The Sweet Ghost

By kopikopait

110K 8.3K 1.3K

Nama: Wafer Umur: 18 tahun (jika dilihat dari bentuk wajah) Tinggi: 175cm (itu belum dihitung saat Ia terbang... More

Tanya
Tanya
Wafer
Wafer
Tanya
Wafer
Tanya
Wafer~Tanya
Xiao
Tanya
Wafer
Tanya~Wafer
Wafer~Tanya
Xiao~Wafer
W&T
Wafer
W♥T
Wafer
Tanya
Orji (x) Wafer
Tanya/Wafer
Wafer/Tanya
WAFER
Wafer-Orji
Xiao~Orji
Tanya
Wafer-Orji
Mereka
Tanya
Yang Belum Terceritakan
Wafer+Xiao
Wafer(pembuktian)
Tanya (kenangan)
Ayteamo
Edisi kangen Wafer
Tanya(relive)
Orji (edisi kangen)

Wafer~Tanya

2.5K 227 21
By kopikopait

Kamu hadir di kemelut rasa putus asa, menghadirkan bahagia.—Tanya


Wafer berjalan di komplek perumahan rumah Tanya dengan perasaan khawatir. Tadi, ia langsung ke kamar Tanya, tapi Tanya tidak ada. Ia juga pergi ke tempat les gadis itu, tapi hasilnya sama saja. Jadi ia putuskan untuk mencari gadis itu di sekitar komplek rumahnya.

"Wafer, kamu ngapain berdiri di situ?" Tanya berjingkat kaget melihat Wafer berdiri di bawah tiang lampu penerang jalan.

Wafer menoleh saat mendengar suara gadis yang dicintainya.

"Nungguin kamu." Katanya dengan suara tenang. Padahal dalam hati ia khawatir parah.

"Kamu ngagetin. Dari mana kamu tahu aku di sini?"

Aku nggak tahu kamu akan di sini, Tanya. Dari tadi aku nyari kamu ke sana-sini.

Wafer tersenyum penuh arti.

"Dari para hantu. Pertama aku nanya sama hantu botak, trus sama...."

"Tunggu, jadi hantu botak itu beneran ada?" Tanya mengangkat sebelah tangannya di udara, lalu tangan itu bergerak membekap mulutnya. Matanya membelalak tak percaya.

"Ada! Tapi dia jauh dari rumah kamu."

"Jadi waktu itu kamu bohong dong?" Tanya mendekat, memukul pelan dada Wafer.

"He he." Wafer terkekeh pelan. "Kaki kamu kenapa?" Serunya kaget saat melihat Tanya berjalan terpincang.

"Oh, jatuh tadi." Kata Tanya singkat.

Mata Wafer menyipit meminta penjelasan lebih. "Mata kamu juga sembab. Kamu habis nangis?"

Tanya diam, tak ingin menjawab pertanyaan Wafer. Ia tidak mau pertahanannya runtuh lagi. Ia tidak mau menangis di depan Wafer dan membuat lelaki itu khawatir. Ia tidak mau, meskipun hatinya saat ini tertusuk sakit.

Ujung mata Wafer melihat Tanya menarik napas berkali-kali. Ia menunggu jawaban atas pertanyaannya. Tapi Tanya tak kunjung bersuara. Gadis itu bahkan berjalan melewatinya. Akhirnya Wafer menyerah. Ia ikut diam, tak  ingin mencecar Tanya dengan pertanyaannya.

Wafer sedikit berlari menyusul Tanya. Tangannya dilingkarkan di pundak gadis itu, menepuknya pelan.

"Tak apa, Tanya. Orang yang paling banyak menangis, dia adalah orang yang kuat." Katanya menenangkan.

Tanya menunduk, memejamkan matanya kuat, mencoba menahan air mata yang mendesak ingin keluar. Napasnya kembali sesak.

"Kamu boleh nangis sepuasnya. Aku ada di sini buat kamu. Aku nggak akan nuntut kamu buat cerita. Aku cuman mau bilang, untuk hidup kamu yang pahit, kamu butuh sesuatu yang manis. Mungkin itu sebabnya tuhan mengirim aku dalam hidup kamu..."

Tanya memeluk tubuh dingin Wafer. Terisak hebat. Ia tidak bisa menahan tangisannya lagi. Wafer menepuk punggung Tanya pelan, berharap itu bisa menenangkannya.

Setelah agak lama, Tangisan Tanya pun berhenti. Ia mendongak. Tangannya menyapu sisa air mata di pipinya. Ia membuang napas panjang.

"Karena kamu manis?" Kata Tanya tiba-tiba.

"Hah?" Wafer mengangkat sebelah alisnya mendengar perkataan  tiba-tiba gadis itu.

"Kenapa Tuhan ngirim kamu dalam hidup aku? Apa karena kamu manis?" Ulang Tanya memperjelas kata-katanya tadi.

"Oh, itu sih jelas. Udah manis, ganteng lagi." Wafer mengangkat kepalanya sombong.

"Tetep, ya, narsisnya nggak ilang." Cibir Tanya. "Lagian kamu kemana aja sih Wafer? Empat hari ngilang tanpa kabar."

"Kan, aku ke Belanda buat ambil bunga pesanan kamu."

"Demi nasi keriting, kamu beneran ke sana?" Mulut Tanya menganga, lalu kepalanya menggeleng tak habis pikir dengan apa yang Wafer lakukan.

Wafer mengangguk antusias. "Demi buktiin cinta aku ke kamu."

"Segitunya... terus bunganya mana?" Tagih Tanya.

Bibir Wafer melengkung ke bawah. Ia membuat raut mukanya sesedih mungkin. "Bunganya belum mekar." Katanya drama.

"Kamu... dasar!" Tanya menyentuh kening wafer dengan dua jarinya, mendorongnya pelan. Ia kembali berjalan meninggalkan Wafer.

"Hei, cengeng, main pergi aja. Mau kemana sih buru-buru amat? Nggak kangen aku? Aku aja sehari nggak ketemu kamu kangennya udah kronis." Kata Wafer sambil menyentuh kening.

"Aku lapar, Wafer. Kamu jalannya cepat dong. Atau ngilang aja. kamu, kan hantu."

Ntar kalo aku ngilang malah nangis lagi. Eh, dia nangis tadi karena aku, kan? Iya-in aja.

"Tanya, tunggu!"

000000

Tanya mengambil mie cup di rak. Ia lalu bergerak menuangkan air panas— yang disediakan pemilik warung—ke dalam mie itu. Sambil menunggu, diliriknya Wafer yang duduk di bangku di depan warung. Lalu matanya beralih menatap Abang  warung yang sedang menyulut rokok di bibirnya. Tanya tersenyum sopan saat matanya dan mata Abang warung bertubrukan. Abang Warung membalas senyumnya.

"Kamu nggak boleh senyum kayak gitu." Kata Wafer tiba-tiba sudah berada di sampingnya.

Kebiasaan deh Wafer, ngagetin.

"Memangnya kenapa?" Bisik Tanya tak ingin Abang warung mendengarnya dan menganggapnya aneh karena berbicara sendiri.

"Karena aku pasti cemburu."

Tanya menahan senyumnya mendengar pernyataan Wafer. Wafernya memang seperti ini, manis dalam berterus terang.

Setelah mie cupnya terisi air panas,  Tanya membawa mie itu. Ia berjalan ke arah jajaran rak berisi minuman.

"Biar aku yang pilihkan botol minumannya. Hm...."

Tanya memandang bosan ke arah Wafer yang serius melihat jajaran botol minuman. Kadang Wafer itu nyebelin juga. Masa botol minuman aja pake acara dia yang milih. Kan Tanya yang minum. Mana perut Tanya bunyi-bunyi minta diisi. Di rumah tadi cuman makan dikit, sih.

"I love you. I need you. Look at me. Nah, tiga botol ini." kata Wafer membaca apa yang tertulis di kemasan botol air mineral itu. "Ambil gih," Tangannya menunjuk botol minuman yang dipilihnya.

"Kamu mau buat aku kembung, Wafer?" Sinis Tanya.

"Biar kamu fokus sama aku dan nggak senyam-senyum ke yang lain lagi."

Tanya berdecak jengah. Ia lalu hanya mengambil satu botol air mineral dan lekas duduk di bangku di depan warung. Dilahapnya mie-nya yang mulai mengembang sambil menggerutu dalam hati.

Karena Wafer nih. Kelamaan milih botol minum.

Wafer terus menatap Tanya yang sedang makan. Hah, mimpi pun enggak bisa sedekat ini dengan gadis pemarah ini.

"Makannya jangan buru-buru," Wafer memperingatkan.

"Ini nggak buru-buru." Suara Tanya tidak jelas karena mulutnya penuh mengunyah makanan. "Bleh! Kok airnya nggak ada rasanya gini, ya?!" Seru Tanya saat ia selesai menegak minumannya.

"Itu kan air putih, Tanyaaa." Wafer berkata gemas. Ia memang selalu gemas dengan kelakuan pacar cantiknya ini.

"Biasanya ada manis-manisnya."

"Hei, hei, itu kan merek lain."

Tanya bersikap tak acuh. Ia lalu membuang tempat mienya ke tong  sampah.

"Kayaknya aku nggak bisa nganterin kamu sampe rumah deh."

"Aku bisa pulang sendiri." Tanya tersenyum ke arah Wafer meyakinkan lelaki itu.

"Nanti kalo kamu sampai rumah, kamu liat di meja belajar kamu, ya."

"Emangnya ada apa di situ?" Tanya penasaran.

"Kamu liat aja nanti." Wafer tersenyum miterius. "Aku duluan, ya."

Tanya mengangguk.

   0000000     
                     

Tanya senyum-senyum sendiri menatap setangkai bunga mawar di tangannya. Sesampainya di rumah, ia langsung berjalan cepat ke kamarnya, setengah berlari malah. Ia sangat penasaran dengan kejutan Wafer. Dan di meja belajarnya, Tanya menemukan setangkai bunga mawar ini. Untung tadi Tanya  mengurungkan niatnya untuk menginap di tempat Anik.

Tanya mencium Wangi bunga itu. Wafer selalu bisa membuatnya tersenyum. Wafer itu memang hal termanis yang Tuhan hadirkan dalam hidupnya yang pahit. Hadirkan atau titipkan? Tanya tidak tahu. Yang Tanya tahu saat ini ia bahagia. Semoga hidupnya selalu bahagia.


Seperti Bintang di atas. Kuharap Bintang dari kalian juga bertaburan. 😁

Continue Reading

You'll Also Like

101K 8.8K 29
Selena tak pernah menyangka jika kalung yang selama ini diberikan sang ibu justru membawanya kembali bertemu dengan sosok-sosok yang berpengaruh atas...
1.9M 148K 103
Status: Completed ***** Thalia Navgra seorang dokter spesialis kandungan dari abad 21. Wanita pintar, tangguh, pandai dalam memasak dan bela diri. Th...
753K 138K 76
Sequel of RED CITY : ISOLATION Aku sudah pernah dengar tentang ramalan itu. Ramalan bahwa akan terjadinya Perang dunia ketiga dalam waktu dekat. . S...
392K 2.3K 5
Fantasy-Romance-Sad #1 in mitologi [SUDAH END TAPI SEDANG PROSES REVISI. DITUNGGU YA GAESSS] Start: 22102018 End: 11082019