Mission Dare [SLOW UPDATE]

eilenne tarafından

60.5K 3K 81

Sebuah permainan yang dinamai oleh Ify dkk Misi Tantangan atau Mission Dare. Ify sebenarnya ingin bermain ToD... Daha Fazla

MD 1 -First
MD 2 -Part of Ify
MD 3 -The Ring
MD 4 -Ready To War.
MD 5 -UUD MD
MD 6 -Begin.
MD 7 -A Bit Past
MD 8 -Lin, Lio, Katak Manis.
MD 9 -Bakar-bakar~
MD 10 -Some Type Of Love.
MD 11 -Rio-Ryan?
MD 12 -Salah Paham. Dulu.
MD 13 -Sekolah di Mulai, Again.
MD 14 -New Member.
MD 15 -Avoid.
MD 16 -Tik Tok.
MD 17 - Obvious
MD 18 - Yang Itu?
MD 19 - My Stitch Bouquet.
MD 20 - Secret.
MD 21 - Something.
MD 22 - Kemarahan, Kecerobohan.
MD 23 - Diam.
MD 24 - Mengharap Apa?
MD 25 - Truthfully

MD 26 - Penantian

497 44 11
eilenne tarafından

Terkadang menunggu itu bukan hal buruk. Karena bersabar bisa membawakan kebahagiaan.
__

"Udah dong, nanti kita bakal ke sana tapi kan nggak sekarang juga."

Ify menepis tangan Ryan yang akan menjangkau puncak kepalanya. Ia benci Ryan. Sangat. Karena dengan melihat Ryan maka ia akan langsung merindukan Rio. Mereka berdua benar-benar mirip tanpa cela yang kentara.

"Ngambek mulu, dah."

"Lo aja kalo diginiin bakal ngambek nggak? Marah nggak? Kecewa nggak?" Tembak Ify bertubi-tubi dengan kesal.

Ryan—mari panggil dia Ryan karena dia sudah mengakui bahwa dirinya adalah Ryan—menggaruk tengkuk lehernya. "Maaf, gue cuma mau bantu Rio. Dia nggak mau lihat lo sedih." Ucap Ryan dengan penuh penyesalan. Sekarang ia percaya, semua yang diawali dengan kebohongan tidak akan berakhir bahagia. Karena sedari awal semuanya tidaklah benar.

Sekarang, di rumah Ify hanya ada mereka berdua. Yang lain sudah pulang, termasuk Gisca. Ryan memaksanya pergi karena ia harus menyelesaikan banyak sesuatu dengan Ify. Awalnya Gisca tidak mau, dia tidak terima, dia tidak suka, dia cemburu. Selama ini, beberapa tahun ini, dia sudah banyak menanggung rasa cemburu. Bisa kalian bayangkan rasanya seperti apa? Tapi atas bujuk rayuan seorang Ryan, akhirnya Gisca pergi dari sini.

"Dia bener-bener nyuruh lo buat begini?" Tanya Ify dengan lirih. Rio lo dimana? Lo lagi ngapain? Sama siapa? Lo pasti kesepian dan kesakitan kan?

Ryan menggeleng, "gue yang kasih usul dan awalnya dia ragu tapi akhirnya mau karena bener-bener nggak mau lihat lo sedih."

"Lo mah emang ya! Emang dasarnya dari awal lo tuh bakat ngibulin!" Semprot Ify dengan tatapan penuh dendam.

Ryan hanya mengangkat kedua bahunya.

"Gimana Gisca selama ini bisa bertahan hidup sih punya cowok badung kayak lo? Lo nggak bayangin emang sakitnya jadi dia? Berat, Yan." Lidah Ify sedikit aneh saat memanggil laki-laki dihadapannya ini dengan nama aslinya.

Ryan tersenyum tipis tapi manis, "she's the best girl I ever had. Dia yang paling mengerti tentang ini semua. Gue nggak pernah liat dia protes terang-terangan tapi gue tau dia memendamnya dalam-dalam. Gimana lagi, Rio itu diri gue ditubuh yang lain. Dia berada dalam satu rahim disaat yang bersamaan dengan gue. Gisca segala-galanya buat gue tapi Rio prioritas gue saat itu. Lagipula, ini bisa jadi pengalaman gue sama Gisca. Gue sama Gisca dari dulu, dari kecil, selalu bersama. Kenapa kita nggak coba buat out of zona nyaman? LDR itu hal baru buat kita."

Ify mengernyit, "masih bisa disebut LDR emang? Bahkan saling menghubungipun gue yakin, kalian nggak pernah."

"Ya pernah lah sesekali."

"Amat sangat jarang."

"Yups."

"Kok santai gitu sih? Emang nggak takut apa kalo suatu waktu Gisca capek, lelah ngadepin tukang ngibul kayak lo terus dia minggat ke yang lain. Cari cowok lain buat manja-manjaan." Ceplos Ify tanpa ampun.

"Dia mah udah bosen manja-manjaan. Mau cari cowok lain siapa? Nggak bakal ada yang tahan sama manja-manjaan dia." Balas Ryan dengan terkekeh.

"Sombong lo, njay." Gerutu Ify.

"Udahlah, kenapa jadi ngurusin gue sama Gisca sih?" Gerutu Ryan.

"Pengin aja."

"Jangan bahas gue sama Gisca, berat. Karena lo jones."

"Xian nying! Yang buat gue jones juga elo ya!"

Ryan terkekeh mendengar nada kekesalan Ify.

"Lo pulang sono." Usir Ify.

"Nggak ah." Tolak Ryan, "takut lo berbuat sesuatu yang mengerikan." Lanjutnya.

"Misal, diem-diem buat ramuan mematikan buat lo gitu?"

"Oh jadi itu rencana lo? Wah!!"

"Pulang, Yan! Sekalian cariin tiket buat gue besok." Usir Ify sekali lagi. Sebenarnya ia butuh waktu sendiri. Tanpa Ryan. Tanpa sahabat-sahabatnya. Bahkan jika Rio di sini, Ify tetap butuh waktu sendiri.

Pikirannya kacau, ia yang membongkar semuanya. Tapi ia juga ikut-ikutan shock dengan fakta ini. Hatinya bergemuruh mendengar berita tentang sesosok Rio dari mulut Gisca. Ia rindu Rio, tapi kenapa sih? Cowok itu semakin jauh. Bukan, bahkan mereka belum pernah mendekat sedari dulu.

"Semua udah gue rencanain, lo tinggal jalanin aja ya." Ryan mengusap puncak kepala Ify.

Ify mengerjap, "berapa banyak lagi sesuatu yang udah lo rencanain buat kita? Kayanya lo udah cukup main out of zona nyaman, Yan. Lo udah kejauhan. Balik sana."

Ryan tersenyum, itu bukan perintah untuk dia pulang ke rumah, tapi untuk dia pulang ke rumah.

"Gausah lo pikiran, IQ lo nggak bakalan nyampe, Fy." Balas Ryan dengan tertawa mengejek.

** **

"Fy, gue pengen nemenin lo."

Ify terkekeh menatap mata Via yang berkaca-kaca, sahabatnya ini pasti merasa sangat bersalah karena ikut andil membuat dirinya tidak tahu apa-apa.

Baru saja Ify akan berucap, seseorang memotongnya.

"Udah lo di sini aja, belajar yang bener. Ify mah udah ada gue."

"Apa sih lo?! Mana mungkin gue percayain Ify sama lo." Via mendelik ke arah Ryan, seseorang yang tadi memotong niat Ify untuk membalas ucapannya.

"Kemarin-kemarin juga percaya aja tuh." Balas Ryan dengan wajah super santainya. Ia bahkan menaik turunkan sebelah alisnya untuk menggoda Via.

"Saat seperti inilah kalimat dont judge by the cover sangat amat berguna." Sahut Ify yang membuat Ryan mendesah kecewa. Dia pikir, Ify akan membelanya. Tapi, tidak semudah itu ferguso.

"Sumpah lo sampe bohongin Ify lagi, buat rencana-rencana dengan maksud menjauhkan Ify sama Rio lagi. Liat aja!"

"Iya ini diliat." Balas Ryan dengan sangat amat kalem, menanggapi kehebohan Shilla yang menurutnya lucu ini.

Beginikah rasanya memiliki mereka yang peduli pada mu entah saat kau suka atau duka? Entah saat kau jatuh ataupun melambung. Mereka yang selalu mengkhawatirkan mu sehingga mampu bertingkah konyol, bahkan diluar dugaan. Beginikah?

Ingatkan Ryan untuk memberi beribu rasa terimakasih kepada Rio. Berkatnya, Ryan bisa merasakan ini semua. Barang kali dia merasa berdosa membohongi mereka, tapi dibalik rasa berdosa itu, dia berhak 'kan untuk merasa bahagia? Karena sempat, walau sesaat, merasakan kehangatan yang jujur, belum pernah dia rasakan ternyata bisa sehangat ini.

"Yan, gue sebenernya pengen marah. Pengen nimpuk pala lo pake akal sehat, biar besok-besok lo bisa bertingkah yang normal dan nggak ngelakuin kayak gini lagi. Tapi—"

"Tapi lo sayang gue, makanya nggak akan nimpuk gue. Oke fine." Ryan tertawa seraya merangkul pundak Alvin. Seseorang yang dia pahami belum pernah menjadi secerewet tadi. Mungkin pernah, tapi belum pernah Ryan melihatnya.

"Eh bacot, lo hutang penjelasan ya sama kita." Cakka tidak mau kalah. Dia mendorong pelan pundak Ryan.

"Gue di sana bakal belajar ilmu hipnotis, biar bisa bikin lo lupa apa yang udah terjadi kemarin." Balas Ryan dengan tersenyum manis.

"Eee—"

"Udah diem, udah mau boarding. Sana kalian berdua." Usir Agni seraya menarik Cakka mundur dan mendorong Ify agar mendekat ke Ryan.

Barang kali diantara mereka semua, Agni lah yang paling mengerti. Bagaimana perasaan campur aduk seorang Ify. Dengan berada di dekat Ryan, mungkin dia bisa sedikit tenang. Karena patut diakui, dari segi manapun seorang Ryan sudah bisa lolos menjadi sosok Rio yang sebenarnya.

Saat melewati Gabriel yang sedari tadi terdiam, Ryan berhenti. Dia memegang pundak Gabriel. "Jangan banyak pikiran ya, Yel." Ucapnya dengan mata sendu.

Ryan tidak akan menghakimi Gabriel, masalah yang dia timbulkan sudah cukup membuat mereka terguncang. Dan dia jelas tidak akan mencampur aduknya urusannya ini dengan urusan pribadi Gabriel. Gabriel pasti punya alasan tersendiri. Dan dia mungkin ingin memberitahukan kepada seseorang terlebih dahulu sebelum memberitahukan kepada kita semua.

"Ayo Fy, semangat ya!"

Ify menerima uluran tangan Ryan, dengan melambai kepada para sahabatnya, ia mengikuti langkah Ryan yang membawanya semakin jauh. Menuju ke penantiannya.

** ***

Iya ini update, iya..

Ampun! Jangan kroyok aku🙏😭

Maafkan aku yang menghilang terlalu lama seperti gebetan mu, hiks.

Semoga terhibur ^^
Dan doakan update berikutnya bisa lebih cepet, ya.

Okumaya devam et

Bunları da Beğeneceksin

1.5M 26.2K 11
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
3M 149K 22
Sagara Leonathan pemain basket yang ditakuti seantero sekolah. Cowok yang memiliki tatapan tajam juga tak berperasaan. Sagara selalu menganggu bahkan...
10.6M 674K 43
Otw terbit di Penerbit LovRinz, silahkan ditunggu. Part sudah tidak lengkap. ~Don't copy my story if you have brain~ CERITA INI HANYA FIKSI! JANGAN D...
2.6M 265K 62
Gimana jadinya lulusan santri transmigrasi ke tubuh antagonis yang terobsesi pada protagonis wanita?