10 - Being Treated
11 - Crazy Decision
12 - Date?
13 - Face it!
14 - And it still hurt
15 - Healing Self
16 - Who is she to you?
17 - Coincidence?
18.1 - (Another) Date?
18.2 - (Another) Date!
19 - He is....
20 - What's happen?
21 - She's Back!
22 - Give us a break
23 - And here comes the truth
24 - Hurtfull Truth
25 - Another Truth for you
26 - Time to Stop
27 - Say Goodbye
28 - Separation
29 - Losing You is hurt
30 - (I am) Happy
31 - A (Happy) Farewell
32 - Time to face it
33 - Reconciliation
34 - F.R.I.E.N.D
35 - Baper's Time
36 - Coming Across
- 37 -
38 - His Presence
39 - Happy with you
41 - Al's Wedding
42 - Home
43 - Bintang Vs Professor
44 - A Happy Couple
Epilog

40 - Unexpected

8.7K 696 75
nisayu1601 tarafından

I knew i love you before i met you
I think i dreamed you into life
I knew i love you before i met you
I hace been waiting all my life

🎵 Savage Garden - I knew i love you

* * *

"Udah kalian kalau mau keluar, sana keluar aja. Mama mau di kamar aja. Nggak enak jadi obat nyamuk," ucap Tante Yuni ketika kami berada di kamarnya.

"Yaaah, masak tante jauh-jauh ke Bali cuma di kamar aja, Tan. Mending ikut kita jalan-jalan sekitaran sini," jawabku mencoba meyakinkan Tante Yuni untuk ikut dengan kami. Sepertinya akan lebih menyenangkan jika kami pergi bertiga. Setidaknya aku tidak perlu terus-terus diseranb penyakit jantung akibat gombalan Bintang.

"Nggak ah, Nduk. Tante rencana cuma mau lihat pantai di hotel aja. Nggak kuat panasnya." Aaah menyenangkan sekali mendengar bagaimana Tante Yuni memanggilku "nduk". Menurut Tante Yuni, agar lebih akrab.

"Yaaaah, padahal Naura masih pengen ngobrol sama tante."

Bintang menepuk pundakku. "Udah Nau. Mama tuh emang suka males kena panas." Rasanya ingin menjewer telinganya. Sepertinya dia suka sekali karena Tante Yuni tidak mau ikut jalan-jalan.

"Oh ya! Nanti malem Naura nginep sini aja. Kan suites ini ada 3 kamar, biar nanti malem bisa ngobrol lama kita." Netraku reflek berbinar mendengar tawaran Tante Yuni.

"Boleh banget. Kalau nggak ngerepotin sih, Tan. Tapi Tante Yuni bukan balik hari ini ya?"

"Nggak Nau, kita balik besok malem. Aku ambil cuti besok. Kebetulan besok juga nggak ada jadwal praktek ataupun operasi. Ya kali, ke sini cuma semalem doang. Padahal belom tau bakal bisa ke sini lagi kapan." Kali ini Bintang yang menjawab pertanyaanku.

"Kalo gitu nanti Naura ke condo dulu ambil perlengkapan. Karena besok Naura kerja," jawabku kepada Tante Yuni. Aku melirik sekilas ke arah Bintang dan ternyata ia sedang mengerucutkan bibirnya. Sungguh laki-laki ini bisa bertransformasi .

"Kamu nggak bisa ambil cuti juga, Nau? Jarang-jarang lho aku bisa ke sini. Nggak kangen sama aku?" Aku berdecak salah tingkah karena kini Tante Yuni menatap geli ke arah kami. Bisakah Bintang berhenti membuat jantungku bekerja lebih keras.

"Bi... aku bisa dicincang sama Bang Arsa. Lagian besok kerjaanku nggak banyak kok. Aku usahain deh buat ijin setengah hari aja," ucapku pada akhirnya. Sungguh aku merasakan hangat pada wajahku, malu juka harus berdebat di depan Tante Yuni.

"Udah dong, Bi. Kamu kok maksa gitu. Biar aja kalau Naura emang nggak mau cuti. Kamu nih tumben banget manja gitu. Nggak pantes dilihatnya!" potong Tante Yuni yang membuat Bintang cemberut, berbanding terbalik denganku yang tersenyum puas penuh kemenangan. "Udah sana, kalian buruan berangkat. Keburu siang. Met jalan-jalan ya sayang."

* * *

Awalnya kami berencana untuk pergi ke beberapa pantai yang ada di Bali. Namun karena liburan beberapa hari lalu kami sudah menghabiskan waktu di pantai, maka aku pun menyarankan Bintang untuk pergi ke Ubud saja. Menikmati hamparan hijau dan sejuknya udara disana bukan ide yang buruk.

Kami pergi ke pasar seni Ubud untuk membelikan Tante Yuni dan Dyandra oleh-oleh. Butuh waktu sekitar satu setengah jam untuk kami sampai di wilayah Ubud. Tak perlu banyak menunggu, aku segera masuk ke dalam pasar untuk membeli oleh-oleh.

Aku memberi pernak-pernik seperti tempelan dinding, gantungan kunci, juga membeli beberapa baju pantai dan tas unik untukku sendiri juga Tante Yuni dan Dyandra. Tak lupa aku juga membelikan oleh-oleh untuk Om Danang —Papa Bintang— dan Rava. Aku memang belum mengenal sosok Om Danang secara langsung, tetapi aku memperkirakan selera Om Danang tidak akan jauh berbeda dengan Bintang. Aku juga menemukan pernik-pernik lucu untuk Kayla.

Senyum tak dapat kutahan untuk terkembang mengingat banyaknya orang-orang yang berada di sekitarku. Rasa syukur membuncah dalam diriku menyadari hal-hal baik yang diberikan Allah kepadaku.

"Beli buat Papa dan Mama kamu juga dong, Nau."Aku reflek menatapnya tajam. Bintang sukses merusak momen haruku.

"Nggak perlu. Mereka nggak bakal suka hal-hal seperti ini. Bagi mereka ini MU-RA-HAN!" ketusku kepada Bintang. Ish! Tidak bisakah Bintang  tidak merusak momen haruku tadi? Kenapa juga harus menyebut kedua orang tuaku! Aku yang mereasa kesal pun segera berjalan cepat meninggalkan Bintang.

Bintang meraih satu tangan dan mencekalku. "Hei, Nau, look at me!" Bintang memegang kedua lenganku dan menghadapkan tubuhku ke arahnya. Menatapku lekat dan sedikit demi sedikit menghilangkan rasa kesalku.

"Mereka tetaplah orang tua kamu, Nau. Atau, anggap aja kamu milihin buat aku. Aku pengen kasih Prof. Syahril oleh-oleh." Aku masih menatapnya datar. Meski rasa kesal perlahan menguap, tetapi bagiku, ide tersebut tetap big no!

"Ayolah, Nau. Setidaknya bantu aku mengambil hati mereka, agar mereka bisa merestuiku." Ya Tuhan! Bahkan saat seperti ini masih saja melantur! Kenapa juga mesti bahas restu segala. Kayak iya aku bakal mau nikah sama dia.

Aku berdecak sambil memicingkan mata ke arahnya. "Siapa juga yang bakal nikah sama kamu, Bi?"

Raut wajah yang tadinya penuh semangat kini berubah masam. Ingin rasanya menyemburkan tawa saat ini juga. Namun, wajah masam itu tak berlangsung lama.

"Aduh, sakit hati Abang, Dek." Wajahnya telah berubah jenaka dengan penuh kepura-puraan seolah ucapanku menyakiti hatinya. Kenapa Bintang jadi begini sih?

"Geli ih, Bi!" Tawa Bintang meledak melihat raut jijik di wajahku.

"Kamu sih ... ketus amat jawabnya."

"Ya abis kamu bercanda mulu."

"Aku serius mau ambil hati kedua orang tua kamu, Nau. Membuat mereka mau merestuiku." Nada suaranya kini telah berubah menjadi serius dan tulus. Membuat hatiku menghangat. Sudah berapa kali laki-laki di hadapanku ini menyerang hati dan jantungku hari ini? Ya Allah, beri kekuatan kepada jantungku.

"Sulit untuk masuk ke dalam hati Papa, Bi. Bahkan aku yang berusaha selama 31 tahun hidupku pun tidak pernah berhasil menyentuh hatinya." Netraku berkabut,m. Mengingat tentang bagaimana kelamnya kehidupan keluargaku selama ini menimbulkan sesak yang teramat dalam.

"Then, lets try together, Nau. Dua otak akan lebih baik ketimbang hanya seorang diri, bukan? Apa kamu nggak mau berdamai dengan kedua orang tuamu? Dan yang terpenting, apa kamu nggak ingin akhir bahagia bersamaku? Just like what i always wanted to?" Bintang mengucapkannya sambil menatap lekat ke arahku. Membuat jantungku makin bertalu. Aku menarik napas dan menghembuskannya selama beberapa kali.

"Baiklah. Tapi serius deh, mereka nggak akan suka oleh-oleh seperti ini."

"Kita nggak akan pernah tahu kalau belum mencoba kan, Nau? Lagipula, kalau memang mereka nggak suka, kita bisa membelikan yang lain nanti. Aku yakin apapun bentuknya jika itu adalah pilihan putri cantik mereka, mereka pasti akan menerimanya dengan suka cita."

Entahlah, tapi mungkin yang diucapkan Bintang benar, meski aku sendiri tidak yakin.

"Baiklah, ayo kita pilihkan sesuatu untuk Papa dan Mama. Tapi nggak di sini. Dan jangan nyesel ya nanti kalau lihat harganya. "

"Nggak akan. Apapun deh demi calon mertua," jawab Bintang setengah bercanda tapi sukses membuat jantungku kebat kebit. Jantung, please be strong!

Setelahnya kami melanjutkan perjalanan menuju desa budaya di Ubud yaitu Nyuh Kuning Village. Meski sudah hampir setahun tinggal di bali, tapi aku belum pernah ke desa ini sehingga rasanya begitu bersemangat.

Puas berkeliling, kami pun mengabadikan keindahan desa ini. Tidak lupa kami juga berfoto berdua dan meminta bantuan wisatawan lain untuk memotret kami. Setelahnya kami memilih untuk melanjutnya perjalanan ke Bukit Campuhan.

Selama perjalanan aku melihat ponsel dan membuka aplikasi Instagram. Tadinya aku ingin mengupload beberapa foto, tetapi niat tersebut terhenti ketika melihat notif di akunku.

dr_Bi
Nyuh Kuning Village

Liked by dyandrakinan, gara_gara and 195 others
dr_bi Hi, sunshine! there's no other beautiful scenery beside YOU @naura.arm ❤❤

9 comment
gara_gara : #sokromantis #sokpuitis jangan percaya Ra @naura.arm
dyandrakinan : pacaran mulu! Mama ditinggal di hotel 😑😑
dion82 : cantiiikkk 😍😍😍 boleh kenalan sama neng cantik?
san_sandra : cie.. cie... ❤️❤️

Ya Tuhan, belum cukup aksinya di dunia nyata, Bintang pun melancarkan aksi di dunia maya. Bagaimana hatiku tidak membuncah bahagia melihat perlakuan manisnya ini.

Butuh waktu sekitar 15 menit untuk sampai di wilayah Bukit Campuhan, dan butuh waktu sekitar 15-20 menit lagi untuk mendaki puncaknya. Jalan setapak di sana cukup rapi dan begitu mencapai puncak yang tak terlalu terjal tersebut, akhirnya pemandangan indah Bukit Campuhan terlihat. Senyum tak bisa kutahan lagi, sungguh indah pemandangan di hadapanku.

"Seger banget liatnya!" teriakku reflek sambil merentangkan tangan dan menghirup udara dalam-dalam. Masya Allah, nikmat Tuhan mana lagi yang bisa kau dustakan.

"Suka banget yah?" Aku mengangguk.

"Liat pantai kamu suka, liat bukit kamu suka. Sepertinya nggak sulit bikin kamu tersenyum ya." gerutu Bintang persis di belakangku.

"Keduanya memang bukan kombinasi yang tepat, tapi aku menyukai keduanya."

"Jalan lagi yuk," ajak Bintang sambil menggandeng satu tanganku. Alih-alih menolak, aku justru menikmati genggaman tangannya yang begitu hangat. Sudah lama aku tidak merasakan genggaman ini.

Kami berjalan belum jauh ketika kemudian Bintang menarik tanganki agar sedikit bergeser ke tepi jalan kemudian berlutut di hadapanku.

Wait! Apa-apan ini?! Netraku membelalak tajam dan jantungku mulai kembali bertalu. Akupun reflek memegang lengan Bintang dan memintanya untuk berdiri. Bukan apa, tetapi posisi Bintang saat ini memancing beberapa wisatawan untuk berhenti dan melihat aksi Bintang. Wajahku memanas, aku yakin kini wajahku sudah semerah tomat. Aku malu!!

Bintang terlihat mengambil sebuah kotak kecil di saku celananya. Membuka kotak tersebut yang berisi sebuah cincin dengan satu mata berlian di tengahnya. Terlihat simple tapi aku menyukainya.

"Aku udah nggak bisa nunggu lebih lama lagi, Nau. Dan aku nggak akan minta kamu buat jadi pacarku, itu basi." Bintang menatapku lekat sambil mengenggam tanganku. Jantungku semakin bertalu. "From the very first start i knew you, it was weird that i always concerned about you. But now i know, I think my heart knew it, i belong to you and so you are. So, today, i'll take the chance to say this, that i really love you and i want to spend my whole life with you. Would you be my partner, my friend and my world? Would you be my wife? Would you marry me?" lanjutnya.

Jantung? Apa kabarmu? Masih baikkah? Karena kini aku sesak napas. Ucapan Bintang merasuk ke relung hatiku. Memberikan rasa hangat juga rasa membuncah yang sekaligus membuat hatiku sesak. Sesak karena bahagia, sesak karena kaget. Campur aduk. Ah ya! Belum lagi rasa malu karena kini kami benar-benar menjadi tontonan wisatawan lain!

"Aku tau kita masih belum dapat restu dari kedua orang tua kamu. Aku tau mungkin tidak akan mudah jalan yang akan kita tempuh. Tapi aku ingin kamu tau kesungguhanku, Nau." Ucapan dan tatapan mata teduh Bintang membuatku seolah tersihir sehingga tanpa kusadari aku sudah menganggukkan kepala antusias.

"Yes!!" teriak Bintang sambil mengepalkan tangan ke atas. Dan sedetik kemudian aku tersadar bahwa aku telah menyetujui proposalnya. Ya Allah! Ingin rasanya meralatnya, tetapi melihat wajah binar itu rasanya aku tak ingin menghilangkannya. Apakah ini keputusan benar? Bismillahirohmanirrohim. Semoga ini yang terbaik. Aku pun tertular oleh senyum penuh binar di wajah Bintang. Senyumku pun ikut mengembang.

Segera Bintang memasangkan cincin di jari manisku, berdiri dan memelukku erat. Tepuk tangan dari beberapa wisatawan yang tadinya menonton pun terdengar. Beberapa  dari mereka memberi ucapan selamat. Sungguh ini lamaran yang sangat romantis.

"Makasih ya, Nau," bisik Bintang yang kemudian melepaskan pelukannya.

Binar mata itu sungguh menghipnotisku. Membuatku ingin selalu melihat binar itu. "Entah ini keputusan yang tepat atau nggak. Meski ini terkesan buru-buru, tapi aku coba percaya kamu. Makasih ya, Bi. Kalau bukan kamu yang memaksa masuk ke hidupku, mungkin sekarang aku hanya seorang yang depresi karena cinta."

"Insya Allah, Nau. Ini adalah keputusan yang terbaik. Aaaahh, rasanya ingin cepat-cepat halalin kamu, Nau." Bintang mengucapkan kalimat terakhirnya dengan nada drustasi yang justru membuatku geli. Ada-ada saja.

"Andai kita bisa nikah tanpa restu Papa, Bi." Aku tersenyum miris, begitupun Bintang. Masih ada satu rintangan yang harus kami taklukan. Untuk saat ini, kami memilih terdiam tanpa memikirkannya.

Selanjutnya kami menikmati suasana dan pemandangan bukit. Matahari hampir terbenam dan kami memutuskan untuk tinggal sambil menonton sunset di bukit ini.

* * *

"Kita langsung balik ya, Bi. Ke condo dulu trus langsung balik hotel. Kasian Tante Yuni kita tinggal sendirian. Seharian lagi."

"Siap, my fiance!" ucap Bintang dengan nada renyah. Sungguh rasanya memalukan melihat sikap Bintang yang berlebihan ini.

Sekitar dua jam kemudian kami sampai di kamar hotel Bintang dan Tante Yuni. Ketika kami membuka pintu, di ruangan tersebut ternyata sudah ramai. Ada Dyandra, Rava, Kayla dan si kembar bersama babysitter-nya. Tak lupa Tante Yuni dan seorang pria paruh baya yang belum pernah ku temui sebelumnya. Aku menduga ini adalah Om Danang.

"Loh kok udah rame aja. Nggak bilang-bilang mau ke sini," ucap Bintang sambil berjalan mendekat ke arah ruang tengah. Bintang menyalami Papa dan Mamanya. Kemudian Rava dan Dyandra. Aku pun melakukan hal yang sama.

"Kita semua pengen tau dong perkembangan kisah cinta kalian, Mas. Takut aja tiba-tiba Mas Bi linglung lagi," jawab Dyandra dengan kerlingan menggoda ke arah sang Kakak.

"Oh ya Pa. Kenalin ini Naura, calon istri Bintang." ucap Bintang yang sontak kuhadiahi cubitan kecil di perut. Aku malu, Bi! Rasanya ingin meneriakkannya kepada Bintang. Tapi kan nggak mungkin. Aku pun dengan canggung menyalami Om Danang.

"Waah, akhirnya ketemu juga sama calon mantu yang dua hari ini bikin heboh si Mama. Saya Danang, Nak," ucap Om Danang sambil membalas salamanku. Senyum hangat terkembang di wajah Om Danang. Sungguh keluarga ini adalah keluarg yang penuh kehangatan.

"Mama kan emang dasar suka lebay," gerutu Bintang yang kemudian mendapat jeweran dari sang Papa. "Auw auw, Pa, sakit."

"Kamu sembarangan ngatain Mama kamu. Mama itu begitu saking khawatirnya liat kamu kayak cowok yang nggak nafsu liat cewek sama sekali!" Sungguh ucapan Om Danang membuat kami di ruangan ini tertawa mengejek Bintang.

"Aaah papa ni, ikut-ikutan." Cibir Bintang kembali. Sungguh aku merasakan luar biasa takjub mekasikan interaksi keluarga ini. Bahkan Bintang seolah berubah menjadi sosok lain jika sudah bersama keluarganya. Hal yang sungguh menyenangkan.

"Tunggu deh" Suara Dyandra membuatku menoleh ke arahnya dan aku mengikuti arah matanya yang menuju .... "Gila! Udah ada di sana itu cincin. Mas Bi, selamat ya! Udah diterima nih lamarannya? Yeeeeyy, alhamdulillah," lanjutnya setengah berteriak berteriak. Jarinya tak lepas menunjuk ke arah jari manis di tangan kiriku. Dan kami terciduk sodara-sodara!

Kurasakan wajahku yang memanas. Aku hanya bisa menunduk dan tersenyum malu.

"Iya dong. Lamaran Mas udah diterima sama Naura." Ini suara Bintang denagn penuh percaya diri. "Ya walaupun restu dari kedua orang tuanya belum di tangan."

"Pepet terus, Le. Insya Allah luluh." Kali ini suara Om Danang berusaha menyemangati Bintang.

"Ooo... jelas dong Pa! Minta doanya aja semua. Moga orang tua Naura segera luluh. Ahahaha," ucap Bintang dengan sedikt terkekeh di belakang kalimat.

Selanjutnya kami bercengkrama dalam kamar hotel cukup lama. Sampai hampir tengah malam. Rava dan Dyandra yang undur diri terlebih dahulu karena si kembar yang sudah mengantuk. Mereka memesan suite room yang sama di lantai ini. Sedang aku akan menginap di salah satu kamar di suite room ini.

"Bintang, Naura, Papa Mama istirahat duluan ya. Kalian jangan tidur terlalu malam lho ya." ucap Tante Yuni yang kemudian mengalihkan pandangannya ke arah Bintang. "Inget ya! Kalian tidur di kamar masing-masing. Belum sah!." lanjut Tanye Yuni yang kemudian diikuti oleh decakan Bintang.

"Nggak percaya banget sih sama anak sendiri, Ma."

"Liat gimana raut wajah kamu yang seolah ingin menerkam Naura, Mama jadi curiga," ucap Tante Yuni yang kini sudah beralih ke menatapku. "Jangan kasih kendor ni anak, bahaya, Nduk."

"Iya, Tante."

Setelahnya, Papa dan Mama Bintang segera memasuki kamar. Kami masih berada di ruang tengah. Bintang menggeser duduknya menuju ke satu sisi sofa. Ia menepuk tempat kosong di sampingnya, memberiku kode untuk menempatinya, dan aku menududukinya. Secepat kilat, Bintang tidur di pangkuanku.

"Bi ...."

"Bentar doang, Nau. Capek nih."

Baiklah, aku menyerah. Melihat wajah lelah Bintang membuatku tak tega. Kemudian aku mengusap lembut kepala Bintang. Tidak butuh waktu lama, Bintang pun terlelap. Aku tersenyum memperhatikan Bintang, calon suamiku. Ah, calon suami. Padahal mendapat restu dari orang tuaku pun belum.

Sambil mengusap lembut kepala Bintang, aku kembali membuka aplikasi Instagram dan memposting salah satu hasil foto kami seharian ini.

naura.arm
Bukit Campuhan

Liked by gara_gara, nyitnita and 37 others
naura.arm No matter how hard it will be, i'll walk this road with you. Coz i do love you ❤️😘😘

7 comment
san_sandra : cieee... sok romantis amat sih ni pasangan berdua😒😒 suka banget bikin jomblo ngiri.
rava_nye : Lo gue kasih libur khusus besok ya ,Chynt. Nggak usah ngantor, temenin mertua dan abang ipar gue.
arsaputra : Njiiirrr, enak yah kalo pacarannya sama ipar bos besar, maen kasih libur aja 😒😒 @rava_nye
rava_nye : Nah lo pacaran juga aja sama ipar gue, Bang 😝😝 #jomblogausahiri
dyandrakinan : ciee.. ciee.. kata2nya 😍😍 denger2 ada yang lamaran barusan diterima nih 😆😆 #uuppsss 🤭

Aku tersenyum sendiri membaca komentar mereka. Sungguh membahagiakan hidupku akhir-akhir ini. Rasa syukur berulang kali kugumamkan dalam hati. Sungguh, aku tak ingin lebih. Namun, Kali ini aku hanya meminta kepada Sang Pencipta agar bisa dipersatukan dengan pujaan hatiku.

Dering ponsel menghentikan lamunanku. Nama Sandra yang terpampang.

"Ya San?"

"Sorry gangguin lo malem-malem. Cuma gue mau mastiin sesuatu."

"Kenapa?" Alisku bertaut. Apa yang begitu penting sampai-sampai Sandra menelponnya malam-malam.

"Pak Aldric mau nikah."

"Hah? O ya? Kapan? Kok gue nggak dikabarin ya?"

Aldric menikah? Dan tanpa ada kabar? Ada apa ini?

"Naaah itu, gue mau nanya ke lo, tapi lo kayaknya juga nggak tau ya?"

"Aldric belum ngabarin gue. Gue juga jarang komunikasi sama dia beberapa bulan ini. Tapi kalau emang Aldric mau nikah, syukur dong. Akhirnya dia nikah. Palingan lo yang patah hati. Hehehe," jawaku sambil terkekeh di akhir kalimat.

"Sialan lo! Tapi yang bikin aneh, nama pengantin wanitanya bukan Mbak Dinda."

"Hah? Yang bener? Nah terus siap dong pengantin wanitanya?"

"........." terdengar penjelasan dari Sandra mengenai siapa calon pengantin wanita Aldric. What? Netraku memberlalak sempurna mendengar jawaban Sandra.

"Shit! Apa-apaan ini? Dimana mereka nikah?"

"........"

"Oke thanks ya infonya, San. Kayaknya gue mesti nyusulin ke sana. Gue tau kenapa dia nggak ngabarin gue." Dan dengan segera aku mencari tiket pesawat untuk menyusul Aldric.

***TBC

Pantengin IG-ku untuk info terupdate tentang cerita-ceritaku ya.

Ig : @nisayu1601

Ini chapter panjang loh..

Enjoy ya... happy reading...
Jangan lupa vote commentnya... 😘😘

08.04.2018 revised on 05.12.2018

Okumaya devam et

Bunları da Beğeneceksin

286K 1.6K 17
(⚠️🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞⚠️) Hati-hati dalam memilih bacaan. follow akun ini biar lebih nyaman baca nya. •••• punya banyak uang, tapi terlahir dengan sa...
1M 48.1K 66
Follow ig author: @wp.gulajawa TikTok author :Gula Jawa . Budidayakan vote dan komen Ziva Atau Aziva Shani Zulfan adalah gadis kecil berusia 16 tah...
1.4M 91K 43
• Obsession series • [ SELAMAT MEMBACA ] Romeo akan menghalalkan segala cara demi mendapati Evelyn, termasuk memanfaatkan kemiskinan dan keluguan gad...
2.1M 183K 29
Mati dalam penyesalan mendalam membuat Eva seorang Istri dan juga Ibu yang sudah memiliki 3 orang anak yang sudah beranjak dewasa mendapatkan kesempa...