IDLE

By JesicaSptni

109K 4.8K 351

Apa diam mu bisa menjelaskan semuanya? ~Hanya orang lemah yang berhenti berjuang sebelum mendapatkan cintanya... More

Kanya Adinda
badboy?
Ulah anak curut.
ulah anak curut 2
Masuk BK.
hukuman
Tragedi Kantin Sekolah
Ruang apa ini?
Cebet (cewe bete)
Flashback
Kejutan!
Pacaran?
ToD
istimewa kah?
Vn
perdebatan
Bad Times
Do you feel this?
Because you
Dreaming
Egois.
thanks my babe
date
karna kasihan
Les Vokal?
pertemuan
lawan or kawan?
ekspetasi
changed
janji?
i'm willing.
without me
CURCOR AUTHOR
teka-teki?
Masih

Hate

1.1K 38 4
By JesicaSptni

-Author's pov-

Sesekali Avell melihat gadis itu dari spion motornya, terpancar wajah Caca yang masih bingung bagaimana hari selanjutnya setelah Haura melihat ia dirangkul gebetan sahabatnya sendiri -Avell-.

Hal itu membuat Avell tidak terlalu fokus kepada jalanan yang lumayan padat karena terlalu sering melihat ke spion dan mengamati wajah murung Caca

Sejak kejadian di kantin tadi, Avell memutuskan untuk mengantar Caca pulang karena ia tau Caca sangat kaget dengan prilaku Haura yang menatapnya penuh kebencian

"Ca, Lo ko belum balik?" Avell memulai percakapan

"Tadi gak sengaja gue ngikutin Haura ke kantin. Abisnya gue penasaran ada masalah apa Lo sama dia" ucap Caca pelan

Avell menarik napas panjang "Dan Lo udah tau semuanya kan?"

Caca mengangguk lemah walaupun ia tau Avell tidak melihat anggukannya itu

"Btw sekarang udah mendung, kayaknya bentar lagi hujan deh ca" perkataan Avell langsung membuat Caca mendongakkan kepalanya melihat langit

Avell semakin melajukan motornya, namun itu percuma, rintik hujan tetap saja mengguyur mereka.

"Yahhhh kak, hujan nih. Gimana dong?" Tanya Caca, tangannya sibuk memegangi kepalanya yang mulai basah. Ia tidak memakai helm karena Avell tidak membawa dua helm

"Yaudah gue nyari tempat berteduh, Lo kebasahan banget emang?" Tanya Avell sedikit berteriak karena suara hujan yang deras dan gemuruhnya langit seolah bersaut-sautan

"Lanjut kak, terobos ujan aja! Mama pasti udah khawatir sama gue karena gue belum izin mau balik sesore ini" ujar Caca

"Tapi Mama Lo bakal lebih khawatir lagi kalo Lo balik kerumah dengan keadaan basah kuyup kaya gini! Tapi yang lebih khawatir itu gue! Gue takut Lo sakit ca! Kita neduh dulu nungguin hujan reda ya? Abis itu gue anter Lo balik sampe rumah dengan keadaan sehat, selamat sentosa, adil dan makmur" Jelas Avell sambil memarkirkan motornya disalah satu toko untuk berteduh

Caca turun dari motor dan langsung berlari ke teras toko itu, mengibaskan tangannya agar tidak terlalu basah lagi. Diikuti oleh Avell dan melakukan hal yang sama

Hujan masih mengguyur kota Jakarta, Avell dan Caca berdiri berdekatan. Avell sempat melihat gadis itu mengigit bibirnya sendiri karena menggigil "Lo kenapa? kedinginan?" Tanya Avell lembut

Caca tersenyum kaku lalu menggeleng "gapapa kak"

Avell mengedarkan pandangannya ke sembarang tempat sambil membuka jaket yang ia pakai

"Gue paling gak suka kalo ngeliat cewe secantik Lo menggigil kedinginan sampe bibirnya pucet tapi masih bilang 'gapapa' kaya lo gini" Avell memakaikan jaketnya dibahu Caca

Caca yang mendengar perkataan Avell barusan sontak membuat jantungnya berdetak cepat tidak karuan. Tanpa ia sadari, ia tersenyum kepada Avell, Avell menautkan kedua alisnya heran lalu terkekeh geli membuat Caca tersadar dan salah tingkah

"Ngapain Lo senyam senyum gak jelas ke gue? Udah mulai kesemsem yaa?" Goda Avell

"Engga, siapa yang senyam senyum ke elo? Ge-er lo" cibir Caca sambil memajukan bibirnya beberapa centi

Dengan gemasnya Avell mencomot bibir Caca yang lucu itu "uuuu gemashh, ini bibir apa pantat ayam sih?"

Caca yang tak terima bibirnya di comot comot langsung menangkis tangan Avell, setelah itu ia memegangi bibirnya "sakit tau!" Sinisnya

"Dicomot doang aja udah sakit. Gimana nanti kalo bibir Lo gue ci...."

"Ci...?"

"Ci... Ci.. Cilok maksud gue, itu ada tukang cilok. ga cilok mau Lo?" Ucap Avell tidak jelas

"Hah?" Caca menautkan keningnya tidak paham

"Ehh salah, maksud gue, ciloknya gak mau Lo, ehh engga engga itu salah, maksud nya gini nih, Lo.mau.cilok.gak?" Tawar Avell sambil ada penekanan di kata kata yang benarnya

Caca menggeleng, ia menyipitkan matanya seolah mengintrogasi "terus yang bibir gue itu kenapa?"

"Hmmm gapapa, udah lupain aja lah ca. Eh ujannya udah reda nih. Balik yuk!" Avell memegang tangan Caca dan mengajaknya pulang

•••

Dini membukakan pintu setelah bel dibunyikan dua kali, dihadapannya ada Caca bersama dengan Avell yang sudah ia kenal karena Avell mengajari les privat musik kepada anak tunggalnya itu.

Baju mereka basah tapi tidak terlalu kuyup

"Kemana aja ca? Mama khawatir" Dini ibunda Caca memeluk anaknya itu

"Maafin Caca ya Ma, Caca gak izin dulu ke Mama mau balik sesore ini. Maaf udah bikin Mama khawatir" Caca melepaskan pelukan mamanya perlahan

"Maafin saya juga ya Tante, udah bikin Caca basah kuyup gara gara kehujanan sama saya" Avell menunduk

"Gapapa kok, lain kali ngomong dulu ya kalo mau pulang sore, tuh ini udah mau magrib kamu baru pulang kan bikin khawatir aja. Oh iya, nak Avell makasih udah anter Caca pulang ya" Dini tersenyum

"Oh iya Tan, ada yang mau saya omongin tentang les musik" ucap Avell agak gugup

"Yasudah mari masuk nak" Dini membuka pintu lebar-lebar mempersilahkan Avell masuk. Caca masuk terlebih dahulu lalu dibuntuti oleh Avell dan Dini

Caca pergi ke kamarnya untuk mengganti pakaian dan menggosok gosokan rambutnya dengan handuk secara asal. Sebelum itu Caca berpesan, jangan membicarakan apapun sebelum ia keluar dari kamarnya dan bergabung untuk mengobrol

Setelah 5 menit, ia keluar kamar dan langsung duduk disebelah Mamanya

"Lama Lo, sejak 5 menit yang lalu gue lumutan disini nungguin Lo keluar kamar" cibir Avell

Caca memutar bola mata malasnya, tidak menanggapi perkataan Avell tadi.

"Hmm oke, langsung to the point aja ya tan? Biar cepet. Ya Tan?" Tanya Avell yakin

Dini menggangguk mengiyakan

"Saya ingin mengundurkan diri dari les privat musik ini, karena..." Belum sempat Avell melanjutkan perkataannya, Caca sudah memotongnya "Yaahhhh ko gituu.. Ah kak Avell mah gak asik! Baru aja seminggu ngajarin gue vokal sama gitar masa udahan sih?" Rengek Caca

"Ca, jangan motong pembicaraan orang. Gak boleh! Gak sopan sayang" ucap Dini "lanjutkan Vell" sambungnya

"Karena sebentar lagi ada ujian kenaikan kelas, saya dituntut untuk bisa terfokus mengikuti ujian karena itu penentu saya lulus atau tidaknya dari SMA itu. Saya udah gak dibolehin sama orang tua saya untuk menjamah gitar atau bernyanyi ria. Avell minta maaf ya Tante, Avell gak bisa konsisten sama perjanjian kita kemaren buat bikin Caca mahir memainkan lagu dengan gitar kayak yang Tante pingin" Avell menautkan jemari tangannya, ia takut Dini marah padanya karena tidak menepati janjinya

"Ohh iyaa iya, Tante juga paham, iya nak Avell Tante ngerti, kamu belajar yang pinter ya! Semoga lulus dan dapet universitas yang kamu inginkan. Makasih udah ngajarin Caca tentang vokal dan gitar. Tante rasa, Caca juga udah mulai ngerti apa yang kamu ajarin selama ini. Sekali lagi makasih ya" Dini tersenyum bangga pada Avell yang bertanggung jawab pada pekerjaannya

"Kak, kak Avell tunggu sini sebentar ya! Nanti gue balik lagi. Diem disitu jangan kemana mana jangan balik dulu! Okey?!" Ucap Caca lalu ia berlari menaiki tangga menuju ke kamarnya untuk menggambil sebuah barang.

Avell terkekeh kecil melihat tingkah Caca yang seperti anak TK

"Eh iya sampe lupa, kamu belum Tante kasih minum ya? Ya ampun maaf ya Vell. Tante tinggal sebentar ya, Tante mau bikinin kamu minum. Mau apa? Jus mangga gapapa kan nak?" Tanya Dini sambil berdiri dari duduknya

Avell menggangguk antusias dan dibalas jari jempol yang mencuat dari Dini

Avell masih menunggu, bukan menunggu jus mangga dari ibunya Caca, tapi menunggu kehadiran Caca, apa yang sedang Caca lakukan dikamarnya dan apa yang ingin Caca lakukan sehingga mengharuskannya menunggu. Imajinasi Avell bermain disini

~Jrenggg~ suara gitar dari atas tangga membuat Avell menengadah menatap Caca yang sedang memainkan gitarnya. Avell tersenyum

"INI LAGU BUAT AVELLIN PRADITYA, KAKAK KELAS GANTENG YANG UDAH NGAJARIN GUE SAMPE GUE BISA MAIN GITAR KAYA GINI.. DENGERIN YA KAK!!" teriak Caca dari lantai dua, di tangga paling atas yang terjangkau dari pengelihatan Avell

Avell tersenyum, ia yang sedang duduk di sofa langsung berdiri untuk melihat gadis itu memainkan gitarnya

~memenangkan hatiku bukanlah satu hal yang mudah, kau berhasil membuat ku tak bisa hidup tanpamu~

Dengan perlahan Caca melangkah demi selangkah menuruni anak tangga

~menjaga cinta itu bukanlah satu hal yang mudah, namun sedetikpun tak pernah kau berpaling dariku~

Avell tersenyum lebar mendengarnya dari bawah

~beruntungnya aku dimiliki kamu, kamu adalah bukti, dari indahnya paras dan hati. Kau jadi harmoni saat ku bernyanyi. Tentang terang dan gelap nya hidup ini~

Caca sedari tadi memandang manik mata Avell dalam dalam, seakan akan lagu ini sangat pas antara mereka berdua

~kaulah bentuk terindah, dari baiknya tuhan padaku. Waktu tak mengusaikan cintamu, kau lelaki terhebat bagiku tolong kamu camkan itu~

Disaat Caca menyudahi lagu ini, disaat itu juga Caca dan Avell berhadapan, saling memandang dengan senyum yang merekah dari kedua belah pihak

Caca memegang gitarnya ditangan kirinya, sedangkan tangan kanannya ia gerakan untuk menyelipkan rambutnya kebelakang telinga

Avell tertegun dan melihat Caca sangat dalam, begitupun Caca, mereka merasakan getaran yang sama. Getaran yang entah mengapa terjadi lagi saat tatapan itu bertemu

Spontan, Avell memeluk Caca, Caca membalas pelukannya.

Avell berbisik ditelinga Caca "awalnya gue pikir semua cewe sama aja, mangkanya gue selalu dingin kesemua cewe termasuk Haura dan Lo. Tapi sikap Lo bikin gue percaya, semua orang beda, gak semuanya sama. Lo udah ngebikin gue yakin, Lo gak sama kayak cewek-cewek lain yang suka sama gue secara terang-terangan dan ninggalin gue pas gue udah sayang sama mereka, ternyata mereka suka sama gue karena harta, dan tampang gue doang. Mereka gak tau kepribadian gue, hati kecil gue, mereka gak pernah mau ngeluluhin itu. Yang mereka mau cuma memiliki gue bukan hati gue. Tapi Lo beda, gue gak perduli Lo suka atau engga ke gue. Tapi gue yakin Lo ngerasa ada getaran yang sama kaya gue kan? Jangan pernah pergi dari gue please"

"Hebat ca hebatt" saat suara yang familiar itu terdengar oleh Caca dan Avell, mereka langsung melepaskan pelukan itu

Terlihat Haura yang sedang melipat kedua tangannya kedepan sambil tersenyum miris

Haura memang sudah dianggap seperti keluarga caca sendiri, ia bisa keluar masuk rumah ini seenaknya. Jadi, jangan heran jika Haura masuk kerumah Caca tanpa mengetuk pintu, menekan bel atau izin sekalipun.

"Ra, ini enggak...inii Bukan kaya yang Lo pikirin.." ucap Caca gelagapan

"Gila Lo ya! Tadi dikantin Lo dirangkul terus sekarang Lo dipeluk, tapi Lo gak ngehindar? Dasar MURAHAN!" Haura mengacungkan jari telunjuk nya menunjuk nunjuk wajah Caca

"Tapi Ra..." Caca menahan tangisnya agar tidak dilihat orang yang dihadapannya

"GAK USAH TAPI TAPIAN CA! GUE SADAR SEKARANG. GUE GAK ABIS PIKIR SAMA LO" sesaat setelah Haura memaki gadis itu, tangan Haura mengangkat dan siap mendarat ke pipi Caca, sayangnya, Avell tidak hanya diam, ia memegang tangan Haura berusaha mencegah Haura untuk menampar Caca.

"Jangan sekali-kali Lo nyentuh dia, apalagi nampar dia! Kalo Lo mau ngeluapin amarah Lo, tampar gue! Jangan dia!" Ujar Avell. Haura pun geram sendiri, ia tidak jadi menampar Caca, dan ia juga tidak mungkin meluapkan amarahnya dengan cara menampar Avell, lelaki yang ia cintai. Tidak mungkin

"Lo bukan sahabat gue lagi! Jangan pernah ganggu gue lagi! Anggep aja kita gak pernah kenal, gak pernah sedekat keluarga, jangan pernah memohon maaf ke gue karena gue gak bakalan mau maafin sahabat penikung kaya Lo! GAK.AKAN!" cerca Haura dengan penekanan pada kalimat terakhir

Caca sudah tidak bisa membendung air matanya. Ia terisak dalam tangisnya. Ia memegangi wajahnya, berharap tak ada yang tau ia sedang menangis. Dia masih memikirkan bagaimana mungkin persahabatan ini berakhir hanya karena memperebutkan seorang lelaki dalam kesalahan pahaman

Avell yang merasa ia adalah sumber utama pertengkaran kedua gadis itupun sangat merasa bersalah. Sangat.

"Ada apa ini?" Tanya Dini keheranan, ia keluar dari dapur dengan nampan berisi tiga jus mangga yang baru saja ia buat

Haura melihat wanita paruh baya yang sudah ia anggap ibu nya sendiri, Dini. Haura tersenyum kecut kepadanya, mengisyaratkan bahwa ia sedang kecewa

Kembali ditatapnya manik mata Caca yang sembab "Gue.benci.sama.lo!" Setelah itu, Haura meninggalkan rumah itu. Ia berlari kecil saat ia merasa namanya dipanggil oleh Dini yang kebingungan.

Setelah sampai di depan gerbang rumah Caca, Haura juga tidak dapat membendung air matanya. Ia pecah disana. Terduduk dan menangis sendirian. Tidak menyangka sahabat baiknya yang seperti keluarga, sudah mengkhianatinya, membuat hati Haura memberontak

Dini mengejar Haura, bagaimanapun Haura sudah seperti anaknya sendiri, ia mendapatkan anak itu sedang terduduk sambil terisak. Dirangkulnya pundak gadis lemah itu, tetapi Haura malah menepisnya kasar. Lalu berdiri dan berlari pergi tanpa menatap mata Dini

"Gue takut kak" ucap Caca sambil terisak, ia masih menunduk dan membiarkan air matanya jatuh kelantai

Avell tersenyum simpul, lalu memegang tangan kanan Caca, membuat sang empunya tangan mengangkat kepalanya dan menatap orang itu

"Jangan takut, ada gue disini. Gue bakal bantu Lo terus, gue bakal selalu ada disamping Lo. Jangan sedih lagi, nanti cantiknya ilang" Avell mencium punggung tangan Caca, walaupun degup jantungnya berdetak kencang tetapi ia berusaha menormalkannya kembali. Caca melepaskan genggaman tangan Avell setelah ia merasa lebih baik

"Ca, ini sebenarnya ada apa?" Dini datang dari luar rumah dengan tergesa-gesa

Setelah Caca dan Avell menjelaskan hal yang sebenarnya, kini Dini paham tentang masalah mereka. Ini masalah biasa yang melanda para remaja, pikirnya.

"Caca salah ya Ma?" Tanya Caca sambil memeluk mamanya

"Gak ada yang salah disini. Ini cuma kesalahan pahaman. Lagipula, cinta gak pernah salah, yang salah hanya keegoisan saat timbul perasaan ingin memiliki." Ucap Dini, ia mengelus rambut Caca penuh arti, mencoba mengerti perasaan anaknya ini

"Hmm ini udah jam 8 malem, kayaknya saya harus pulang deh, takut dicariin orang rumah soalnya, saya undur diri dulu ya Tan" pamit Avell

"Hati hati ya" balas Dini, lalu Avell salim dan tersenyum hangat

"Eh Lo, jangan sedih lagi yaaa. See u tomorrow my little bear" Avell mengacak-acak rambut Caca, membuat senyumannya merekah



"Kehangatanmu membuatku takut, takut akan kehilangan sesosok kamu saat kamu berubah nantinya"

Continue Reading

You'll Also Like

4.3M 98.3K 48
Klik lalu scroolllll baca. 18+ 21+
1M 33K 45
-please be wise in reading- ∆ FOLLOW SEBELUM MEMBACA ∆ Tentang Vanila yang memiliki luka di masalalu dan tentang Vanila yang menjadi korban pelecehan...
1.8M 194K 52
Ditunjuk sebagai penerus untuk mengabdikan dirinya pada pesantren merupakan sebuah tanggung jawab besar bagi seorang Kafka Rafan El-Fatih. Di tengah...
828K 23.4K 55
Zanna tidak pernah percaya dengan namanya cinta. Dia hanya menganggap bahwa cinta adalah perasaan yang merepotkan dan tidak nyata. Trust issue nya so...