Stand By You

Autorstwa soojin_iee

55.2K 5.5K 509

Sepasang suami istri yang sudah menikah selama lima tahun namun belum mendapatkan momongan. Dalam masa kritis... Więcej

Home Sick
Hi~
Time
Another Place
London
I Know
Enemy
Be Patient
Annoying Sibling
Different
Bukan Update 😂
Judgment
Stop It
Eat, Pray & Love
NN
Waiting
Options
Wish
Do It
Fight
New Things
Father
Be Friend (END)

What If

1.7K 221 37
Autorstwa soojin_iee

Jarum jam di dinding tak bosan berputar mengitari porosnya. Sementara Amber tak bosan melirik jam tersebut karena tak sabar menunggu waktu pulangnya.

Banyak orang yang mengatakan jika itu adalah bulan yang rawan untuk Amber. Mau tidak mau dia harus siap menjadi suami siaga yang dapat diandalkan sewaktu-waktu. Namun pekerjaannya yang menumpuk membuatnya sering lembur kerja dan tidak bisa dikategorikan dalam sebutan suami siaga.

Sebelum pulang ke rumah Amber mampir ke sebuah toko roti langganan Krystal. Istrinya yang sedang hamil besar itu siang tadi merengek meminta roti salju isi blueberry, tapi dia tak bisa pulang karena sebuah rapat penting.

Amber membuka pintu rumahnya dengan was-was. Krystal memang sering marah kepadanya. Namun selama sebulan terakhir intensitas amarah Krystal meningkat drastis meskipun itu hanya karena sebuah masalah kecil seperti Amber yang tak bisa menemukan makanan atau hal lain yang ia minta.

"Soojunga?? Jung Soojung~ Aku pulang." panggil Amber berkali-kali dari ruang tengah, berharap Krystal segera keluar dan menemuinya.

Kesunyian. Itulah yang Amber dapati. Tak ada jawaban sedikitpun dari orang yang ia harapkan. Merasa khawatir Amber pun meletakkan sembarangan kantung berisi roti itu, dan mulai berlari mencari Krystal menyusuri seluruh sisi rumah. Namun semuanya nihil, Krystal tak ada disana. Amber segera berlari ke rumah depan, mungkin saja Krystal ada di rumah Ayahnya.

Langkah kaki Amber terhenti saat melihat Jeno turun dari mobilnya. Jeno menghampiri Amber yang sedang risau itu dan menyapanya. Amber bertanya alasan kedatangan Jeno malam itu. Kakinya seketika lemas setelah Jeno menyelesaikan ceritanya.

"Pakai mobilku saja Hyung. Aku saja yang menyetir."

Amber mengikuti permintaan Jeno. Masuk dan duduk di kursi penumpang dengan rasa bersalah yang kembali datang. Dulu Dani yang menemukan Krystal pingsan, kini ganti Jeno yang bersama dengan Krystal saat tiba-tiba mengalami hal yang sama.

Amber menggenggam erat tangan Krystal yang tengah tertidur itu. Dia duduk, seakan tak ingin pernah berdiri dari kursinya ketika memandang wajah tidur sang istri.

"Ayah dan Ibu pulang dulu. Besok pagi kami akan kembali." ucap Yunho menepuk pundak Amber.

"Jangan khawatir, dia tidak apa-apa. Hanya kelelahan saja." sahut Jaejoong mencoba menenangkan Amber dan mengikuti suaminya.

Tak berselang lama ganti Jessica yang pamit pulang sambil menggendong Eunbi yang tengah tertidur di pelukannya.

Ingin rasanya Amber membangunkan Krystal. Dia ingin bicara, terlebih bertanya tentang keadaannya meskipun dokter sudah menjelaskan tentang kondisi terkini Krystal sepuluh menit yang lalu.

"Hyung, temani aku minum kopi."

Jeno menyodorkan segelas kopi hangat yang baru saja ia beli di kafetaria rumah sakit pada Amber.

Kedua pria itu duduk disebuah kursi panjang yang ada di ruang tunggu. Setelah mendengar penjelasan Jeno jika Krystal kemungkinan baru akan bangun besok karena pengaruh obat tidur itu Amber pun memutuskan untuk keluar.

"Bagaimana kuliahmu?"

"Baik. Bagaimana dengan Hyung?"

"Apanya?"

"Jangan khawatir. Noona akan baik-baik saja."

Amber tersenyum tipis mendengat kalimat penyemangat adiknya itu. Bocah SMA yang masih ingusan dulu ternyata sudah berubah menjadi dewasa seperti itu.

"Bagaimana kau bisa bersamanya? Kenapa dia bisa mengeluarkan flek dan pingsan seperti itu?"

"Aku juga tidak tahu. Siang itu aku menelfon Noona, bertanya tentang kabarnya. Setelah itu Noona memintaku untuk membelikannya beberapa roti karena dia tak bisa keluar rumah. Wajah Noona terlihat sedikit pucat saat membukakan pintu untukku. Aku pikir itu karena dia lapar jadi aku santai saja. Tapi saat kami berjalan dan sampai di ruang tengah Noona tiba-tiba saja aku melihat kaki Noona berdarah dan aku tak paham itu karena apa. Baru saja Noona memintaku mengantarnya ke rumah sakit, tapi Noona malah langsung pingsan."

Rasa bersalah Amber kini menjadi berlipat-lipat karena cerita Jeno tentang kejadian siang tadi. Seandainya dia pulang dan membelikan apa yang diminta Krystal maka istrinya tak akan jadi seperti itu. Banyak pengandaian yang Amber buat sambil sesekali menyalahkan dirinya sendiri. Seandainya dia bisa ada dengan Krystal setiap saat, itu pasti akan baik untuknya.

~

Amber membasahi sebuah handuk kecil dengan air hangat. Dia juga berkali-kali memeras kain itu setelah mengelap tubuh Krystal agar bersih karena ia belum diijinkan mandi oleh dokter.

Krystal paham dengan diamnya Amber dan ekspresi datar yang suaminya pasang sedari tadi. Tak tega Amber menanggung rasa bersalah Krystal pun memutuskan untuk bersuara.

"Ini sudah jam sepuluh. Kamu tidak berangkat kerja?" tanya Krystal sehalus mungkin.

"Aku tidak akan pergi kemana-mana."

"Kalau tidak mau pergi kemana-mana lantas apa kau akan selamanya menempel padaku? Kau punya empat orang yang menjadi tanggung jawabmu. Kau harus kerja."

Amber menghentikan kegiatannya dan memandang lurus pada Krystal. Dia meletakkan handuk yang sedari tadi ia pegang ke dalam baskom berisi air hangat yang ada di atas meja kemudian duduk disamping Krystal.

"Marahlah padaku."

"Kenapa aku harus marah saat kau tidak salah?"

"Seandainya kemarin siang aku langsung pulang dan membawa roti yang kau minta. Mungkin kau tidak akan ada disini."

"Jangan terlalu banyak mengandai. Kau tidak salah, aku baik-baik saja. Selama aku periksa kau juga ikut kan? Apa kau pernah mendengar hal buruk? Jangan meminta hal buruk saat semuanya baik-baik saja. Tenanglah."

Krystal merentangkan tangannya. Memeluk Amber sembari sesekali menepuk pundak suaminya itu.

Selesai mengurus Krystal, Amber berjalan menuju ruangan Dokter Choi. Dia ingin bertanya, apakah Krystal sudah boleh pulang karena istrinya itu merengek minta pulang.

Choi Sooyoung diam setelah mendengar pertanyaan Amber. Sesaat kemudian dia memberikan jawaban yang Amber minta. Dia juga menyarankan agar Amber lebih memperhatikan Krystal karena minggu depan istrinya itu sudah masuk ke bulan terakhir dalam masa kehamilannya.

Selesai mendengar penjelasan Sooyoung, Amber yang penasaran dengan keadaan orang-orang terkasihnya itu mulai melemparkan pertanyaannya pada dokter wanita itu.

Amber mengangguk mendengarkan penjelasan Sooyoung yang sama seperti Jeno, kedua mertuanya dan yang lainnya jika Krystal hanya kelelahan saja dan itu normal.

"Dia hanya perlu diinfus sebentar. Kan aku sudah bilang nanti sore Krystal sudah boleh pulang."

"Syukurlah kalau begitu. Terima kasih banyak."

Amber menunduk, memberikan salam pada Sooyoung sebelum keluar dan kembali ke ruangan Krystal. Ada sedikit keraguan di hati Amber saat melihat mata Sooyoung yang nampak sedikit bergetar saat menjelaskan tentang kondisi Krystal. Entah dia sedang berbohong atau memang aslinya seperti itu, Amber tak ingin lagi mengandai. Jika semua orang bilang baik, maka dia juga ingin berpikir demikian. Atau, mungkin saja dia sendiri yang terlalu berperasangka buruk pada semua hal yang sebenarnya baik-baik saja.

~

Pagi-pagi sekali Amber sibuk membawa kantong plastik berisi belanjaan yang baru saja dia beli di pasar. Dia pergi, membeli semua makanan favorit Krystal tanpa sepengetahuan istrinya yang masih terlelap di kamar. Setidaknya itu yang bisa Amber lakukan untuk Krystal yang sudah susah payah menjaga ketiga bayi mereka selama delapan bulan terakhir.

Amber menepuk pundak Krystal beberapa kali. Menyuruh agar istrinya lekas bangun dan sarapan bersama. Namun sepertinya dia tak memiliki niat untuk bangun pagi.

"Soojung~" panggil Amber sangat halus.

"Kenapa? Aku masih ngantuk."

"Ayo bangun dan makan. Kau tega membiarkanku makan sendiri?"

Krystal membuka kedua matanya, melihat sesaat wajah Amber dan kembali menutup matanya setelah menghela napas cukup panjang.

"Arassoo, kau keluarlah dulu nanti aku susul."

Amber tersenyum senang. Dia kemudian mencium kening Krystal sebelum akhirnya keluar menuju dapur dan menyiapkan sarapan mereka di meja makan.

Krystal tertegun melihat meja makan yang tampak penuh dengan makanan yang Amber beli. Dia bahkan sedikit tak yakin jika Amber yang sangat susah bangun pagi itu pergi tanpa sepengetahuannya di pagi buta hanya untuk mendapatkan semua itu.

"Makan yang banyak. Jangan sampai ada sisa."

Krystal mengangguk. Semua itu adalah makanan favoritnya, tentu saja dia akan menghabiskan semuanya.

"Sudah jam setengah delapan kenapa kau belum ganti baju?"

"Aku tidak akan ke kantor."

"Apa?! Kau mau membolos?"

"Hari ini tidak ada jadwal yang penting. Aku sudah menyuruh Suzy untuk membawa beberapa berkas ke rumah."

Amber segera menghentikan kunyahannya karena Krystal tak merespon jawabannya tadi. Dia tak berani mengangkat kepalanya, karena berpikir jika Krystal mungkin sedang mengeluarkan laser amarah dari matanya. Namun semua dugaannya itu seketika hilang ketika Krystal mengucap jika itu tak masalah, karena Amber akan lebih banyak menghabiskan waktunya timbang dengan pekerjaan dan sekretarisnya itu.

"Aku keluar dari perusahaan saja ya."

"Mau dipecat Ayah jadi mantunya juga?"

Jawaban Krystal membuat Amber membisu. Meskipun itu hanya candaan belaka. Namun dia juga sadar kalau dia tak mungkin melepaskan kedua hal beharga yang Yunho titipkan kepadanya.

~

Amber benar-benar memegang ucapannya kali ini. Selama dua hari ini dia lebih banyak menghabiskan waktunya untuk menyelesaikan pekerjaan di rumah. Meskipun masih sesekali berangkat ke kantor untuk menghadiri rapat penting yang tak bisa diwakili oleh sang sekretaris.

Siang itu Amber sibuk memakai dasinya di depan kaca karena setengah jam lagi dia ada rapat. Melihat Amber sedikit kesusahan Krystal pun mendekat dan membantunya.

"Maaf ya, aku tidak bisa mengantarmu." ucap Amber menatap Krystal yang sedang mendongak sambil membuat pola pada dasi bewarna hitam Amber.

"Tidak apa-apa. Aku bisa pergi sendiri."

"Kau mau naik taksi? Bagaimana kalau minta tolong pada Ayah?"

"Ayah akan marah kalau tahu kau tidak mengantarku."

"Periksa besok saja. Kalau besok aku bisa."

"Tidak bisa. Dokter Choi bilang aku harus datang hari ini. Aku sudah minta tolong Jessica Eonni. Dia bilang sedang tak ada kerjaan dan dia bersedia mengantarku."

Amber lega mendengar jawaban Krystal. Setidaknya dia tak akan menanggung rasa khawatir selama rapat larena memikirkan Krystal yang pergi periksa ke rumah sakit saat keadaan perutnya semakin membesar.

Ruang kerja Choi Sooyoung terasa sangat menegangkan. Krystal merasa sedikit takut setelah Sooyoung menjelaskan tentang kondisi ketiga bayinya yang mungkin saja akan segera lahir dalam waktu dekat.

"Aku akan segera menjadwalkan waktu operasi untukmu."

"Tidak bisakah aku melahirkan mereka secara normal? Bukankah mereka seharusnya lahir bulan depan?"

"Bisa, tapi resikonya lebih besar. Lagipula mereka belum ada di posisi yang siap untuk lahir. Dari pada menunda lebih lama, lebih baik kau segera dioperasi."

"Apa aku harus menginap di rumah sakit hari ini juga?"

"Lebih cepat lebih baik, kemarin lusa kau bahkan sudah mengeluarkan flek. Tidak baik jika ditunda lagi. Nyawa kalian bisa dalam bahaya."

"Baiklah. Tapi jika Amber bertanya tolong bilang saja kalau tidak ada yang salah dan semuanya normal."

Sooyoung mengangguk setuju. Kemudian mengambil gagang telfonnya untuk menghubungi seseorang perihal jadwal operasi Krystal.

Krystal terdiam diatas ranjang rumah sakit dengan pandangan kosong. Jika dia melahirkan anaknya sebelum waktunya, maka mereka akan termasuk kategori bayi prematur. Dia tak ingin mempunyai pikiran buruk, tapi yang terlintas di otaknya hanyalah apakah ketiganya akan selamat, apakah mereka akan sehat layaknya bayi yang lahirnya normal.

Ketakutan Krystal sedikit hilang saat Jessica dan Eunbi yang tengah duduk disamping ranjang itu menggenggam tangannya dan mengatakan jika semua akan baik-baik saja.

"Eunbi akan menjaga adik-adik Tante. Jadi Tante jangan sedih, nanfi kami akan bermain bersama." ucap Eunbi, gadis cilik kesayangan Krystal dan Amber.

Krystal mengangguk dan tersenyum sambil mengelus lembut rambut keponakannya itu.

Mendengar Krystal tak akan pulang Amber pun segera melajukan mobilnya menuju rumah sakit. Tadi pagi istrinya itu baik-baik saja tapi, baru saja ditinggal selama tiga jam sudah ada kabar jika Krystal harus menginap disana karena suatu hal.

Krystal terus memberikan penjelasan kepada suaminya kalau semua baik-baik saja. Namun Amber hanya diam sambil mengupas buah jeruk di tangannya.

"Amber."

"Aku tahu, aku percaya pada kalian. Sekarang biarkan aku makan buahku ini."

Krystal tersenyum lega, setidaknya ucapan Amber tadi mampu menguatkan hatinya yang sedikit ketakutan sejak mendengar penjelasan Sooyoung tadi pagi.

~

Amber semakin gusar. Dalam waktu kurang dari satu jam Krystal akan masuk ke dalam ruang operasi. Tidur di tempat dingin dan menakutkan itu sendirian untuk melahirkan ketiga anak mereka.

"Hei stupid."

Panggil Krystal pada Amber yang hanya berdiam diri di pojokan ruangannya. Dia menyendiri dengan pandangan kosongnya saat semua anggota keluarganya mengerubungi ranjang Krystal.

"Hei Ayahnya anak-anakku." panggil Krystal lagi karena Amber hanya berdiam diri.

"Apa?" sahut Amber datar membuat seluruh orang disana tertawa.

"Mereka tidak suka mempunyai ayah yang lembek. Jangan mendramatisir seperti itu, kemarilah."

Amber beranjak dari tempatnya. Menghampiri Krystal dan meraih tangan istrinya yang sedari tadi ia angkat.

Ruangan yang awalnya penuh sesak seketika sepi dan hanya meninggalkan Amber dan Krystal yang setia berdiam diri setelah Jaejoong menyuruh semua orang keluar.

"Kau sudah punya nama untuk mereka?" tanya Krystal memecah keheningan.

"Punya. Tapi mungkin bagimu akan terdengar aneh."

Krystal dengan seksama mendengar nama yang Amber sebutkan. Dia tersenyum kecil, merasa sedikit aneh dengan ketiga nama itu.

"Aneh kan?"

"Tidak, itu lucu. Kita namai mereka seperti itu. Kau menemukan nama yang bagus."

Amber ikut tersenyum melihat Krystal tersenyum dengan lebar. Senyuman Krystal itu mampu sedikit meringankan rasa khawatir Amber yang sedari tadi mengisi hatinya.

"Aku akan menunggumu. Terima kasih, dan maaf karena kau harus menanggung semuanya sendirian." lirih Amber dengan mata yang mulai berair.

Krystal mengangkat tangannya menghapus pipi Amber yang mulai basah karena air mata yang berhasil keluar itu. Dia tak bisa menjawab ucapan Amber, yang dia inginkan adalah semuanya berjalan lancar dan mereka semua bisa berkumpul, menjadi keluarga normal layaknya orang lain di luar sana.

Kedua orang itu berpelukan dengan hati dan perasaan yang sama. Mereka tak ingin semua kemungkinan buruk yang selama ini melayang di benak mereka menjadi kenyataan.

"Saranghae." ucap Amber kemudian mencium kening Krystal sangat lama.

Czytaj Dalej

To Też Polubisz

247K 19.5K 94
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...
401K 37.6K 74
Winter yang memendam perasaan pada si homophobic Karina...
151K 16.3K 44
Winter yang masih akan terus mencintai Karina, apapun yang terjadi...
46.2K 5.3K 24
Dua orang yang tidak saling mencintai terjebak dalam suatu ikatan pernikahan