Secret Lover

By ari_scm

141K 17.4K 1.1K

Yunho merasa kesal karena kedua bumonimnya menjodohkan dirinya dengan seorang yeoja, padahal dia sudah memili... More

Chap 1
Chap 2
Chap 3
Chap 4
Chap 5
Chap 6
Chap 7
Chap 8
Chap 9
Chap 10
Chap 11
Chap 12
Chap 13
Chap 14
Chap 15
Chap 16
Chap 17
Chap 18
Chap 19
Chap 20 (END)
After Married Part 1
After Married Part 2

After Married Part 3

7.4K 701 39
By ari_scm

Yunho menatap Jaejoong yang terbaring diatas ranjang dengan wajah pucat dengan tatapan kosong. Tangan kokohnya terus menggenggam jemari lentik sang istri. Pikirannya terus berputar akan perkataan seorang dokter beberapa waktu lalu. Sesekali manik musangnya menatap jendela yang telah menampilkan awan putih yang indah dengan sinar orange yang mengintip di balik gedung-gedung bertingkat.

Jaejoong, istrinya... ternyata tengah mengandung penerusnya. Sudah hampir dua minggu. Namun ungkapan dokter itu terus membayanginya. Dadanya terasa sesak ketika mengingatnya. Entah berapa tetes air mata yang telah namja tampan itu keluarkan. Bahkan lidahnya terasa kelu dan bibirnya seolah membeku untuk mengungkapkannya.

Eungh...

Yunho menatap lekat pergerakan pada kelopak Jaejoong yang berkedip lemah. Jemarinya mengusap lembut kepala Jaejoong yang terus mengguman lirih. Manik bulat indah yang menggetarkan Yunho itu mulai terbuka dan menatapnya tak focus.

"Yunniehh..." Yunho tersenyum kecil seraya menekan tombol disisi ranjang untuk memanggil petugas medis. Dikecup lembut pelipis Jaejoong.

Ceklek

Yunho tersenyum tipis mempersilahkan sang dokter serta perawat untuk memeriksa Jaejoong yang terbaring.

"Keadaan nona Jung sudah membaik. Kemungkinan lusa bisa melanjutkan istirahat di rumah." Dokter itu tersenyum lembut pada Jaejoong yang mengerjapkan matanya lemah.

"Saya permisi terlebih dulu..."

"Dokter, aku ini sakit apa?" dokter cantik itu menolehkan sejenak pada Jaejoong yang menatapnya penasaran lalu melayangkan tatapan tanya pada Yunho yang membisu.

"Akan lebih baik jika tuan jung yang menjelaskannya pada anda, nona. Saya mohon undur diri." Jaejoong menatap bingung dokter yang meninggalkan ruangan lalu menatap Yunho yang bergeming.

"Yun... aku ini sakit apa?" Yunho melangkah pelan mendekati ranjang lalu mendudukan diri disamping Jaejoong sebelum mendekap sang istri dengan erat.

"Yunnie..." Jaejoong mengusap bahu bergetar Yunho yang memeluknya dalam kebingungan.

"Yunnie... ada apa?" Jaejoong mencoba melepaskan dekapan itu untuk melihat wajah Yunho. Namun Jaejoong tidak cukup kuat untuk melepaskannya.

"Dia kembali pergi, Jae..." Jaejoong berhenti mencoba untuk melepas dekapan Yunho.

"Apa maksudmu, Yunnie? Siapa yang kembali pergi? Kenapa kau membuatku bingung?" Yunho melepaskan dekapannya dan menatap manik bulat Jaejoong yang menatapnya penuh tanya dan sedikit rasa takut melingkupi bulatan indah itu.

"Dia... calon anak kita, Jae... dia kembali pergi..." desis Yunho pelan seraya menatap dalam manik bulat yang mulai berkaca-kaca. Bibir plum Jaejoong yang masih pucat mulai bergetar. Jemari lentik itu meremas kuat lengan kemeja yang Yunho kenakan.

"M-maksudmu aku keguguran? Aku kembali keguguran? Kita kembali kehilangan anak kita?" Dada Yunho semakin sesak ketika melihat Jaejoong yang terus bertanya dengan bingung dan takut.

"Tidak... tidak mungkin. Kau pasti berbohong kan! kau sedang bercanda kan, Yunnie... a-aku tidak percaya! Kau bohong, Jung Yunho!" Yunho memeluk tubuh lemah Jaejoong yang mulai memberontak serta terus meracau.

Huhuhu

Yunho memejamkan matanya seraya mendekap Jaejoong yang terus menangis keras, meluapkan segala emosi serta rasa takut yang melungkupinya. Yunho tidak memperdulikan bahunya yang digigit kuat sang istri serta punggungnya yang terus dicakar oleh kuku tajam Jaejoong. Dia hanya terus mendekap istrinya sambil sambil menahan lengan Jaejoong yang terpasang infus agar tidak melukai namja cantik itu.

Jaejoong masih terus mencoba melepaskan dekapan kuat Yunho. Dadanya terlalu sakit. Sungguh ingin rasanya Jaejoong lampiaskan sakit ini. Kenapa dia selalu ditinggalkan oleh orang-orang yang disayanginya? Apakah dia tidak pantas bahagia? Apakah dia tidak pantas merasakan kasih sayang? Kenapa dia terus merasakan kehilagan? Jemari lentik itu mulai meremas kepalanya yang terasa pening. Ditengah tangisnya yang mulai melemah, Jaejoong mulai merasakan pandangannya menggelap.

"Jae? Jaejoong? Sayang?" Yunho melepaskan dekapannya ketika merasa tubuh Jaejoong yang sepenuhnya menumpu padanya. Dengan panik Yunho kembali menekan tombol diatas ranjang secara berulang-ulang.

...

Dua orang yeoja baya yang masih terlihat cantik itu melangkah terburu-buru di lorong rumah sakit yang masih terlihat sepi. Seorang namja dibelakang keduanya terus berdecak malas seraya membawakan beberapa buah.

"Padahal mereka mengenakan sepatu dengan heels tinggi, tapi kenapa jalannya cepat sekali? Memangnya siapa yang sakit, hingga membuat dua wanita menyeramkan itu mengganggu pagi indahku?" monolognya sambil mengejar dua yeoja yang berjalan cepat di depannya.

"Yak! Chulwoo-ah... cepat! Kau ini lambat sekali!" Chulwoo mendesah malas sebelum mempercepat langkahnya.

"Aku datang, jumma!"

...

Ceklek

Yunho mengangkat kepalanya yang sebelumnya bertumpu pada ranjang sambil menggenggam erat jemari Jaejoong. Terlihat dua orang yeoja memasuki ruangan dengan raut cemas diikuti Chulwoo yang menatapnya bingung.

"Yunho! bagaimana keadaan Jaejoong?" Yunho menuntun Taehee untuk duduk di kursi sebelah ranjang. Eunhye menatap sedih sang menantu yang terbaring lemah di ranjang sambil mengusap pipi Jaejoong lembut.

Eungh...

Keempat pasang mata itu menatap lekat Jaejoong yang mulai mengerjapkan matanya. Manik bulat itu membesar ketika menatap wajah Taehee dan Eunhye yang terlalu dekat serta tatapan lekat mereka yang cukup menakutkan.

"Umma, halmeoni... kalian membuat Jaejoong terkejut." Yunho menduduki ranjang Jaejoong sambil mengusap kepala Jaejoong lembut.

"Yunho, sebenarnya Joongie sakit apa? Kenapa sampai dirawat seperti ini?" Yunho terdiam mendengar pertanyaan Eunhye. Ketika hendak menjawabnya, sebuah jemari meremas kuat lengannya. Ditatap manik bulat yang menatapnya sayu, penuh kesedihan.

"Aku hanya kelelahan saja, umma." Jaejoong menatap Eunhye dengan senyum lemah.

"Astaga... Apakah karena liburan itu? Maafkan kami yang kurang memperhatikan dirimu, sayang." Jaejoong tersenyum kecil ketika Taehee menatapnya khawatir.

"Tidak apa, halmeoni. Aku sudah lebih baik sekarang."

"Tapi wajahmu pucat sekali, Joongie." Eunhye mengusap pipi pucat Jaejoong dengan cemas.

"Sungguh aku baik-baik saja."

Yunho mendudukan diri di sofa besar. Manik musangnya menatap Chulwoo yang terdiam dengan bingung.

"Kau menemani umma dan halmeoni kemari, Chulwoo-ah?" namja tampan itu tersentak dari lamunannya lalu menatap Yunho santai, berusaha melupakan kejadian kemarin.

"Lebih tepatnya dipaksa untuk menemani, hyung. Lalu bagaimana nuna bisa sakit? Aku merasa aneh saja... aku perhatikan selama liburan, nuna makan cukup banyak melebihi biasanya." Yunho hanya mengedikkan bahunya lemas seraya menyandarkan tubuhnya di sofa. Manik matanya mulai terpejam lelah.

"Hm... Chulwoo-ah, bagaimana jika akhir minggu ini kita berlatih di dojo? Bersama Kyuhyun juga. Sudah lama kita tidak pergi bersama. Tidak ada salahnya jika kita pergi bersama sebelum kau dan Kyuhyuh wamil." Chulwoo bergeming dalam duduknya lalu menatap ragu kearah Yunho yang memejamkan matanya. Sepertinya Chulwoo mempunyai firasat buruk akan ajakan Yunho kali ini. Chulwoo semakin horror ketika Yunho membuka matanya lalu menatapnya dengan senyum tipis.

...

Jaejoong menatap cangkir dihadapannya sambil termenung. Telunjukknya terus memutari pinggir cangkir. Manik bulatnya menatap para maid yang sedang sibuk dengan pekerjaannya.

"Hyung!" Jaejoong tersenyum tipis ketika Sungmin menghampirinya dengan sebuah nampan yang terdapat dua piring berisi potongan kue coklat.

"Makanlah... Kudengar kau sarapan sedikit pagi tadi, setidaknya kue ini bisa mengganjal perutmu." Sungmin menggeser salah satu piring kearah Jaejoong yang mulai mengaduk susu vanilla kesukaannya.

"Terima kasih sudah mau menemaniku, Min. Jika saja kau tidak datang, lalu aku di mansion seorang diri. Aku takut-"

"Jae hyung... jangan pikirkan hal yang akan membuatmu sedih, ne? Kami disini ada dan selalu menyayangimu, hyung. Jangan takut akan hal itu. Dan jangan menyugestikan dirimu untuk melakukan hal bodoh." Jaejoong menatap lekat Sungmin yang tersenyum lembut padanya sambil menggenggam tangannya erat.

Hah...

"Terima kasih, Min-ah."

"Tidak perlu sungkan, hyung. Ah... aku sebenarnya ingin mengajakmu pergi ke suatu tempat, bagaimana?" Jaejoong mengangguk pelan dengan senyum kecil terulas di wajah cantiknya. Sungmin yang melihat Jaejoong tersenyum lantas mendesah lega. Setidaknya dia bisa membuat perasaan namja cantik itu lebih baik.

"Jja... lebih baik hyung berganti pakaian dulu. Setelah ini kita akan pergi ke mall untuk membeli beberapa keperluan." Sungmin menarik lembut lengan Jaejoong menuju kamar utama di mansion ini. Sungmin harap, Jaejoong akan kembali seperti sebelumnya setelah ini.

...

"Apakah aku memiliki jadwal lain, hyung?" Junghoon menatap sekilas Kyuhyun yang sibuk membalas pesan di ponselnya lalu membuka sebuah note kecil berisi jadwal Kyuhyun hingga bulan depan.

"Kau hanya tinggal mendatangi sebuah acara pada pukul dua hingga empat nanti, dan selanjutnya kosong." Kyuhyun mengangguk kecil dengan jemari yang membalas cepat pesan dari kekasihnya.

"Apakah akhir minggu ini aku mempunyai jadwal, hyung?" Kyuhyun menatap ponselnya dengan seringai licik.

"Sepertinya hanya pagi saja. Beberapa minggu ini aku sengaja mengurangi jadwalmu hingga kau wamil. Memangnya ada apa?" Junghoon membalikkan tubuhnya untuk menatap Kyuhyun yang menampilkan seringai kecil di jok belakang.

"Aku hanya ingin sedikit berlatih di dojo bersama Yunho dan sepupuku." Junghoon kembali membenarkan duduknya sambil membaca beberapa kontrak kerja Kyuhyun.

"Junghoon-shi, jika aku fakum dari dunia hiburan... apakah kau akan terus menjadi manajerku?" Junghoon terpaku singkat sebelum menatap Kyuhyun yang menatap jendela dengan raut datar namun serius.

"Jika memang kau masih membutuhkanku, maka aku akan terus menemanimu." Junghoon tersenyum lebar kearah Kyuhyun.

"Terima kasih, hyung."

"Tak masalah, terlebih kau bisa menaikan gajiku..." Kyuhyun mendesis pada Junghoon yang terkekeh senang. Tak lama senyum kecil terulas di wajah pucat Kyuhyun.

...

Yunho menatap datar assistant Park yang berdiri di depan meja kerjanya. Lalu menatap bingkai besar yang terpajang foto pernikahannya di tengah ruangan dengan lekat.

Huft...

"Apakah tidak bisa diundur sedikit lebih lama?"

"Sepertinya tidak, sajangnim. Pembangunan gedung sudah mulai berjalan sejak seminggu yang lalu. Anda diharapkan dapat hadir bulan depan untuk memantau pembangunan lebih lanjut. Dan juga ada tiga sampai empat rapat dengan beberapa pemegang saham disana." Yunho menahan dagunya dengan kedua tangan seraya memasang pose berpikir.

"Bukankah harabeoji berada di Swiss? Dia bisa menggantikanku disana bukan?"

"Tuan Jihoon akan menetap di Korea mulai besok, sajangnim. Dan dia menyerahkan semua pekerjaan di Swiss kepada anda." Yunho mendengus malas ketika mendengarnya. Kenapa namja tua itu suka sekali membuatnya tersudut? Tidak tahukah dia jika istrinya masih dalam keadaan mental lemah dan Yunho takut jika Jaejoong merasa kesepian disana?

"Baiklah... persiapkan saja keberangkatanku. Tolong beritahukan semua sekretaris untuk mengumpulkan laporan perusahaan di mejaku. Tidak perlu terburu-buru, aku memberikan waktu dua hari. Jika ada rapat dan mereka tidak mau digantikan olehmu, biarkan Kyuhyun yang mengambil alih."

"Sajangnim, bukankah tuan Kyuhyun tengah mempersiapkan wamilnya?" Yunho tersenyum kecil mendengarnya.

"Kau tenang saja. Dia pasti mendatangi rapat, meskipun enggan." Assistant Park menganggukkan kepalanya bingung sambil terus mengetik permintaan Yunho pada tab yang dipegangnya.

"Park-shi, tolong persiapkan seorang dokter serta dua perawat dalam perjalananku nanti." Meskipun bingung namun namja muda itu tetap mengiyakan permintaan Yunho seraya meninggalkan ruangan mewah milik atasannya.

...

"Eonnie... kau sedang apa?" Jaejoong menolehkan matanya dari papan besar yang membentang di depannya dan menatap seorang yeoja kecil yang menatapnya bingung.

"Kau bertanya denganku?" yeoja kecil itu menganggukkan kepalanya polos yang membuat Jaejoong tersenyum kecil dan mengusap gemas rambut yang dikepang dua itu.

"Jihye!" belum sempat Jaejoong menjawab, dua orang namja kecil berlari menghampirinya, lebih tepatnya yeoja kecil didekatnya.

"Ah... annyeong." mereka membungkukkan tubuhnya sejenak sebelum menarik yeoja kecil bernama Jihye ke bangunan dihadapannya.

"Jae hyung?" Sungmin menatap Jaejoong yang tersenyum kecil lalu mengikuti arah pandangan manik bulat Jaejoong yang menatap kepergian tiga bocah kecil.

"Apakah ini... sebuah panti asuhan, Min?" Sungmin mengangguk kecil pada Jaejoong yang menatapnya.

"Ini memang panti asuhan namun anak-anak yang dirawat disini hanya sampai berumur 8 tahun saja. sedangkan yang berumur diatasnya dipindahkan ke panti asuhan lain yang terikat dengan sekolah atau terdapat relawan pendidik." Jaejoong melihat Sungmin yang kerepotan membawa beberapa kantung besar lantas membantu membawa sebagiannya.

"Terima kasih, hyung. Huft... ternyata kantung besar ini banyak sekali." Sungmin melangkah santai menuju sebuah ruangan. Sepertinya Sungmin sudah sangat mengenal baik tempat ini.

"Jadi kau membeli banyak mainan dan kue untuk mereka? Apakah kau sering kemari? Kelihatannya mereka sangat mengenalmu." Jaejoong menatap Sungmin penasaran ketika melihat namja manis itu beberapa kali tersenyum dengan anak-anak yang melintas di sekitar lorong.

"Aku beberapa kali menjadi relawan di panti ini, hyung. Keluarga Jung adalah donatur beberapa panti asuhan di korea, termasuk panti asuhan ini. Aku baru tahu beberapa bulan yang lalu, ketika Kyuhyun mengajakku kemari."

"Sepertinya aku teringat jika Kyuhyun pernah mengatakan kencan pertama yang tak terlupakan baginya dan ditemani banyak anak-anak, pada sebuah acara. Apakah itu kencan kalian? Disini?" pipi Sungmin merona manis ketika mendengarnya yang membuat Jaejoong terkekeh kecil.

"Jae hyung..." rajuk Sungmin dengan bibir yang dipuotkan lucu

"Sungmin-ah!" Sungmin menatap yeoja baya yang mengahampirinya dengan senyum lebar.

"Joo ahjumma..." Yoeja itu memeluk singkat Sungmin sebelum menatap penuh tanya Jaejoong yang berdiri disamping Sungmin.

"Annyeong... kau membawa siapa, Min?"

"Ah! Perkenalkan ini Jung Jaejoong, istri Yunho hyung." Jaejoong tersenyum kecil sambil membungkukkan tubuhnya sopan.

"Oh... ternyata kau terlihat sangat cantik jika dilihat sedekat ini, eoh? kajja... kita ke taman belakang, anak-anak sedang bermain disana bersama beberapa relawan lain." Yeoja itu menyuruh beberapa namja dewasa yang melintas untuk mengambil alih kantung besar yang dipegang Jaejoong dan Sungmin sebelum mengajak mereka ke taman belakang.

Jaejoong tak melepas senyum cantik di wajahnya. Banyak anak-anak yang langsung dekat dengannya. Terlebih ketika mendengar suara indah Jaejoong diiringi alunan gitar oleh Sungmin. Meski sempat merasa sedih ketika melihat beberapa bayi yang dirawat disana. Bahkan Jaejoong sempat meneteskan air mata ketika menggendong salah satu bayi yang menangis. Namun hari ini cukup membuat Jaejoong merasa lebih baik. Perasaan kehilangannya pun tidak seperti sebelumnya, walau rasa sedih itu masih terasa. Setidaknya Jaejoong sudah mulai bisa kembali merelakan bayinya.

...

Yunho membuka pintu mansion dengan raut lelah serta langkah lunglai. Manik musangnya mengedar mencari keberadaan sang istri yang sempat pergi bersama kekasih adiknya.

"Yunnie!" Yunho melihat Jaejoong yang berseru riang dengan senyum cantik diwajahnya. Rasa lelah yang sebelumnya menggalyuti tubuhnya kini telah sirna ketika melihat raut bahagia sang istri. Yunho melangkah cepat menuju Jaejoong yang berdiri di pintu dapur dan memeluk tubuh mungil itu erat.

"Ah Jae sayang, aku sungguh merindukan senyum indahmu ini." Yunho mengeratkan pelukan itu sambil menempelkan wajahnya pada bahu putih Jaejoong.

"Bukankah aku selalu tersenyum? Memangnya senyum apa yang kau rindukan?" goda Jaejoong sambil melepaskan pelukan itu dan menatap manik musang yang menatapnya dalam. Jemari lentiknya mengusap wajah Yunho dengan lembut.

"Bukan senyum paksa yang selalu kau perlihatkan tiga hari ini, namun senyum indah dan tulus yang ingin kulihat diwajah cantikmu, sayang." Yunho memejamkan matanya sambil meraih jemari Jaejoong yang mengusap pipinya. Yunho mulai mendekatkan wajahnya pada Jaejoong.

Cup

Yunho mengecup pelan bibir Jaejoong yang terasa lembut dan kenyal itu. Disesapnya belahan merah Jaejoong dengan tangan yang mendekap pinggang ramping sang istri. Yunho menggerakkan kepalanya kesamping untuk memperdalam ciuman mereka sambil menahan lekuk Jaejoong.

Jaejoong merasa sapuan bibir Yunho mulai sedikit kasar, jemari lentiknya meramas kuat rambut tebal Yunho dengan tubuh yang bertumpu pada namja tampan itu. Tubuh Jaejoong semakin bergetar ketika Yunho membelai bibirnya dengan lidah yang terasa panas itu. Beberapa kali Jaejoong melenguh ketika jemari nakal Yunho membelai pinggangnya dengan lidah yang terus bermain di rongga mulutnya.

Eungh...

Jaejoong melepas paksa bibirnya ketika dadanya mulai sesak. Yunho yang merasa Jaejoong memberontak kecil di dalam dekapannya lantas melumat dalam bibir itu sebelum melepasnya yang menghasilkan suara decakan cukup kuat. Jaejoong merasakan bibirnya berdenyut dan basah serta napas yang memburu. Manik musang Yunho menatap lekat bibir Jaejoong yang memerah besar serta dada putih sang istri yang mengintip dibalik kaos berkerah lebar itu bergerak konstan. Terlebih manik bulat itu menatapnya sayu dengan pakaian Jaejoong yang sangat minim lantas membuatnya kembali berhasrat. Namun sebuah telapak beraroma vanila menahan bibirnya yang hendak mengecup kembali bibir plum itu.

"Yunnie! Kita masih di dapur dan kau belum membersihkan diri. Terlebih kau baru pulang kerja, jadi biarkan aku menghangatkan makan malammu, eoh?" Yunho mengecup singkat bibir Jaejoong dengan gemas sebelum melangkahkan kaki panjangnya menuju kamar mereka.

...

Yunho menatap Jaejoong yang tengah menikmati coklat hangat di seberang meja dengan lekat.

"Jae..."

"Heum?" Jaejoong menatap Yunho sambil berkedip imut.

"Ada apa, Yunnie?"

"Akhir bulan nanti, aku akan ke Swiss untuk memantau pembangunan disana serta menanganinya. Itu membutuhkan waktu yang cukup lama, paling singkat setahun lebih... juga aku yang harus terjun langsung disana." Jaejoong menatap lekat Yunho yang menghentikan ucapannya.

"Lalu?"

"Aku berniat memboyongmu untuk ikut denganku dan menetap sementara di Swiss, menemaniku menjalankan perusahaan yang baru saja dibangun. Apakah kau keberatan dengan permintaanku ini? Meskipun aku yakin kau akan ikut denganku, namun aku tidak ingin terlihat memaksamu, sayang. Aku ingin mendengar kau menjawabnya langsung tanpa rasa terpaksa." Jaejoong tersenyum kecil mendengarnya lalu melangkah mendekati Yunho dan meraih wajah tampan sang suami.

"Sejak kau melamarku, aku sudah menyerahkan seluruh hidupku untukmu. Aku akan selalu mengikuti setiap langkahmu, Yunnie. Untuk apa kau bertanya seperti itu jika kau sudah tahu jawabanku." Yunho mengecup lembut punggung tangann Jaejoong.

"Terima kasih, sayang. Sepertinya pekerjaanku ini, bisa dikatakan bulan madu yang tertunda. Lagipula selama pembangunan, pekerjaanku tidak terlalu padat. Mungkin kita bisa berbulan madu sambil menikmati tempat-tempat indah di Swiss."

Yunho menarik tubuh mungil itu dan mendudukan Jaejoong dipangkuannya. Direngkuhnya Jaejoong dalam pelukan hangat sambil menatap bintang yang menyinari gelapnya malam. Sesekali namja tampan itu menghalau angin pada tubuh Jaejoong sambil mengecup pipi pualam yang merona cantik itu gemas.

Jaejoong menyandarkan tubuhnya pada Yunho dengan manik bulat yang menatap tautan jemari keduanya. Ditatapnya manik musang itu dalam sebelum mendekatkan diri untuk mengecup bibir hati itu lembut. Ciuman penuh cinta yang menggetarkan hati.

"Saranghae Jung Yunho..." lirih Jaejoong dengan rona merah dipipinya yang membuat Yunho tersenyum kecil.

"Nado saranghae Jung Jaejoong."

Mereka saling bertatapan penuh cinta dengan dahi yang menyentuh satu sama lain.

...

Jaejoong menuruni mobil dibantu Yunho yang menggenggam jemarinya erat. Sesekali mengerjapkan manik bulatnya ketika angin menyentuh wajahnya. Yunho melingkarkan lengannya di pinggang Jaejoong seraya melangkah santai menuju ratusan bangku yang telah di persiapkan.

Jaejoong melihat keluarga Jung sudah duduk nyaman dibangku bagian pinggir. Eunhye dan Sungmin tengah memastikan penampilan Kyuhyun. Sesekali Taehee memukul kepala Kyuhyun yang tertutup topi sedangkan para namja lainnya duduk santai sambil melihat aula yang mulai dipenuhi tentara lainnya.

Yunho mendudukan diri didekat Jihoon sedangkan Jaejoong memilih mendekati Eunhye yang melambai kearahnya.

"Aigoo... lihatlah! Kau sungguh luar biasa, cucuku." Seru Taehee senang sedangkan Sungmin yang mengenakan masker memilih untuk menjauhkan tubuhnya ketika melihat beberapa paparazi dan fans tengah memotret Kyuhyun serta Eunhye.

"Kau datang, hyung?" Sungmin berdiri di samping Jaejoong yang tertawa kecil ketika melihat Kyuhyun kembali dipukul oleh Eunhye karena tidak mendengarkan petuah yang dilayangkan Taehee padanya.

"Tentu saja."

"Bukankah siang nanti kalian akan berangkat ke Swiss?" Sungmin mengenakan kacamatanya ketika beberapa fans Kyuhyun melirik tajam kearahnya.

"Aku memaksa Yunho untuk memundurkan jadwal penerbangan menjadi sore atau malam nanti. Ini akan menjadi hari terakhir kedua Jung itu bertemu, bukan?"

"Hyung... aku pasti akan merindukanmu nanti. Terlebih kau akan menetap disana cukup lama."

"Kau tenang saja. Aku akan menyempatkan diri untuk ke Korea, atau kau yang berlibur ke Swiss saja?"

"Tentu saja aku akan berlibur disana." Sungmin dan Jaejoong mulai mendudukan diri di samping Taehee ketika Kyuhyun sudah menuju aula untuk mengikuti upacara pembukaan.

"Aku jadi teringat dengan wamil Yunho." Jaejoong menatap mertuanya yang tengah berguman sambil menatap Kyuhyun dengan mata yang sedikit berkaca-kaca.

"Memangnya kapan Yunho hyung wamil, eommeonim?" Taehee menatap Sungmin yang bertanya serta Jaejoong yang mengerjapkan matanya penasaran.

"Memangnya kau tidak diberitahu oleh Yunho, Joongie?"

"Yunho hanya mengatakan jika dia wamil setelah lulus sekolah menengah atas tanpa menceritakan pengalamannya, halmeoni." Jaejoong mencebilkan bibirnya kesal.

"Itu memang tidak terlalu penting untuk diceritakan, sayang." Yunho berceletuk singkat sambil menatap santai upacara didepannya.

"Yunho memang wamil setelah lulus sekolah. Dia mendapatkan pernghargaan cukup banyak selama wamil. Aku sangat bangga padanya. Sungguh luar biasa." Jaejoong menatap kagum pada Yunho yang tersenyum sambil mengedikkan bahunya ketika mendengar perkataan Taehee.

"Umma akan memperlihatkan berbagai perhargaan yang Yunho dapatkan padamu, Joongie." Jaejoong tersenyum lebar pada Eunhye.

"Tentu saja aku harus melihatnya. Terima kasih, umma."

"Ah! Sebenarnya umma sudah lama ingin menanyakan hal ini pada kalian, tapi baru sempat umma tanyakan sekarang. Apakah kalian tidak ikut wamil? Bukankah setiap namja Korea Selatan wajib mengikutinya?" Sungmin tersenyum kecil lalu menatap Jaejoong yang menaikkan alisnya bingung.

"Kami itu berbeda, eommeonim. Aku dan Jae hyung telah melakukan pemeriksaan namun beberapa hal tidak sesuai prosedur yang ada, sehingga kami tidak diperbolehkan untuk mengikuti wamil." Jaejoong tertawa kecil ketika mendengar penjelasan Sungmin yang terdengar aneh dan ambigu.

Yunho menepuk pelan bahu Jaejoong dan membisikan sesuatu padanya. Setelahnya Jaejoong mendudukan diri di samping Yunho yang berada di belakan kursinya. Jaejoong mengangkat tautan jemari mereka lalu menatap Yunho dengan senyum lebar. Yunho mendekatkan diri pada Jaejoong dan mengecup pipinya cepat hingga membuat namja cantik itu membesarkan manik bulatnya terkejut hingga menghasilkan rona merah dipipi pualamnya.

"Loh? Chulwoo dimana?" semua pasang mata menatap Eunhye yang berseru lalu melayangkan pandangan pada seorang namja muda yang berlari kencang menuju barisan diikuti pasangan paruh baya serta seorang yeoja muda yang berjalan santai dibelakangnya. Eunhye melambai anggun pada pasangan paruh baya itu.

"Ternyata dia terlambat." Celetuk Sungmin polos.

THE END

.

.

.

Extra story

Hah

Hah

Hah...

"Hyung... kumohon aku sudah sangat lelah. Aku sudah tidak kuat lagi..." ratap Chulwoo dengan tubuh yang terbaring lemas di atas matras serta dipenuhi pelu.

"Kau baru sit-up 200 kali, Chulwoo-ah. Masih kurang 800 kali lagi." Yunho menatap santai Chulwoo yang kelelahan sambil terus melakukan sit-up.

"Sepupu! Kau baru melakukan pemanasan tapi sudah kelelahan. Kau bahkan belum berduel denganku. Jika begini saja kau sudah menyerah, bagaimana jika wamil nanti, huh?" Kyuhyun berseru keras sambil mengikat sabuknya.

"Tuhan... semoga saja ketika wamil nanti, kami tidak disatukan pada divisi yang sama." Doa Chulwoo dengan napas yang terengah.

"Bangun, Chulwoo-ah. Kau harus segera menyelesaikannya, lalu kita pull-up pada tiang itu." Chulwoo menatap horror tiang setinggi 2 meter di pojok dojo.

"B-berapa aku harus melakukan pull-up, hyung?" Yunho membenarkan ikatan sabuknya sambil berpikir lalu tersenyum kecil kearah Chulwoo yang memucat.

"500 kali."

"Oh Tuhan... Nuna kalian berada dimana? Ku mohon jauhkan kedua iblis itu dariku." Chulwoo memasang wajah memelas sedangkan Kyuhyun dan Yunho yang menatapnya dengan alis yang dinaikkan sebelah.

"Aku rasa aku akan mati... umma maafkan segala kenakalan yang telah kuperbuat padamu. Aku mencintaimu, umma..." Lirih Chulwoo pasrah.

TAMAT

Ps: ketemu babies Jungnya nanti ya, di ff berikutnya... Ff ini belom jodoh ama babies Jung.
See u~~

-Ari-

Continue Reading

You'll Also Like

135K 12.4K 31
Kematian memang tidak bisa di hindari oleh semua makhluk hidup, termasuk para Vampir... Pada tahun 1978, keluarga Jung baru saja kehilangan sosok is...
479K 110K 21
❝Semua ini sama sekali gak lucu.❞
My Son By Aprl

Fanfiction

36.5K 3.3K 24
"Sampai kapan pun dia tetep ibu dari anak gua" "Tanpa sadar gua udah mencintai sebagian dari diri dia" NO PLAGIAT⚠️🚫 #TaeyongJisoo #TaehyungJennie...