My Bad Boy Senior [TELAH TERB...

By moonyyblue

28.6M 1.3M 77.7K

(Beberapa bagian dihapus untuk kepentingan penerbitan) "Berandal - berandal gini gue juga masih punya hati ko... More

Awal semuanya dimulai
Dia itu...
Pertemuan Kedua
Rasa Suka
Berubah
Pesan
Awal Sebuah Perjuangan
Awal Sebuah Perjuangan Part : 2
Pendekatan Pertama
Pendekatan Pertama Part : 2
Perasaan yang Mulai Muncul
Andra's Confusion
Fathan's Planning
Fathan's Planning Part : 2
Happy Sunday
Reason
Andra Itu Pacar Gue!
I Will Take Care Of You
Like What You Want Baby
PMS
First Dating
Fathanstagram #2
17 Agustus
Andra Sakit
Labrak
Honesty
Pasar Malam
Fandrastagram
Bye Budi
Berenang
Instagram
Bodyguard
Sorry
Nonton
Fandrastagram #2
War
Perawat Pribadi
Hello Nuel
Siapa Dia?
Fahira Natania
Berjuang Sendiri?
Bonus
Sabotase
Tinggal atau Pergi?
Prank
Info
Punishment
Info #2
New Year Party
Kiss?
Back
Race
One chance
Happy Birthday!!
Trouble
Berubah 180°
Dilabrak?
He's Back
Terror
Dua Samsak Baru
Failed
She's Back
Accident
It's Hard
I will waiting
Keputusan
Hadiah
Last
Sequel?
SEQUEL
Ada apa??
VOTE COVER + GIVE AWAY!!!
OPEN PO!!!

Saksi Bisu

328K 14K 715
By moonyyblue

Biarkan sinar senja ini menjadi saksi bisu antara cintaku padamu.

~~~

Hari ini, mereka semua berencana untuk melanjutkan liburan mereka ke pantai Anyer. Mereka akan menginap di rumah milik Varo yang ada disana.

Setelah selesai sarapan, mereka memilih untuk segera berangkat sebelum jalanan semakin ramai.

"Udah semua barangnya?" tanya Fathan sambil membawakan tas Andra.

Andra mengangguk,
"Udah kok."

"Ya tuhan beri hambamu ini kesabaran, ketabahan, dan kekuatan untuk melihat serigala jantan dan domba betina yang ada di depan hamba ini ya tuhaan," teriak Budi yang langsung membuat semuanya heboh.

"Iri aja lo kambing!" balas Fathan tak terima.

"Makanya bud, langsung sikat ajaaa. Daripada lo keduluan Miper sama Sehun," sindir Satya.

"TEMBAK TEMBAK TEM-!"

"Ehh udah udah, mati ntar anak orang di tembak tembak. Ayok berangkat ntar macet," sekat Budi sebelum teriakan mereka semua membuat dirinya mati kutu.

Mereka memasukan barang barang mereka ke bagasi mobil, setelah itu Varo terlebih dahulu berangkat karna ia yang tahu dimana tepatnya lokasi tersebut.

♢♢♢

Menempuh perjalanan kurang lebih 4 jam, lelah mereka terbayar dengan pemandangan indah yang langsung nampak saat mereka memasuki kawasan anyer.

Letak rumah Varo tidak jauh dari pantai. Terlebih lagi rumah tersebut sangat luas dan memiliki suasana pantai yang menenangkan.

Saat sampai di rumah Varo, mereka semua langsung turun dan meregangkan otot sejenak.

Budi menarik nafas dalam dalam dan menghembuskannya perlahan,

"Jadi pengen buru buru ke pantai."

"Halah, lo mah modus aja ke pantai. Pengen liat yang begitu," balas Satya.

"Ingeet bud, ada gebetan disini. Harus jaim doong," tambah Varo.

"Emang gue mau liat apaan? Orang mau liat pemandangannya, gue juga udah lama ngga mengirup udara pantai," bantah Budi membela diri.

"Aah udah udah, lo semua debat mulu. Buruan kak ro, udah pada capek nih," tandas Fathan.

"Eh iya, sampe lupa kalo ini rumah gue," Varo menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Yaudah masuk aja di kamar yang kalian mau. Abis ngerapihin barang barang kita makan siang ya," lanjut Varo yang langsung diangguki semuanya.

Mereka semua langsung mengangkut barang masing masing ke kamar. Seperti biasa, para laki laki akan membantu membawakan barang milik para perempuan.

Fathan, Satya, Budi, dan Rino memilih kamar yang ada di lantai atas. Begitu pula dengan Andra, Kinta, Rosa, dan Tania. Sedangkan yang lainnya memilih kamar di bawah.

Saat sedang merapikan baju, Budi tiba tiba mendapat hidayah untuk menembak Tania hari ini juga.

"Eh bantuin gue dong," ucap Budi yang membuat semuanya langsung menengok.

"Bantu apaan?" tanya mereka kompak.

"Yaampun gue terharu deh, sampe barengan gitu nanyanya. Sebegitu pedulinya kalian sama gue," jawab Budi dramatis.

"GA!" sentak mereka bertiga.

"Ah serius nih sekarang. Gue ada rencana mau nembak Tania, menurut lo semua gimana?"

"Ya tinggal tembak aja apa susahnya," jawab Satya ketus.

Budi menoyor kepala Satya,
"Gaada romantis romantisnya si lo, kemaren juga pas lo nembak Rosa kan gue bantuin."

Satya meringis kesakitan,
"Ya lagian. Lo mau nembak dengan cara gimana? Cara gentle? Romantis? Atau lekong?"

"Lekong gimana tuh?" tanya Fathan tiba tiba.

"Itu loh, cara cowo nembak cewe yang beraninya lewat chat doang. Ehh abis itu udah janji ga ninggalin malah ninggalin. Untung kita gaada yang kaya gitu," cerocos Satya.

"Terus, lo mau kaya gimana bud?" tanya Rino.

"Cara lekong aja gimana? Gue udah ga pernah nembak cewe sejak pas itu,"

"NAJIS!" jawab mereka bertiga yang selalu kompak.

"Ohh, jadi lo masih trauma di tolak empat kali sama Iren? Yaelah bud, itu udah dua tahun yang lalu. Lagian juga dulu kan lo masih jelek, sekarang kan udah lumayan. Jadi Tania mungkin bisa nerima lo," ucap Satya meyakinkan.

"Ga segampang itu lah," bantah Budi.

"Yaudah lah, lo coba dulu aja. Nembaknya tuh nanti pas kita mau nunggu sun set. Biar romantis," ucap Fathan.

Budi menghela nafas,
"Yaudah, nanti gue coba."

"Naah gitu dong. Nanti kita bantuin kok tenang aja," ucap Fathan yang langsung diangguki Satya dan Rino.

Mereka semua keluar dari kamar masing masing dan langsung menuju ke meja makan.

"Naah ayo di makan semuanya, ngga usah malu malu anggep aja rumah sendiri," ucap Varo.

"Kalo Budi mah ngga usah disuruh kak ro. Liat aja tuh," balas Satya sambil menunjuk Budi dengan dagu.

"Kan makanannya banyak, kalo ngga abis kan mubazir. Tuhan ga suka orang mubazir," bantah Budi sambil menyomot dua potong ayam goreng.

Yang lainnya hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah Budi yang memang dari dulu seperti itu. Tidak pernah jaim di depan siapapun, karena itulah teman temannya tidak pernah meninggalkannya karena mereka tau itu adalah sifat alamiah dari seorang Budi.

"Kamu mau makan apa?" tanya Fathan.

"Makan sayur aja than," jawab Andra.

Fathan menggeleng,
"Nggak! Kamu harus makan daging, biar gendut."

"Ihh apaansi than. Aku gamau gendut nanti jelek," rengek Andra.

"Pintu hati aku ngga akan tertutup sama timbunan lemak yang akan kamu makan. Udah, pokoknya makan yang banyak."

Andra bingung harus mengekspresikan perasaannya bagaimana sekarang, antara senang dan ingin tertawa karena gombalan Fathan yang terdengar garing tadi.

Saat makan tidak ada suara perbincangan dari siapapun, hanya dentingan sendok dan garpu yang terdengar.

Sampai kurang lebih 15 menit, mereka semua selesai makan dan Varo mulai angkat bicara.

"Jadii, abis ini kita bakal naik yacth buat keliling laut sambil nunggu sunset. Gimana, setuju ngga?"

"SETUJU!" sorak semuanya.

"Yaudah kalo gitu, lo semua siapin barang barang yang mau di bawa. Tapi gausah banyak banyak, nanti malem juga udah balik lagi ke sini," ucap Varo lagi.

Mereka semua mengangguk dan langsung beranjak menuju kamar masing masing untuk mengambil beberapa barang yang ingin mereka bawa.

♢♢♢

Setelah semuanya selesai, mereka langsung berjalan menuju pantai. Disana mereka langsung di terpa dengan angin pantai yang menyegarkan.

Sebelum berangkat tadi, Budi sudah merencanakan rencananya untuk menembak Tania saat sunset nanti.

"Tuh dia yacht kita," ucap Varo sambil menunjuk sebuah yacth yang sudah ada di tepi pantai.

Mereka langsung berjalan kearah yacht tersebut. Saat sampai, mereka langsung disambut dengan laki laki paruh baya memakai pakaian rapih seperti pelayan.

"Selamat siang mas Varo, sudah lama tidak kesini lagi."

Varo tersenyum ramah,
"Siang juga Bimo. Udah lama ngga ketemu ya."

"Iya mas. Yaudah kalau gitu silahkan naik mas," balas Bimo.

Mereka semua naik dengan hati hati ke yacht itu. Para perempuan dibantu oleh pasangannya masing masing. Dan Budi tidak menyia - nyiakan hal tersebut.

Budi mengulurkan tangannya ke Tania,
"Sini Tan, gue bantu."

"Eh. Ngga usah kak, gue bisa sendiri kok," tolak Tania.

Budi tetap meraih tangan Tania,
"Udah gapapa, nanti kalo jatoh gim-"

"EKHEM EKHEM UHUK UHUK!" teriak semua yang langsung mendadak batuk.

"Tenang tenang, nanti gue beliin obat batuk satu satu ya," ucap Budi ngeles.

"Halah bakso di kantin aja masih ngutang," tandas Dave.

"Pulpen di koperasi juga," sambung Wahyu.

"Jangan lupa sa-"

"Ehh udah udah. Lo semua malah membuka aib teman, kan ngga baik," Budi menyekat omongan Satya.

"Mending kaya gini dari pada ngomongin di belakang," balas Satya.

Budi hanya mendengus kesal, pasti imagenya sekarang sudah jelek dimata Tania.

Mereka semua menghabiskan waktu menunggu sunset dengan memotret pemandangan dan juga selfie, namun lain halnya dengan Andra.

"Kamu ngga foto foto?" tanya Fathan yang tiba tiba menghampirinya.

Andra menggeleng,
"Ngga than."

Fathan mengkerutkan kening, ia melihat ada yang berbeda dari Andra.

"Kamu kenapa? Kok kaya aneh gitu?"

"Hah? E..enggak kok gapapa," jawab Andra gugup.

"Aku tau gerak gerik kamu loh ndra. Kamu jarang gerak pas udah naik yacht, kamu takut?"

Andra hanya menggeleng.

"Kamu mabuk laut ya?"

Andra mengangguk pelan.

"Yaampun ndra.. kenapa ga ngomong? Kalo kamu ngomong kan kita bisa ngga ikut, kita bisa jalan jalan aja di pantai."

"Aku gamau ngerusak ini semua, pasti kalo aku ga ikut, kamu ga ikut, terus nanti semuanya jadi ngga ikut," ucap Andra menunduk.

Fathan mengacak puncak rambut Andra,
"Yaudah.. aku ngerti kamu itu ngga mau bikin orang lain susah."

Fathan menyenderkan kepala Andra kepundaknya,
"Sekarang kamu tidur aja disini, biar ngga pusing."

Andra terbangun dari pudak pacarnya yang lebar itu,
"Emang kamu gamau main sama temen temen kamu?"

Fathan menggeleng sambil tersenyum lembut,
"Main sama mereka bisa nanti nanti, sekarang yang terpenting adalah kamu."

Fathan kembali menyenderkan kepala Andra ke pundaknya dan Andra hanya bisa larut dalam suasana.

Sekarang jam menunjukkan pukul 17.45 matahari mulai meredupkan sinarnya. Budi mulai menyiapkan kata kata untuk menembak Tania.

"Udah sunset nih bud," ucap Varo.

Budi mengangguk,
"Sekarang aja ya?"

"Iyalah terus mau kapan lagi," tegas Satya.

Budi menghela nafas, jantungnya seakan ingin terjun ke laut sekarang.

Budi melangkahkan kakinya mendekati Tania, setelah itu ia berdiri tepat di hadapannya dan menatap Tania lekat lekat.

Budi meraih tangan Tania dan ia genggam tangan itu erat erat. Seluruh mata memandangi mereka sekarang.

"Kamu emang bukan yang pertama, tapi aku berharap kamu bisa jadi yang terakhir. Hari ini, detik ini, setiap mata memandangi kita, termasuk dengan sinar senja. Biarkan sinar senja ini menjad saksi bisu antara cintaku padamu."

Hening sejenak.

"Teruntuk Tania Indira, gadis yang sekarang berdiri dihadapanku," Budi berlutut dihadapan Tania.

"Maukah kamu jadi pacarku?" sambungnya lagi.

Mereka semua terkagum kagum dengan kata kata yang di lontarkan Budi tadi. Mungkin ini sisi serius dari seorang Rama Budi Antoni yang jarang bahkan tidak pernah ia tunjukan.

Sontak mereka semua langsung menepuk tangan mereka dan berteriak,

"TERIMA! TERIMA! TERIMA!"

Tania masih bingung harus menjawab apa, ini memang bukan pertama kalinya ia ditembak oleh seorang laki laki, tapi sebelumnya tidak ada yang menembaknya dengan cara seperti ini.

Perlahan terlihat sedikit pergerakan dari Tania, dan ternyata ia mengangguk.

"Gue mau kak," jawabnya gemetar.

Budi langsung bangkit dengan tatapan berbinar binar. Rasanya sekarang ia benar benar ingin tenggelam dalam lautan kebahagiaan.

"Jadi sekarang kita pacaran?" tanya Budi polos.

Tania pun hanya mengangguk sedangkan Budi kembali mengambangkan senyum lebarnya. Dan kali ini, ntah kenapa Tania merasa bahwa Budi jauh lebih tampan dari biasanya.

Saat semuanya sedang bersorak dan menagih PJ alias Pajak Jadian dari Budi, Andra masih setia menyenderkan kepalanya di pundak Fathan, dan Fathan juga tidak beranjak walaupun pundaknya sedikit merasa pegal.

"Thaan," lirih Andra.

"Iyaa," jawab Fathan lembut.

"Udah turun belom?" tanya Andra sambil mengucek ngucek matanya.

Fathan mengusap wajah Andra,
"Belom. Barusan si Budi baru nembak Tania."

"Hah! Serius?!" tanya Andra lagi.

Fathan mengangguk,
"Kamu sih tidur. Jadi ngga dengerin Budi ngegombal kan."

Andra mengerucutkan bibirnya,
"Kenapa kamu ga bangunin aku?"

Fathan menggeleng,
"Buat apa? Kamu mau dengerin kata katanya Budi buat Tania? Ngga perlu, aku bisa bikin yang sepuluh kali lebih romantis."

"Apaansi than," sungut Andra dengan wajah memerah.

Fathan tertawa geli,
"Kenapa kamu selalu lebih lucu sih kalo kesel kaya gini."

"Ohh makanya kamu bikin aku kesel terus, gitu?"

"Ngga ah, mana pernah aku bikin kamu kesel," bantah Fathan.

"Tapi ikut balapan salah satu hal yang bikin aku kesel," timpal Andra.

"Kalo itu ngga bisa di ganggu gugat. Aku gasuka sama orang yang udah bawa bawa masa lalu aku."

Andra mendengus pasrah. Seperti sebelum sebelumnya, ia tidak akan bisa melawan perkataan Fathan.

♢♢♢

Hari sudah gelap, bulan pun juga semakin terang.

Namun mereka tidak bisa berlama lama di laut karena ombaknya akan besar disaat malam hari.

Setelah menempuh kurang lebih satu jam perjalanan kembali ke pantai, akhirnya mereka sampai.

"Makasih ya Bim buat hari ini. Lo emang jago banget bikin liburan jadi seru," ucap Varo sambil menepuk nepuk pundak Bimo.

"Sama sama mas Varo. Lain kali kalo liburan jangan lupa main kesini lagi ya," balas Bimo.

Varo mengangguk dan tersenyum lembut begitu juga dengan yang lainnya. Mereka tersenyum pertanda terima kasih kepada Bimo.

Setelah mereka turun, mereka langsung menuju ke rumah Varo untuk beristirahat karena besok mereka sudah harus berangkat kembali ke Jakarta.

Updatee
Maaf lama ya updatenya, mohon di maklumi aku lagi banyak tugas, belum lagi les, dan juga ada TO *kok jadi curcol😂

Oiya aku mau promosiin instagram para rp niih @fathanathalaa @andra.nadia @rosaa.alena naah sisanya masih proses hehe. Kira kira masih ada yang mau jadi pemegang akun salah satu dari temen temen Fathan atau Andra ga nihh.

Vommentnya jangan lupa yaa❤❤

Continue Reading

You'll Also Like

MAGENTA By Nana

Teen Fiction

4.2M 224K 84
#1 FiksiRemaja 16 Agustus 2019 Magenta Ardhiyasa. Pentolan Band The Rythm dengan suara dan tampang yang sama-sama mempesona. Siapa yang tidak mengena...
17.3M 916K 62
[PART SUDAH TIDAK LENGKAP] [Sudah pernah dibukukan] [PLAGIATOR DILARANG MENDEKAT!!!] Meski saling tahu, tetapi tidak saling kenal adalah kalimat yang...
1.5K 118 8
{BUDAYAKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA! } ASKAL LIANO WIJAYA PUTRA dan sahabatnya yaitu MUHAMMAD DIO IRFANSYA merupakan anggota osis di SMA KEBANGSAAN...
1.8M 189K 51
Ditunjuk sebagai penerus untuk mengabdikan dirinya pada pesantren merupakan sebuah tanggung jawab besar bagi seorang Kafka Rafan El-Fatih. Di tengah...